2 November 2020
Penulis — jail22
Kontrakan Petak Bag 40 : Kerangka rencana setan.
“Bud… bud… tolongin umi bantuin pindahin tempat jemuran ya… mau di angkat jemurannya masih belum pada kering.. ujar umi nisa.” memang siang itu langit di ibukota sudah mulai gelap. Sepertinya hari itu akan kembali turun hujan. Seperti hari-hari yang lalu memasuki bulan November adalah bulan musimnya penghujan di banyak wilayah indonesia.
Kala itu seperti rutinitas biasa budi saat weekend siang, budi waktu itu sedang mengajari naya beberapa pelajaran. mereka terlihat serius, hingga tak terlalu mendengar suara dari umi nisa. hingga umi nisa pun menghampiri budi dan naya yang sedang asik belajar di kamar tidur tempat anak-anak umi nisa tidur.
Umi nisa: aduh maaf nih bud ganggu belajarnya, tapi umi mau minta tolong dulu.
Budi: ohh iya tidak apa-apa umi, apa yang bisa budi bantu mi?
Umi nisa: ini umi mau minta tolong buat pindahin jemuran di depan ke samping rumah bud.. biar tidak kena air hujan… mau diangkat masih belum pada kering…
Budi: ohh saya kira apa, baik mi nanti budi pindahin… nay sebentar ya om budi nya bantu mama dulu…
Naya: iya om..
Terlihat budi mulai berjalan ke depan, di belakang terlihat umi nisa mengikuti dari belakang. terlihat budi menyingsikan baju panjangnya seutas siku hingga kemudian dengan mudahnya budi pun langsung memindahkan tempat jemuran beserta jemuran baju yang masih terlihat basah itu ke pinggir rumah kontrakan umi nisa.
Terlihat otot tangan budi yang menymbul ketika mengangat jemuran itu hingga siluet otot tangan itu terlihat umi nisa, umi nisa terlihat memandang lekat hingga kemudian dia pun menyadarkan dirinya sendiri dengan beristigfar. kini tempat jemuran itu telah terhalang oleh genteng rumah kontrakan umi nisa hingga jika nanti hujan baju yang masih setangah kering itu tidak langsung terkena air hujan.
Umi nisa: makasih ya bud, maaf ngerepotin.. abisnya gak ada yang bisa di mintaain tolong lagi.. hehe
Budi: Iya gpp umi, wong cuman gini aja.
Budi: ohh ya abi belum pulang lagi umi.
Umi nisa: ahhh paling cepet seminggu sekali abi pulang kesininya, kadang bisa sampai 2 minggu juga.. mungkin lagi senang di rumah istri ke tiganya kali bud..(tanpa sadar umi nisa seperti curhat ke budi)
Umi nisa: ehh maaf bud, (umi nisa pun kembali beristigfar.)
Budi: gpp umi, budi gak ember koq.. hehe
Umi nisa: iya bud hehe
Mereka pun beranjak kembali masuk kedalam rumah umi nisa, karena sepertinya hujan sudah mulai turun tanah kering di depan kontrakan itu terlihat sudah cukup basah terkena air hujan yang turun pertama pelan.. hingga menjadi deras. Di dalam budi pun kembali mengajari naya di kamarnya sambil sesekali umi nisa memperhatikan mereka.
Kini umi nisa pun beranjak ke dapur, hari sudah mulai siang saat nya umi nisa mempersiapkan makanan untuk makan siang. karena sore nanti umi nisa harus pergi mengunjungi salah satu majelis taklim yang masih berada di dekat-dekat sini. Terlihat umi nisa sudah sangat percaya kepada budi hingga kadang-kadang umi nisa pun menitipkan anak-anaknya kepada budi di saat umi nisa harus pergi untuk mengajar ngaji di beberapa majalis taklim.
Budi sudah di anggap umi nisa seperti adiknya sendiri walapun baru mengenal budi 1 bulanan ini, menurut umi nisa budi orang yang cukup sopan dan selalu humoris hingga umi nisa pun sudah tidak segan-segan lagi bila mengobrol dengan budi. tapi tetap saja umi nisa masih selalu menjaga norma-norma agamanya, hingga hubungan di antara mereka tidak pernah lebih dari seperti itu.
Dan sepertinya budi pun tidak pernah berpikiran macam-macam kepada umi nisa. Karena terlihat budi masih terlalu segan dengan umi nisa, dimata budi umi nisa adalah perempuan yang alim dan tidak ada pikiran kotor budi untuk melakukan hal yang tidak-tidak kepada umi nisa. Pakaian umi nisa pun selalu memakai jilbab lebar dan pakaian kurung lebarnya hingga tidak ada aurat yang terlihat oleh budi.
Saat itu terlihat umi nisa sedang memotong pare ketika telp di hp nya berdering… tringg tring tring… umi nisa pun mengangkat telp genggam itu dan mengaruhanya di pundak yang di apitkan ke telinga.
Umi nisa: Halo kakkkk (terdengar umi nisa pun memberi salam)
Yg di tlp: heeuhhhehhhhehhhh.. nisa…
Umi nisa: koq nangis kak? kakak kenapa?
Yg di tlp: nis… abi…
Umi nisa: abi kenapa kak?
Yg di tlp: Abi mau nikah lagi nis…
Umi nisa: apaaaa?
Yg di tlp: iya nis, heuhhhhehuhhheh.
Umi nisa: apa kita masih kurang kak, lagian kan abi baru nikah ama siti kan baru 2 tahun yang lalu..(terlihat umi nisa begitu emosi)
Yg di tlp: iya nisa, kakak juga tidak habis pikir.
Umi nisa: udah kak jangan nangis..
Yg di tlp: iya nisa.. kakak pengen banget ketemu kamu..
Umi nisa: iya nisa juga pengen ketemu… kalau gitu besok aja kak nisa ke rumah..
Yg di tlp: gak usah nis, besok kakak aja yang kerumah kamu kakak kangen juga ama anak-anak…
Umi nisa: iya yang sabar kak.. kakak gak sendirian koq masih ada nisa…
Yg di tlp: iya makasih ya nis…(akhirnya mereka pun mengucapkan salam dan menutup telp itu)
Telp dari kak Aisyah istri pertama abi usman itu seperti petir untuk umi nisa di kala hujan di siang itu. bagaimana tidak sebelum ini pun umi nisa sudah sangat kecewa karena suaminya itu harus membagi cintanya dengan ketiga istrinya itu. Apalagi ketika abi usman baru menikahi siti istri ketiga nya itu beberapa bulan umi nisa dan kak aisyah jarang di tengok oleh abi usman ia masih anteng saja dengan istri barunya itu.
Bukan apa-apa sih bagi umi nisa, tapi umi nisa memikirkan nasib anak-anaknya yang jarang menerima kasih sayang dari sosok bapaknya itu. Seperti hari-hari sebelumnya abi usman rutin ke mengahbiskan waktu dengan umi nisa jika siti istri ketiganya itu sedang datang bulan. barulah abi usman dengan girang selalu mampir ke rumah kontrakan ini.
Kini jatah abi usman akan semakin berkurang kepada istri tuanya itu lantaran kini abi usman akan kembali menikah dan memiliki isitri yang jauh lebih muda dari mereka. perlahan umi nisa pun mengeluarkan air matanya. sekarang pikirannya sudah melayang jauh ke masa lalu, andaikata dulu ia tidak pulang ke rumah saat habis liburan dari pesantrannya mungkin kini umi nisa sudah bisa menikah dengan pria yang dulu di taksirnya selama mondok di pesantren di wilayah timur sana.
Budi yang juga kaget melihat keadaan umi nisa yang tanganya bersimbah darah, langsung beriniatif mengambil jari umi nisa yang teriris itu dan langsung memasukkannya ke dalam mulut beberapa kali budi terlihat menyedotnya, ahhhhhhh ahhhhh tanpa sadar umi nisa pun mendesah antara sakit dan juga geli hingga kemudian budi memuntahkan darah itu ke bawah.
Dan kini budi terlihat mengambil satu ruas jahe mengunyahnya dan kunyahan jahe itu di tempelkan ke jari umi nisa yang tadi teriris pisau itu… awwww umi nisa seperti terperanjat dari tadi mendesah sekarang seperti berteriak kesakitan ketika jahe itu menempel di bekas luka irisan pisaunya. Hingga kemudian budi pun membungkus jari umi nisa dengan plastik bening bersih yang di temukannya.
Budi: aduh maaf umi, tadi budi lancang menyedot jari tangan umi..(terlihat budi merasa bersalah karena telah dengan tidak sengaja menyentuh auratnya, malahaan menyedotnya)
Umi nisa: hmmmmm iya tidak apa-apa bud, tadi kan kamu niat mau nolongin umi.. lagian umi juga yang harus berterima kasih ama kamu umi nya udah langsung di tolongin.
Umi nisa: sekali lagi terima kasih ya bud.. sekarang kayanya pendarahan di jari umi udah berhenti.
Budi: iya mi kalau ama jahe walaupun sakit di awal tapi cepet sembuhnya.
Naya: wah om budi hebat ya… kaya dokter hehe
Budi: iya makanya naya belajar yang giat ya, biar besok kalau sudah besar bisa jadi dokter.
Naya: iya om, naya memang bercita-cita ingin menjadi dokter..
Budi: wah hebat om bangga ama kamu.. hehe
Akhirnya hari itu setelah umi nisa selesai memasak, budi pun ikut makan siang bersama dengan umi nisa dan ketiga anaknya. Mereka makan bersama dengan lahap terlihat budi sangat akrab dengan ketiga anak umi nisa. hingga terkadang saat itu umi nisa terasa mengandai-andai, andaikan umi nisa punya suami seutuhnya mungkin umi nisa dan anak-anaknya akan sebahagia ketika anak-anaknya terlihat akrab dengan budi.
memang akhir-akhir ini umi nisa sering menitipkan anak-anaknya kepada budi, jadi wajar saja mereka terlihat begitu dekat. juga terkadang anak-anaknya itu lebih gampang cerita kepada budi di bandingan ke pada ibunya sendiri. APalagi ke ayahnya, hahhh ayahnya sekarang sedak sibuk-sibuknya untuk mengurus pernikahannya yang ke empat pantas saja 2 minggu itu abi usman tidak pernah mengunjunginya.
Akhirnya setelah makan budi pun pamitan kepada umi nisa, saat itu budi hendak mencuci motornya yang dari kemarin belum sempat ia cuci. hingga tak lama ketika budi keluar dari rumah umi nisa dan budi pun langsung melangkah kerumahnya. mengambil ember dan kanebo hingga kemudian langsung muncuci motornya itu.
Sore itu terlihat umi nisa sudah mengenakan baju kurung dan jilbab lebarnya berwarna hijau, terlihat umi nisa sudah anggun dengan meneteng tas jingjing yang berisi kitab-kitabnya. Tak lama dari arah depan sudah muncul mobil hitam yang sudah siap sedia mengantarkan umi nisa ke pengajiannya. umi nisa pun menyapa budi dan berpamitan kepada budi tidak lupa umi nisa mentipkan anak-anaknya untuk di awasi oleh budi.
Brungggg brung… mobil hitam itu melaju melesat membelah jalanan gang akses masuk ke kontrakannya dan kini mobil itu sudah menghilang dari hadapan budi. Hari itu hari sabtu hari yang biasanya budi habiskan malamnya dengan lani. tapi naas malam minggu itu dia tidak bisa mengahabiskan malamnya dengan lani.
Pagi tadi lani harus berangkat ke bandung karena ada outbound yang wajib di ikuti setiap karyawan di perusahaannya. Akhirnya budi memutuskan untuk bermain dengan ketiga anaknya umi nisa. Sore itu budi mengajak ketiganya untuk jalan-jalan dan makan durian di depan jalan utama mangga besar. Ketiganya begitu senang dan merekapun dengan lahapnya makan durian, mereka menghabiskan 1 buah durian yang cukup besar itu.
Hingga kemudian sore hari itu langit ibukota sudah kembali mendung nampak nya sore itu hujan akan kembali turun, budi pun mengajak ketiga anak umi nisa itu untuk kembali ke rumah kontrakannya. mereka pun berjalan dengan cepat, tapi sayang hujan sudah terlajur turun ketika setengah jalan mereka melangkah kan kaki.
derrrr… hujan pun turun dengan derasnya. mereka pun akhirnya menepi di bangunan ruko dekat jalan utama. Sepertinya mereka salah menepi karena terlihat di depan bangun itu terpampang papan iklan dengan tulisan spa sehat. dan benar dugaan budi, dari arah dalam muncul wanita setengah telanjang mengenakan rok mini yang terlihat kekecilan dan miniset membungkus dadanya yang mengembung keluar dari dalam behanya.
mau tidak mau kontol budi jadi mengeras seketika menyaksikan pemandangan seperti itu. Dengan manja dan menggoda tampak wanita itu menawari budi untuk masuk berteduh sejenak. karena hujan begitu deras mau tidak mau budi harus mengikuti wanita itu masuk karena baju nya sudah mulai basah terkena cipratan air yang begitu kencang.
Akhirnya budi pun masuk ke dalam ruko tempat pijat plus plus itu. walaupun kala itu budi cukup bernafsu akalnya masih bisa di kendalikan hingga ia pun berkuat hati tidak tergoda wanita itu. tampak wanita itu dengan centil duduk di samping budi sebelah kanan, sebelah kirinya duduk ketiga anak-anak umi nisa.
Wanita spa: mas gak mau sekalian naik dulu… ini adik-adik nya ya…
Budi: waduh maaf mbak saya gak ngerti… iya ini adik-adik saya..
Wanita spa: yahh si emasnya pura-pura aja, yuk mas naik aja enak loh dingin-dingin gini. 100 aja deh.. aku. diskonin…
Budi: waduh maaf mbak saya bukan pria seperti itu..
Wanita spa: lahh… itu manuk nya udah ngembung kali mas… hehe
Budi: mohon maaf mbak saya hanya numpang berteduh saja.
Wanita spa: ayo lah mas… sama-sama enak lah… yuk…
Budi: maaf ya mbak… ehh kayanya di luar hujannya udah reda… mari mbak kami pergi dulu… terima kasih tumpangannya.
Karena melihat hujan di luar sudah mulai reda akhirnya budi pun mengajak ketiga anak umi nisa untuk keluar dari ruko itu dan sedikit berlari menjauhi ruko itu. di jalan beberapa kali ketiga anak umi nisa heran dengan budi dan omongan wanita tadi.
Naya: omm mbak nya tadi sebenarnya mau ngapain?
Budi: waduh nay, pokoknya kamu jangan seperti mbaknya tadi ya… itu wanita yang gak baik..
Naya: hmmm koq tadi dia ngajakin om budi keatas.. memang mau apa…
Budi: ohh tadi mbak nya mau minta tolong… tapi om budi gak bisa nolongin… eh nay.. yuk cepatan jalannya nanti keburu basah loh..(budi pun mengalihkan pertanyaan naya, dan berjalan cepat menuju ke rumah kontrakannya)
Akhirnya setelah lima belas menit berjalan akhirnya mereka pun sampai di rumah umi nisa. budi pun langsung menyuruh ketiga anak umi nisa untuk mandi, karena badan mereka sudah basah. budi takut mereka nanti sakit kalau tidak langsung memcuci badannya dengan air bersih. waktu itu budi pun langsung mendidihkan air panas, stelah mendidih budi pun menuangkan nya kedalam ember besar terlihat naya membantu budi mencampurkan air dingin ke air panas itu.
Budi: ehhh mia om budinya gak boleh di sini nanti mia mandi dengan kak naya ya…
Naya: udah yuk dek mbak mandi dengan mbak naya..
Budi: ya udah nay kamu mandiin ade-ade kamu.. nanti om budi ambilin baju gantinya di kamar ya..
Naya: iya om.
Nampak budi pun menutup pintu kamar mandi itu. perlahan dari dingding kaca kamar mandi terlihat naya sudah melepas baju semua adik-adiknya dan dirinya dan menaruhnya di atas dingding jendela kamar mandi. Sebenarnya budi cukup terganggu juga, tapi karena meraka masih kecil dan sudah budi anggap adik budi tidak berpikiran macam-macam.
Akhirnya budi pun mengambil pakaian ganti untuk anak-anak umi nisa. Saat itu budi menghilangkan pikiran yang tidak-tidak saat mengambil pakaian mereka. saat itu budi mengambil handuk, 1 baju tidur panjang beserta celana dalam dan juga kerudung dari lemari si kecil mia. kemudian kembali budi mengambil baju tidur juga yang panjang, celana dalam dan kerudung dari nara si anak tengah.
Akhirnya setelah 15 menit mia dan nara pun keluar dari kamar mandi dan menghampiri budi. tapi budi heran koq kakanya, naya belum juga keluar oh mungkin budi pikir masih mandi. Akhirnya lima menit kemudian naya pun keluar hanya mengenakan handuk. Waduh tadi budi ternyata lupa tidak mengambilkan baju ganti untuk naya, terlihat naya yang burusia 12 tahun tubuhnya sudah mulai tinggi dengan rambut panjang hitam terlihat basah di dadanya sudah muncul tonjolan yang menandakan dia sudah mau tumbuh dewasa.
terlihat paha mungilnya sudah mau tumbuh besar dari bawah handuknya, mau tidak mau budi pun kembali merasakan perasaan yang menggangu perut bawahnya. rasa pertentangan di dalam dirinya sedang terasa hingga kemudian dia tidak bisa menentang rasa dari tubuhnya perlahan kontol budi menjadi bangkit. buru-buru budi menutupi selangkangannya dengan bantal dan langsung mengalihkan perhatiannya dengan menyalakan remote tv.
Budi saat itu menarik nafas panjang, dirinya tidak mau bernafsu dengan anak sekecil itu naya memang termasuk anak yang bongsor kalau tadi ia lihat hanya mengenakan handuk. kini budi mulai mengalihkan pikirannya dan tidak memikirkan tentang naya. setelah itu perlahan ulur budi pun kembali tertidur, kini naya sudah keluar dari kamar dan sudah menggunakan pakaian lebarnya.
naya pun kemudian bergabung menonton tv dengan adik-adiknya dan juga om nya budi. Kini budi dan mereka pun sudah kembali mencair pikiran yang tidak senonoh yang tadi hinggap sebentar sudah hilang dari pikiran budi kini mereka terlihat asik mengobrol. beberapa kali naya dan nara curhat tentang sekolah dan abi mereka yang jarang pulang.
Budi: hallo (budi pun memberi salam)
Umi nisa: hallo bud… bud.. aduh umi mau minta tolong lagi nih.
Budi: apa itu umi, kebetulan budi sedang di rumah dengan naya, nara. dan mia.
Umi nisa: bisa tolong jemput umi bud… soalnya banyak jalan yang banjir supir yang tadi nganter umi ke sini kejebak banjir… ini sudah mau magrib juga.. umi takut kalau nunggu malam-malam di jalan ini, soalnya di sini gak ada angkutan umum juga.
Budi: Umi sekarang dimana?
Umi nisa: umi di daerah jayakarta.. di ***************************
Budi: ya udah umi di situ dulu aja ya nanti budi kesitu.
Akhirnya magrib-magrib itu budi pun melaju dengan vespanya ke daerah yang tadi di sebutkan umi nisa, nampak langit di atas sudah mulai gelap hujan dari atas masih saja turun tapi tidak sederas tadi. kini budi pun melaju dengan cepat, hingga benar saja apa yang di katakan umi nisa beberapa jalan terlihat tergenang air sepaha orang dewasa, mau tidak mau budi sedekit memutar dan masuk jalan-jalan kecil menghindari banjir.
Setelah 20 menit perjalanan akhirnya budi sampai juga di tempat yang di sebutkan umi nisa. budi pun celingukan mencari keberadaan umi nisa. kini terlihat umi nisa di sebrang jalan sana. nampak baju gamis lebar umi nisa sudah basah. jalanan jalan itu nampak sepi, karena jalan yang di depan mereka itu sedang banjir.
Umi nisa: bud, sepertinya maotor kamu tidak bisa lewat sini. umi jalan ke situ saja ya.
Budi: bentar umi budi bantu. (budi pun menutup telp itu.
Kini di depannya nampak jalan utama yang berada di sebrangnya menghadap umi nisa tampak air meluap dari gorong-gorong di bawahnya. sepertinya air itu cukup dalam membuat motor budi tidak bisa lewat kearah sana. akhirnya budi pun memarkirkan motor nya itu di atas trotoar. kini nampak budi menyinsingkan celana panjang nya sampai diatas lutut.
budi pun menyebrang dengan cepat kesebrang saja menghampiri umi nisa, nampak umi nisa masih ragu untuk melangkah. karena tidak enak di tunggu budi akhirnya umi nisa mulai melangkah turun dari trotar yang cukup tinggi itu baju gamisnya nampak sudah basah dalam kegelapan malam itu samar-samar budi menangkap bentuk tubuh umi nisa yang tercetak dari gamis longgarnya yang basah terlihat pinggul umi nisa yang besar membuat budi menelan ludah malam itu.
Akhirnya mereka pun menyebrangi jalan banjir itu. kini budi terlihat melompat ke depan trootar yang tempat motorya di parkirkan. umi nisa tampak ragu kembali, dia takut meloncat kedepan karena di samping nya ada got yang cukup lebar. Budi pun menyemangati umi nisa untuk melompat karena hari itu sudah gelap, umi nisa takut terlalu lama berada di situ akhirnya umi nisa pun melompat budi dengan cepat menangkap tubuh umi nisa yang tadi seperti mau terjatuh.
Budi: Maaf umi tadi budi gak sengaja..
Umi nisa: gpp bud.. yuk kita pulang…
Akhirnya malam yang gelap di tambah gerimis yang masih turun itu mereka berduaan manaiki sepeda motor budi. tampak umi nisa malu malu untuk berpegangan kepada budi. hingga berkali-kali dia seperti mau jatuh ketika motor itu melewati jalan berlubang. hingga nampak umi nisa kaget dan langsung memepang pinggul budi, karena begitu cepat peganganya meleset kebawah dan umi nisa merasa memegang sesuatu yang kenyal dari bawah sana.
sepertinya budi tidak menyadari itu kini umi nisa tampak berusaha kembali tenang, walaupun di dadanya masih berdesir karena tidak sengaja memegang sesuatu yang hanya boleh di pegang oleh muhrimnya. Sebenarnya wajar saja, sudah 2 minggu ini suaminya abi usman tidak pernah menyentuh tubuhnya kembali, sehingga tubuh itu seperti berasa lebih sensitif.
setelah melewati beberapa lama perjalanan yang cukup panjang karena budi harus memutar beberapa kali untuk menghindari banyak jalan yang masih banjir. Akhirnya mereka pun sampai di rumah kontrakan mereka ketika adzan isya berkumandang. Umi nisa nempak mehela nafas, tadi karena banjir dan terlantar di jalan umi nisa telah melalaikan kewajiban shalat magribnya.
Kini umi nisa pun turun dari motor budi, dan budi pun kembali memarkirkan motornya ke dalam pekarangan rumahnya.
Umi nisa: wah makasih banget ya bud, maaf tadi ngerepotin… udah jemput umi, untung ada kamu.
Budi: kebetulan aja umi… ya udah budi masuk dulu… baju budi basah soalnya mi.
Umi nisa: ya udah nanti kamu kerumah ya nanti umi bikini wedang jahe anget.
Budi: iya umi makasih nanti budi mandi dulu.
AKhirnya umi nisa pun masuk ke dalam perlahan budi pun membalik badannya untuk melihat umi nisa dari belakang. benar saja kini terlihat pinggul umi nisa begitu besar dari cetakan baju gamis nya yang terkena air hujan. hingga menyebabkan kontol nya di bawah kembali mengeras. ahh akhirnya budi pun berlalu ke kamar mandi, langsung mandi dan sambil sesekali meremas kontolnya yang masih saja berdiri ahhhhh umi nisa…
Di dalam sebuah kamar mandi terlihat umi nisa mulai menanggalkan pakaian yang di kenakannya, kini umi nisa mulai melepas kerudung lebar yang tadi di kenakannya nampak terlihat rambut umi nisa yang bergelombang yang di semir pirang bebberapa bagian saja. wajah nya terlihat cantik dengan alis mata cukup tebal, hidung mancung dan bibir yang tebal.
Pria mana yang tidak takjub kala melihat umi nisa menanggalakan kerudung lebarnya, umi nisa sesungguhnya masih ada keterunan pakista dari ibu nya, maka dari itu dia masih memiliki garis-garis wajah khas wanita timur tengah.. kini turun kebawah terlihat dada umi nisa yang membusung dari balik gamis hujaunya.
walaunpun belum mebuka pakaiannya dada umi nisa sudah terlihat membusung indah dada itu sehari-harinya selalu di tutupinya dengan jilbab kurung lebarnya.. srett kemudian umi nisa pun menurunkan resleting gamis nya yang berada di belakang. bleg, tampak kini gain kamis lebar dan tebal itu lepas dan sekarang berada di lantai.
umi nisa sekarang sudah setengah telanjang, nampak keindahan tubuhnya terpancar ketika gamis lebar itu terlepas. dada umi nisa terlihat menyembul besar melewati kutang merahnya yang tak kuasa menampung isinya. turun kebawah terlihat perut umi nita yang nampak rata walaupun sudah melahirkan 3 anak, kemudian kembali kebawah lagi terlihat cangcut merah senada kutang yang di kenakannya itu membungkung rapih isian dalam umi nisa terlihat di bagian belakang nampak patat sekal besar yang menungging kebalakang.
tampak patat itu begitu mulus siring tangan umi nisa yang melapaskan bungkusan cancutnya itu. tampak umi nisa mengambil cangcutnya itu terlihat di posisi tengahnya cancut itu terlihat basah. dan sedikit lengket ketika umi nisa merabanya. Umi nisa jadi teringat kembali kejadian saat di motor dengan budi, kejadian itulah yang mebuat cangcutnya menjadi basah.
Karena memikirkan hal itu umi nisa tak sengaja mencium cairan yang tadi menempel di cangcutnya kini satu tangan umi nisa telah membuka kutang yang dari tadi penuh sesak menampung isinya. kini nampak payudara besar melompat kelur ukuran membuat suaminya abi usman tergila-gila ketika menikahinya dulu.
nampak di kedua payudara itu pentil susunya nampak mengeras dan mencuat besar. hingga umi nisa pun memegang payudara itu. uhhhhhh sentuhan tangan nya itu serasa begitu geli terasa oleh pentil nya sendiri. hingga kemudian umi nisa pun tanpa sadar meremas payudaranya sebelah kanan… ahhhhhh terasa kembali kegeilan nikmat yang luar biasa.
Kini umi nisa seperti lepas kontrol tak bisa mengendalikan keinginan tubuh nya sendiri.. nampak akalnya sudah tertutupi nafsunya, kini setelah puas meremas-remas payudaranya sendiri salah satu tangan umi nisa turun ke bawah melewati rimbun hitam pepohonan yang tubuh di sekitarnya.. slekkk… perlahan jari umi nisa seperti menggeser..
klitorinya yang sudah terasa basah.. slekkk slekk… slekkk.. tampak kembali umi nisa melakukan itu… ahhhhhh perlahan tubuhnya bergetar nikmat… clokkkk kini jari yang tadi mengosok-gosok klitorisnya sudah masuk ke dalam memeknya.. clokok clok clokk ahhhhh malam itu tubuh umi nisa terasa nikmat..
clok clok clok.. uuuuhhhh ahhhhhhh. seiring itu colokan jarinya makin kencang.. hingga seketika tubuh sexy umi nisa seperti mengejang kuat. uuuhh ahhhhhh budi… Croooot crotttt crotttt tiga semburan kencang cairan memek umi nisa menembak keluar melewati tangannya…
Setelah keluar dari kamar mandi cepat-cepat umi nisa mengambil sajadah dan perlengkapan shalat nya, ia pun langsung menunaikan shalat isya di susul denga shalat jamak akhir magrib. kemudian tak lupa ia pun kembali menunaikan shalat sunah shalat tobat. Karena ia telah terbuai bujukan setan untuk mengikuti nafsunya.