1 November 2020
Penulis —  bramloser

Ochi, kakakku yang seksi

Mulustrasi

Namaku Fadel, sejak aku SMA aku tinggal berdua bersama kakak perempuanku Rosi yang biasa ku panggil kak Ochi di sebuah rumah kontrakan. Sedangkan orang tuaku tinggal di kota yang berbeda karena urusan bisnis. Saat ini aku masih kelas 2 SMA sedangkan Kak Ochi sudah kuliah semester tiga. Menurutku kak Ochi cewek yang sempurna, sudah cantik, baik lagi.

Idaman semua cowok deh pokoknya, termasuk aku adeknya, hehe.. Setahuku kak Ochi sekarang sedang jomblo, soalnya dia tidak pernah bilang kalau dia sudah punya pacar lagi sejak putus dengan mantan pacarnya dulu. Soalnya kalau ada apa-apa dia biasanya sering curhat padaku, bahkan sampai ngomongin urusan kuliahnya yang tentu saja aku tidak paham.

Kak Ochi

Meskipun kak Ochi sudah beberapa kali pacaran sejak dia SMA dulu, tapi setahuku dia masih perawan. Aku gak pernah periksa sih, tapi aku yakin saja kalau dia memang masih perawan. Kesehariannya kalau dia sedang ngampus atau keluar rumah pakaiannya biasanya selalu tertutup dan memakai jilbab, walau itupun kadang baju dan celananya agak ngetat juga.

Makin hari entah kenapa aku makin terobsesi pada kakakku sendiri sampai menjadikan kakakku sendiri sebagai objek onani, lagian salah dia sendiri sih sering menggodaku. Apalagi dia seringnya pake baju minim kalau sedang di rumah, bagaimanapun aku kan laki-laki juga. Ada cewek cantik, seksi, dengan pakaian terbuka berada di dekatku mau gak mau bikin si konti jadi ikutan berontak.

Tidak heran ketika teman-temanku main ke rumah mereka selalu terkagum-kagum melihat kakakku yang hanya menggunakan celana pendek sepaha dengan kaos oblong. Sungguh beruntung mereka mendapat pemandangan segar seperti itu di rumahku. Kakakku sendiri tidak terlalu peduli dan cuek saja dengan pakaiannya itu, bahkan bersikap ramah pada mereka, meladeni obrolan juga candaan mereka.

Saat ini salah satu temanku Ucup datang ke rumahku. Katanya sih mau bikin PR bareng, tapi seperti biasa, waktu kami lebih banyak habis karena main PS doang. Selain itu dianya pasti juga sekalian cuci mata kalau datang ke rumahku.

“Bro.. bagi foto kakak lo dong” pintanya di sela-sela asik main game.

“Untuk apaan?”

“Kayak gak tau aja lo.. ya buat bahan coli lah.. hehe” katanya kurang ajar bicara begitu tentang kakakku.

“Kampret lo.. lo minta aja sendiri kalau berani sana”

“Oke.. ntar deh gue coba, lo gak marah kan?”

“Kalau dia bolehin gue sih gak masalah.. asal lo gak jepret dia diam-diam aja”

“Tok-tok-tok” terdengar suara ketukan di pintu kamarku.

“Dek.. ajak temannya makan dulu, nih udah kakak siapin makan” panggil kakakku dari balik pintu.

“Iya kak bentar” sahutku, kebetulan aku juga sudah lapar dan bosan kalah mulu main game dari si Ucup.

Kamipun menghentikan permainan kami dulu untuk makan. Ketika keluar, aku melihat kakakku hanya menggunakan tanktop putih dan celana pendek merah muda. Duh, gak malu apa dia pake gituan. Aku yang adiknya saja sampai berdesir darahku melihatnya apalagi temanku ini yang orang luar. Benar saja, ku lihat ke sebelahku si Ucup dengan tampang bloonnya melongo melihat penampilan kakakku, untung saja si Ucup masih bisa menguasai kondisi.

“Udah makan kak? Bareng yuk” kata Ucup basa-basi.

“Belum sih.. kalian aja deh yang makan duluan” jawab kakakku sambil masih sibuk membereskan dapur.

“Bareng aja yuk kak sini.. ntar demo loh cacingnya, hehe..”

“Hmm.. iya deh” setuju kak Ochi akhirnya ikut makan bersama kami. Aku perhatikan si Ucup ini curi-curi padang ke arah kakakku yang tepat duduk di depannya. Sialan nih kampret matanya.

“Kakak yang bikin yah?” tanya Ucup.

“Iya, kenapa dek? Gak enak ya?”

“Enak kok, enak banget malah.. bikin nafsu”

“Bilang nafsu kok liatin kakak sih, ayo.. gak mikir yang macam-macam kan?” pancingnya. Mulai deh kakakku nakal -,-

“Gak kok kak, kan maksudnya nafsu makan, bukan nafsu yang lain.. duh beruntung banget yah si Fadel punya kakak cewek yang seperti kakak, jadi iri Ucup.. udah cantik, baik, bisa masak lagi hehe..” Kak Ochi tertawa renyah mendengar godaan temanku yang cabul ini.

“Hihi.. bisa aja kamu, ya udah.. kalau gitu habisin yah, jangan dibuang-buang loh makanannya”

“Sip Kak, gak perlu disuruh itu mah”

Setelah makan, kamipun melanjutkan lagi membuat PR yang belum selesai tadi. Kali ini kami mengerjakannya di ruang tengah, sambil nonton acara tv yang menayangkan pertandingan liga Indonesia yang gak mutu ini. Ya.. ku tonton juga karena yang main klub dari kotaku. Ku perhatikan dari tadi kakakku sering amat mondar-mandir kesana kemari.

Maksudnya apa coba? Tebar pesona? Bikin aku dan Ucup teralihkan fokus saja, bahkan sampai gak ngelihat gol barusan karena pandangan mata kami berubah fokus, malah melihat ayunan bongkahan pantat kakakku dari belakang. Akhirnya menjelang magrib barulah semua PR ini selesai, jadi lama amat selesainya gara-gara kami masih saja kebanyakan nyantainya dari pada bikin PR.

“Kak, Si Ucup pulang nih..” teriakku sambil mengantar si Ucup ke depan rumah. Saat itu kak Ochi sedang berada di dalam kamar mandi.

“Pamit pulang dulu kak..” kata Ucup berteriak berpamitan.

“Iya.. hati-hati yah.. jangan bosan main ke mari” jawab kakakku juga berteriak dari dalam kamar mandi.

“Eh, ngomong-ngomong lo gak jadi minta foto ke kakak gue?” tanyaku pada si Ucup saat kami di depan rumah.

“Udah kok tadi, hehe”

“Kapan emang?” tanyaku heran karena tidak mengetahuinya, diam-diam aja nih anak kampret.

“Itu.. waktu gue ambil minum tadi itu lho.. hehe”

“Diam-diam aja lo ya.. sialan lo.. udah sana lo pergi” kataku sambil mengayunkan kakiku seperti menendang ke arahnya. Dengan tertawa-tawa dianya menghindar dan pergi dari dari hadapanku.

“Udah pulang temanmu dek?” tanya kakakku dari belakang.

“Udah kak barusan” jawabku sambil membalikkan badan.

Deg, aku cukup terkejut melihat penampilan kakakku. Tubuhnya hanya dibalut handuk putih yang tidak dapat menutupi indahnya belahan dada dan paha kakakku. Rambutnya masih basah, dan yang lebih menggoda lagi masih ada tetes-tetes air di kulit mulusnya bahkan ada yang tampak meluncur ke belahan dadanya itu.

“Liatin apaan kamu dek?” Duh, aku ketahuan sedang memperhatikan dirinya.

“Eh.. ng.. nggak ada kok kak”

“Hmm.. Kamu belum mandi kan? udah sana mandi, liatin kakaknya ntar aja.. kakak gak kemana-mana kok.. hihi”

“Ye.. Siapa juga yang mau liatin kakak..” kataku pura-pura jaim. Kakakku tidak berkomentar lagi dan diapun berlalu kembali menuju ke kamarnya. Aku masih terpana melihat sosok indah kakakku ini, sambil dia berjalan aku masih saja memperhatikan dirinya, mataku seperti tidak ingin lepas dari tubuhnya itu.

“Duh.. dek jangan liat!” teriaknya manja.

“Eh.. iya kak, kakak sih pake handuk kecil gitu..” Diapun segera mengambil handuknya, tapi bukannya mengenakan handuknya lagi, dia malah menenteng handuknya itu dan lari telanjang bulat ke kamarnya, sungguh binal dan mengundang birahi. Jadilah makin puas mataku melihat adegan binal kakakku itu, yang selama ini di luar rumah selalu tertutup dan memakai jilbab, kini aku melihat tubuh indahnya bertelanjang bulat bahkan berlari bugil di dalam rumah.

Aku sudah tidak tahan lagi karena aksi kakakku itu, aku segera mandi yang tentu saja juga diikuti dengan kegiatan onani membayangkan tubuh bugil kakakku yang binal. Sungguh onani yang luar biasa saat itu.

Saat ku keluar dari kamar mandi, aku di sambut lagi oleh kakakku yang berada di dapur.

“Lama amat mandinya dek? Ngapain sih kamu? Onani?” Sial.. tebakannya tepat sasaran. Lagian ulahnya juga sih tadi yang membuat aku terpaksa onani.

“Eh.. a.. anu.. biasa kan kak.. aku kan cowok normal. Kakak sih pakai telanjang tadi, hehehe..” jawabku sambil cengengesan.

“Dasar, udah kakak bilang jangan lihat. Emang kamu baru pertama kali lihat cewek bugil ya dek? hihi..”

“Iya nih Kak, makasih ya.. hehe”

“Huu.. anggap aja tadi itu rezeki kamu. Tapi kamu siram yang benar kan? awas kalau ntar lantainya lengket-lengket di kaki kakak” mendengar omongan kakakku itu aja aku jadi horni lagi, membayangkan kalau kaki kakakku terkena semprotan pejuku.

“Iya.. udah di siram kok kak.. cek aja kalau gak percaya.. hehe”

Tiba-tiba aku berpikir untuk membalas aksi kakakku tadi, aku penasaran juga menunjukkan penisku di depan kakakku, kira-kira bagaimana reaksinya ya.. hehe.. Memikirkan itu saja penisku kembali tegang, tentu saja langsung nyemplak di handuk yang ku kenakan ini.

“Dek..”

“Ya kak?”

“Itu kamu bangun lagi tuh.. mikir yang jorok-jorok yah? Jangan macam-macam kamu dek”

“Eh.. nggak kok kak.. maaf” Duh, terpaksa aku membatalkan aksiku. Udah kepergok duluan sih mikirin yang nggak-nggak. Lain kali saja deh kutunjukkan.

“Udah sana pakai bajumu” suruhnya lagi.

“Iyaaaa”

Aku menuju kamarku, kemudian bersantai sejenak menenangkan diriku dan adik kecilku yang tadi sempat tegang. Ku isi waktu dengan mendengarkan musik, baca komik dan tidur-tiduran di atas tempat tidur. Cukup lama juga aku mengurung diri di kamar, mungkin hampir tiga jam. Merasa bosan akupun keluar kamar untuk menonton tv.

“Dasar.. lagi tidur tapi tv dibiarkan hidup” gerutuku. Ketika hendak mematikan tv mataku lagi-lagi tertuju pada tubuh kakakku yang tidur sembarangan ini. Paha putih mulusnya terpampang dengan jelasnya membuat nafsuku bangkit lagi. Jantungku berdetak kencang melihat pose tidurnya yang sembarangan itu.

Aku semakin berani saja kemudian, aku kocok penisku sendiri di depan wajah kakakku. Sungguh gila dan teramat nekat memang, tapi aku tidak peduli lagi. Aku sudah betul-betul tidak tahan. Lama kelamaan kocokanku makin cepat dan sepertinya aku akan segera sampai. Debaran dadaku semakin cepat.

“Dek! Kamu apa-apaan sih” Aku terkejut bukan main, kakakku terbangun, mungkin terjaga karena aku yang terlalu berisik. Tapi spermaku sudah sampai di ujung penisku. Padahal niat hati tidak ingin sampai keluar di depannya. Tapi kepalang tanggung, dianya sudah terbangun dan sudah sampai sejauh ini, kakiku bahkan jadi tidak ingin mundur menjauh darinya.

Akhirnya tetap ku arahkan ujung penisku ke wajahnya dan croott.. crrroott! Spermaku menyembur bertubi-tubi dengan telaknya ke wajah kakakku yang cantik. Gila! aku membukkake kakakku sendiri. Jadilah wajah cantiknya kini berlumuran cairan putih kental milikku. Aku betul-betul puas, sangat lega karena bisa menuntaskan hasratku, ini betul-betul orgasmeku yang paling luar biasa yang aku rasakan selama ini.

“Kamu apa-apan sih deeeekkkk? Sembarangan amat” teriaknya histeris.

“Maaf kak.. g.. gak tahan” kataku nyengir. Aku merasa bersalah juga melakukan hal ini pada kak Ochi. Sungguh perbuatan ku kali ini teramat nekat. Bisa-bisanya aku menumpahkan spermaku seperti itu ke wajahnya. Tapi tadi itu betul-betul luar biasa nikmatnya.

“Ihh.. belepotan gini, bau kan?!” rengeknya manja sambil mengusap ceceran spermaku itu dengan ujung jarinya.

“Ya udah, kali ini kakak maafin.. tapi jangan ulangi lagi” sambungnya.

“Iya kak.. maaf” kataku. Kakakku hanya tersenyum kecil, aku lega melihat dia tersenyum, untung saja dia tidak marah lagi. Tapi melihatnya tersenyum dengan wajah penuh sperma itu memberikan sensasi tersendiri bagiku, membuat dadaku jadi berdebar-debar.

“Ambilin tisu dong dek.. keburu kering nih ntar peju kamu, cepetaaan.. kamu kira kakak suka apa belopotan peju kamu kayak gini”

Aku segera mengambil kotak tisu yang berada di atas meja dan memberikannya ke kakakku. Kakakku menerimanya dan mulai membersihkan wajahnya yang berlumuran peju adiknya itu.

“Puas kamu? Ngecrot sembarangan aja.. ini wajah kakakmu lho, bukan tembok wc! dasar kamu kebanyakan nonton bokep!” katanya dengan wajah kesal sambil masih membersihkan wajahnya.

“Maaf kak..”

“Iya-iya.. udah bersih belum dek wajah kakak? Ada yang tinggal nggak?” tanyanya sambil memperlihatkan wajahnya di depanku.

“Itu kak, di bawah bibir” kataku menunjuk bawah bibirku sendiri untuk memberi petunjuk.

“Hmm.. Untung gak masuk ke mulut.. udah?”

“Iya kak.. udah bersih”

“Ya udah pakai lagi tuh celana kamu.. apalagi coba? Belum puas apa?”

“Eh.. iya kak” akupun memakai celanaku lagi lalu duduk di sebelahnya. Kami terdiam beberapa saat, aku sendiri tidak tahu harus ngomong apa lagi. Aku merasa begitu canggung karena kejadian barusan. Ingin aku kembali ke kamar saat itu tapi aku juga masih ingin berada di dekat kakakku, siapa tahu akan ada kesempatan yang lebih besar.

“Maaf yah kak..” kataku mencoba membuka obrolan.

“Iya.. Makanya cari pacar dooong.. masa kakak kamu yang jadi pelampiasan.. dasar”

“Habisnya kakak cantik sih.. seksi lagi.. nafsuin ouppss” Duh, aku keblablasan.

“Hihi.. kamu ini.. dasar yah.. udah berani macam-macam ke kakak.. masih bocah ingusan juga hihihi..”

“Enak aja bocah.. siapa bilang, tadi kan kakak udah liat punyaku.. gede kan kak? Hehe”

“Huu.. Rese kamu…” Kayaknya dia gak mau ngaku, malu mungkin.

“Udahan kan dek? Gak kepingin pejuin kakak kamu lagi kan? tidur lagi yuk..”

“Tidur bareng maksudnya kak?” tanyaku. Sebenarnya sampai saat ini sesekali aku masih tidur bareng kakakku, biasanya kalau dia ketakutan kalau lagi hujan badai. Tempat tidurnya juga cukup luas dan muat untuk dua orang.

“Enak aja, ntar kamu macam-macam lagi”

“Yah.. kirain”

“Hmm.. ya udah, malam ini tidur bareng lagi, tapi ingat jangan macam-macam” Akhirnya dia mau juga tidur bareng, sepertinya dia memang berniat menggodaku. Ya sudah.. kesempatan, rasain kamu ntar Kak.

“Iya deh kak.. bentar pipis dulu”

“Ya udah kakak ke kamar dulu, jangan lupa nanti semua lampu dimatikan”

“Beres kak”

Diapun menuju kamarnya sedangkan aku ke kamar mandi. Aku jadi berdebar-debar memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Penisku tanpa sadar ngaceng kembali, duh ngilu.

***

“Tok.. tok”

“Kak…”

“Iya dek, masuk aja..” akupun masuk ke kamarnya. Kakakku duduk bersandar di ranjang sambil membaca novel remajanya, tampak sebagian tubuhnya sudah masuk ke dalam selimut. Aku masih berdiri saja di sini.

“Napa dek? Masih grogi gara-gara tadi? Hihi.. Kan udah kakak maafin..” Ku balas saja dengan senyum kecil. Akupun berjalan menuju ke ranjangnya.

“Op, tunggu bentar!” katanya menghentikanku, apa lagi nih maunya dia.

“Kamu udah cuci kaki?” tanyanya dengan nada suara menggoda, membuat aku jadi gemetaran.

“Udah kak..”

“Hmm.. udah cuci tangan belum?”

“Udah juga”

“Gosok gigi udah belum?”

“Udaaaah..”

“Ya udah.. boleh naik ke ranjang deh kalau gitu.. hihi.. sini dek bobok” Ckckck, dasar kakakku ini. Akhirnya aku naik ke atas ranjangnya dan tiduran di sampingnya yang masih asik membaca.

“Tapi kamu belum minum susu kan?”

“S.. s.. susu kak?”

“Iya, susu” katanya dengan tatapan menggoda padaku. Tentu saja aku juga menatap ke arah susunya.

“Kalau itu belum kak, hehe”

“Mau?”

“M.. mau apa kak?” tanyaku grogi, berharap dia menawarkan susunya padaku.

“Mau kakak tabok? Jangan ngarap deh kalau itu.. week” katanya memeletkan lidah. Sial, cuma menggodaku aja ternyata. Akupun merebahkan kepalaku dengan kesal.

“Kak.. matiin dong lampunya, mana bisa tidur..” kataku beralasan agar segera bisa beraksi, padahal aku sebenarnya belum ngantuk.

“Ah, kamu ini nganggu kakak baca aja.. iya-iya” diapun menutup bukunya dan bangkit dari ranjang untuk mematikan lampu.

Degh, ternyata dia hanya memakai celana dalam saja di balik selimut itu. Dengan hanya memakai baju kaos dan celana dalam seperti itu kak Ochi kelihatan sangat menggoda, dadaku kembali berdebar dengan kencangnya karena dirinya ini.

“Napa dek? Kan tadi siang udah sempat liat kakak bugil.. masa gini aja nafsu?”

“Hehe.. maunya sih liat kakak bugil lagi”

“Week.. jangan macam-macam kamu, udah sana bobo”

“Klik” lampupun dimatikan dan diapun naik ke atas ranjang berbaring memunggungiku. Aku belum berani untuk melanjutkan macam-macam dulu saat ini, padahal tadi niatnya pengen cari-cari kesempatan, tapi dari pada aku diusir lebih baik ku tunda dulu niatku. Kupaksakan juga memejamkan mata meskipun celanaku sangat sempit.

Tapi ternyata aku tidak bisa menahannya, dari balik selimut ku pelorotkan lagi celanaku hingga peniskupun bebas. Aku kocok barangku sendiri dari balik selimut itu dengan pelan sambil menatap kakakku meskipun hanya bagian belakang tubuhnya saja. Memikirkan kalau dibalik selimut ini dia hanya memakai celana dalam dan aku sendiri tidak memakai celana makin membuat birahiku tinggi.

“Lagi ngapain kamu dek? Onani lagi? Udah dibilang jangan macam-macam.. baru juga tadi kan pejuin Kakak?” katanya menghadapkan wajahnya padaku.

“Eh.. m.. maaf kak.. gak tahan”

“Iya.. tapi jangan disini dong.. dasar kamu nafsu sama kakak sendiri” meskipun bicara begitu tapi dia tidak berusaha bangkit ataupun mendorongku dari ranjangnya. Merasa diberi angin ku teruskan saja onaniku.

“Ckckck.. dikasih tau malah ngelunjak kamu” katanya geleng-geleng kepala.

“Awas kalau kamu macam-macam!” sambungnya, diapun tiduran lagi membelakangiku, membiarkanku adiknya meneruskan aksi onaniku itu di sampingnya. Makin lama bukannya aku semakin puas tapi malah makin tersiksa, aku seperti ingin menuntaskannya lagi. Aku sibakkan selimut yang tadi menutupi bagian bawah tubuhku sehingga kini penisku terpampang bebas.

Aku makin berdebar-debar, sensasi ini sungguh luar biasa, aku mengocok batang penisku yang tidak tertutup apa-apa lagi di atas ranjang kakakku dengan dianya ada disampingku. Aku tidak peduli lagi ucapannya agar tidak macam-macam. Aku bangkit dan membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Tubuh molek indahnya kini terpampang di depanku.

Kocokanku makin cepat melihat ini semua, nafsuku sudah sampai di ubun-ubun, tapi ku masih bisa menahan untuk tidak memperkosa kakakku, bisa masalah entar.

“Dek…” aku terkejut mendengarnya, ternyata dia masih terjaga meskipun saat ini matanya sedang tertutup.

“Mau kakak hajar?” sambungnya tanpa mengubah posisi tidurnya.

“Eh.. nggak kak, s.. sorry kak”

Akupun menutupi tubuhnya lagi dengan selimut, begitupun aku juga kembali berbaring dan masuk ke selimut. Duh, gagal. Lanjutin gak yah.. tapi udah dikasih peringatan berkali-kali ini. Belum tentu kalau aku masih juga ngelunjak dia masih mau maafin. Ah, ku coba sajalah.

“Kak..” panggilku.

“Hmm? Apa? bobok lagi sana”

“Ngg.. Boleh meluk gak?”

“Kalau meluk, meluk aja tapi jangan macam-macam” jawabnya membolehkan. Yes, senang banget dibolehin meluk dirinya. Langsung saja ku lingkarkan tanganku ke perutnya dan memeluknya dari belakang. Bagian depan tubuhku menempel ke tubuh belakangnya, dan tentu saja penisku yang masih bebas bergesekan dengan bongkahan pantatnya yang hanya dibalut kancut tipis itu.

“Dek, celana kamu belum kamu pakai juga?”

“Belum kak.. gak apa yah kak?”

“Dasar.. jangan nakal tapi kamunya..”

“Iya kak”

Betul-betul kesempatan emas bagiku, aku dapat mencium harum tubuhnya itu. Tidak hanya sekedar memeluk, kesempatan itu juga ku gunakan untuk meraba perut dan pinggangnya. Dia mencoba menepis tanganku ataupun menggoyangkan tubuhnya karena risih, tapi lama-kelamaan akhirnya dia capek sendiri dan membiarkan saja aksi nakal tanganku.

Besoknya aku terjaga lebih cepat, itu karena tadi malam aku tidur lebih awal dari biasanya. Sekarang jam masih menunjukkan pukul lima pagi, masih terlalu pagi untuk beraktifitas bagiku. Namanya laki-laki kalau pagi-pagi gini si konti tidak bisa kompromi, apalagi ada cewek cakep alias kakakku yang cantik di sebelahku.

Masih sama-sama di dalam selimut, aku peluk dirinya lagi dari belakang, bahkan kali ini mulai berani meraba buah dadanya. Dengan kurang ajarnya ku goyangkan pinggulku sehingga penisku bergesekan dengan pantatnya di bawah sana. Beberapa kali kakakku melenguh seperti akan bangun, tapi karena tidak benar-benar bangun jadinya tetap ku teruskan aksi cabulku yang nekat ini.

Makin lama aku semakin tidak tahan, ku sibak lagi selimut itu. Lalu dengan nekatnya aku mengangkangi wajah kakakku dan mengocok penisku di depan wajahnya lagi, tepat di atas bibir mungilnya.

“Adek!” lagi-lagi dia terbangun di saat-saat genting seperti ini.

“Kamu ini! masa mau pejuin muka kakak lagi?”

Aku tidak menghiraukan ucapannya lagi kali ini dan tetap saja mengocok penisku karena tanggung, dan crooot… crrooot! Untuk kedua kalinya aku menyemprot wajah kakakku dengan spermaku.

“Adek… nggmmhh..” dia gelagapan menerima semprotan spermaku, kali ini ada yang masuk ke mulutnya.

Cairan putihku kali ini menyemprot lebih banyak dan kencang dari sebelumnya, bahkan ada yang sampai ke rambutnya. Ku geser posisiku dan mundur setelah ejakulasiku itu.

Betul-betul banyak ternyata, sampai ada yang meleleh ke leher dan sprei tempat tidurnya.

“Ngggmmm… adek..!”

“M.. maaf Kak..”

“Kamu ini, udah kakak bilang cukup sekali kemarin aja, eh malah ngulangin.. rese kamu. Tuh lihat sampai kotor gitu kan tempat tidur kakak..!”

“Maaf deh kak… biar Fadel yang bersihin nanti” kataku merasa bersalah.

“Dasar kerjaan kamu onani mulu.. kosong tuh dengkul. Ya sudah, udah terlanjur juga.. ambilin lagi sana tisu”

“Iya kak” akupun mengambil tisu yang ada di atas meja dan memberinya ke Kak Ochi.

“Nggak marah lagi kan kak?”

“Mau kamu kakak marah terus?”

“Hehe.. Ya enggak lah kak, terus spreinya gimana kak? Jadi cuci?”

“Hmm.. biar aja deh, ntar juga kering.. kalau gak kering juga terpaksa deh gantian kakak yang tidur di kamar kamu ntar malam”

“Makasih yah Kak.. hehe”

“Dasar.. Dulu waktu mama ngandung kamu mama ngidam apa sih? Kok gini amat mesumnya, hihihi.. Untung semprotnya di muka kakak, coba kalau di..” dia tiba-tiba berhenti bicara.

“Kalau dimana kak?” tanyaku memancing, ku lihat wajah kakakku memerah karena malu menyebutnya.

“Tau sendiri lah kamu.. Udah sana mandi, ntar terlambat kamu sekolah” Kakakku bangkit dari tempat tidur dan membuang tisu itu ke tempat sampah.

“Iya kak..”

“Kamu mau sarapan apa dek? Kakak bikin nasi goreng aja yah?” katanya sambil mengikat rambut sebahunya itu kincir kuda.

“Oke kak..” dia tersenyum dan meninggalkan kamar. Aku menyusulnya keluar tidak lama kemudian untuk segera mandi dan bersiap-siap ke sekolah. Sungguh beruntung aku bisa menyemprot di wajahnya sampai dua kali, aku harap masih akan ada lagi semprotan ketiga, keempat atau seterusnya. Aku penasaran apa yang akan ku lakukan lagi nanti sepulang sekolah bersama kakakku yang cantik dan seksi itu.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan