1 November 2020
Penulis — bramloser
Aku buru-buru pulang saat selesai jam sekolah. Aku sangat menantikan aksi selanjutnya bersama kakakku. Tapi ternyata aku tidak beruntung karena sepertinya Kak Ochi belum pulang dari kuliahnya. Selain itu aku juga sudah lapar banget karena belum makan siang. Katanya sih Kak Ochi bakal beliin ayam goreng untuk lauk makan siang kami, tapi udah sore gini dia belum pulang juga.
Dua jam kemudian barulah ia pulang, seperti biasa ia selalu mengenakan pakaian yang tertutup lengkap dengan jilbabnya bila keluar rumah.
“Duh dek, sorry yah sorry yah.. kelaman yah nungguinnya? Udah lapar yah? Sorry banget… tadi kakak ada perlu…” Ucapnya pertama kali saat masuk rumah. Sebenarnya aku kesal, tapi karena melihat wajah memelasnya itu hatiku jadi luluh.
“Iya iya..” jawabku sambil mengambil bungkusan ayam itu dari tangannya.
“Jangan makan duluuuu… kakak ganti baju dulu bentar, kita bareng makannya” katanya sambil bergegas ke kamarnya.
“Iyaaaa…” jawabku lemas. Sebenarnya aku pengen ngikutin dia ke kamarnya, siapa tahu dibolehin liat dia ganti baju hehe, tapi ternyata rasa laparku lebih kuat. Akupun ke dapur mengambil piring untuk kami berdua.
Kak Ochi
Selang beberapa lama kemudian dia keluar dari kamarnya. Kali ini dia malah mengenakan kaos biru yang pas-pasan di tubuhnya dan celana pendek hitam yang mirip celana dalam. Sungguh berbeda dengan apa yang aku lihat sebelum dia masuk kamar. Yang tadinya begitu serba tertutup, kali ini begitu terbuka dan memperlihatkan lekuk tubuh indahnya.
“Mau yang paha atau yang dada dek?” tanyanya dengan memegang paha di tangan kanannya dan dada di tangan kirinya. Duh, coba aja yang ditawarkan itu paha dan dada miliknya, pasti ku pilih keduanya, hehe.
“Mau paha ayam atau dada ayam?” tanyanya lagi, yang sepertinya tahu apa yang sedang ku pikirkan.
“Eh, dada aja kak..” jawabku akhirnya.
“Nih…” katanya sambil meletakkan paha ayam ke piringku, loh kok.
“Kakak pengennya dada, lebih gede… hihi” seenaknya aja dia, trus ngapain pake nanya tadi -. - Aku hanya memandang kesal padanya, tapi dia cuek saja dan pergi ke ruang tengah untuk makan sambil nonton tv. Sabar… sabar… ntar ku balas kakakku ini. Kena semprot lagi baru tau rasa dia. (Agan-agan pembaca ada yang mau bantuin semprotin gak?
Aku juga mengikutinya makan sambil nonton tv, kakakku duduk bersimpuh di bawah sedangkan aku sengaja duduk di atas sofa yang ada di belakangnya. Setidaknya dengan posisiku disini aku bisa menuntaskan dua nafsu sekaligus, nafsu makan dan nafsu birahi dengan memandangi kakakku.
“Temanmu gak main kesini lagi dek?” tanyanya disela-sela makan.
“Nggak kak, kenapa emang?”
“Gak ada sih, bagus soalnya karena kakak gak digoda terus, apalagi temanmu kemarin itu si Ucup, pake minta foto kakak segala”
“Ngapain juga sih kakak kasih?”
“Biarin aja, cuma jepretin kakak beberapa kali doang” jawabnya santai. Kak Ochi gak tahu apa kalau bakal dijadikan objek coli si Ucup.
“Tapi dek..” katanya melanjutkan.
“Tapi apa kak?” tanyaku penasaran, dia tersenyum kemudian naik ke atas sofa di sebelahku.
“Kemarin itu dia juga ambil foto bugil kakak lho..” katanya berbisik.
Jleb!! Apa? Jadi kakakku difoto bugil sama si Ucup? berarti duluan si Ucup yang melihat tubuh bugil kakakku. Pantasan tadi waktu aku mau lihat foto kakakku yang dijepretnya kemarin dia gak mau, terus waktu pulang kemarin dia juga tampak kesenangan, begitu toh ternyata. Bakal ku hajar si Ucup itu besok.
Namun aku penasaran juga bagaimana si Ucup merayu kakakku sampai kakakku mau difoto bugil oleh si Ucup. Tapi ah.. sudahlah, lagian aku sudah lihat juga walau sesaat. Tapi aku tetap tidak habis pikir kakakku mau saja difoto bugil olehnya. Mengetahui hal itu aku malah horni, membayangkan kakakku telanjang di depan orang lain yang tidak jelas seperti si Ucup itu.
“Gak apa kan dek? Cuma foto doang kok.. itupun dia maksa sih, lagian dia janji gak bakal nyebarin” walaupun maksa kok kamu mau mau aja sih kak, gerutuku dalam hati.
“Iya, terserah deh.. curang tuh si Ucup. Dasar otak ngeres dia” sungutku.
“Sama kaya kamu.. makanya cari cewek sanaaaa” katanya sambil mencubit pipiku dengan tangan kanannya, sehingga meninggalkan butiran nasi yang menempel di wajahku.
“Duh kak.. sakit tahu..” kataku lebay, dianya malah ketawa-ketawa saja. Tapi yang ku lihat selanjutnya membuat darahku berdesir. Dia mencolek nasi yang ada dipipiku itu lalu memakannya, bahkan dia mengemut-ngemut jarinya sendiri sambil tersenyum manis menatapku. Aku jadi terpana melongo. Tapi tunggu..
“Kaaaak” teriakku histeris. Jadi ternyata dia sengaja bikin aku mupeng demi mengambil ayam milikku? Betul-betul bikin kesal. Dia betul-betul harus tanggung jawab, udah bikin aku mupeng, dianya juga ngambil ayamku.
“Hihihi, makanya jangan ngeres!!” katanya berlari ke dapur sambil ketawa-ketawa. Aku hanya meremas sisa nasi di piringku yang kini tidak ada lauknya lagi, terpaksa ku sudahi makanku T. T
“Udah sana mandi, udah sore..” katanya santai seperti tidak bersalah. Dia yang sepertinya tahu kalau aku masih kesal terus saja tertawa kecil, bikin aku tambah kesal saja. Diapun masuk ke kamarnya meninggalkanku. Awas yah kak.. betul-betul akan ku tembak lagi mukamu, batinku.
Aku beneran mandi setelah itu. Meski sedang horni-horninya tapi aku tidak onani karena memang sengaja menyimpannya nanti untuk balas dendam. Selesai mandi akupun ke kamar kakakku. Ku lihat dia sedang asik di depan laptopnya.
“Ngapain kamu dek? Nempel mulu dari tadi”
“Suka-suka dong..” jawabku cuek.
“Pengen coli lagi kamu? Mau nembak muka kakak lagi? Jangan ngarep ya..” Ampun deh, sering amat isi kepalaku ditebak sama dia.
“Kakak lagi sibuk, jangan ganggu deh..” sambungnya. Sibuk apanya? Yang ku lihat dia malah asik edit-edit foto. Tapi melihat dia yang lagi asik ngedit foto aku jadi kepikiran hal mesum, bagaimana kalau nanti aku juga mengedit fotonya, ku potong gambar kepalanya lalu ku tempel ke foto cewek telanjang yang lagi disetubuhi rame-rame.
“Iya… gak ganggu kok kak..” Kak Ochi hanya melirik ku sebentar lalu melanjutkan lagi kesibukannya itu. Akupun hanya tidur-tiduran saja di ranjangnya sambil main game di hpku, aku masih menunggu waktu yang tepat.
“Haaaah.. Cape juga..” katanya sambil melemaskan badannya mengangkat tangannnya ke atas.
“Eh, tumben kamu gak nganggu?” sambungnya melirik padaku, aku hanya cengengesan saja.
“Ya udah kakak mau mandi dulu, kamu mau disini aja? Tapi jangan macam-macam yah di kamar kakak..” Diapun keluar kamar untuk mandi. Cukup lama aku sendirian di kamarnya, dasar cewek.. mandinya lama amat. Setelah sekian lama barulah dia kembali, sekali lagi aku melihat tubuh indahnya yang basah itu hanya diselimuti handuk kecil.
“Lama amat kak?”
“Emang itu urusan kamu? Suka-suka kakak dong…” jawabnya ketus, bikin kesal aja tapi tetap aja nafsuin.
“Dek, kakak mau ganti baju nih..” katanya memandang ke arahku.
“Terus?” kataku cuek, dia pasti bakal nyuruh aku keluar nih, pikirku.
“Kamu mau milihin baju buat kakak gak dek? Pilihin deh suka-suka kamu.. anggap aja sebagai ganti rugi ayam tadi” Jebret!! Aku terkejut mendengarnya. Aku kira tadi bakal diusir, tapi malah disuruh milihin baju untuk dia.
“Eh, Y.. yang bener kak?”
“Iya..” jawabnya sambil tersenyum manis. Yuhu… asik, aku dibolehin milihin baju buat dia \:v/ Waktunya berfantasi ria, mana mungkin bakal ku pilihkan baju yang biasa-biasa saja, akan ku gunakan kesempatan ini secabul mungkin. Langsung saja ku buka lemari bajunya, saking banyak isinya aku jadi bingung sendiri.
“Cepetan dek..”
Dadaku jadi berdebar-debar, akhirnya aku bisa mewujudkan salah satu khayalanku. Segera ku obrak-abrik isi lemarinya tanpa peduli kalau dia akan marah.
“Dasar kamu.. Sampai berantakan gitu lemari kakak.. kontrol diri dek.. hihi”
Setelah cukup lama membuat berantakan isi lemarinya, akhirnya ku pilih sepotong kemeja putih lengan panjang yang tampak transparan dan sepasang kaos kaki putih sebetis, tentu saja tanpa celana dalam ataupun bh.
“Ini dek? Dalamannya?”
“Gak usah kak.. itu aja.. mau kan kak?”
“Dasar mesum.. iya deh, ngadap sana dulu kamunya… biar surprise ntar” pintanya. Akupun membalikkan badanku. Sebenarnya aku kepengen melihat dia yang dari telanjang hingga mengenakan itu semua. Tapi betul juga katanya, sepertinya bakalan lebih mengejutkan kalau aku tidak melihat prosesnya. Dia melempar handuknya itu ke kepalaku, entah apalah maksudnya.
“Udah dek..” katanya tidak lama kemudian, akupun memutar lagi tubuhku.
Woooow… jantungku berdebar dengan kencangnya, aku langsung panas dingin melihat pemandangan di depan mataku ini. Khayalan mesumku terwujud. Kakakku terlihat sangat seksi dan menggoda dengan pakaian yang aku pilihkan itu. Dia hanya mengenakan kemeja putih lengan panjang tanpa apa-apa lagi dibaliknya.
Kemeja itu tampak longgar dan cukup dalam hingga menutupi paha atasnya, hanya beberapa senti dari pangkal selangkangannya, seandainya dia duduk pasti pantat dan vaginanya akan terpampang bebas. Karena kemeja itu agak transparant aku dapat melihat puting payudaranya yang menerawang dan juga bayangan hitam dari rambut kemaluannya.
“Gimana dek? Suka?” tanyanya sambil memutar tubuhnya bergaya di depanku.
“Iya kak.. s.. su.. suka banget..”
Duh, aku betul-betul tidak tahan lagi untuk onani saat ini. Penisku menengang sejadi-jadinya dari balik celana. Kakakku hanya tersenyum melihat gelagatku.
“Kenapa dek? Pengen coli ya kamu?” Duh, kenapa sering kali dia bisa menebak isi pikiran cabulku.
“Hmm.. kakak bolehin deh kali ini..” katanya lagi.
“Heh? Beneran kak? Biasanya kan kakak marah..”
“Iya.. sesekali gak apa lah kasih kamu hadiah kaya gini.. hihi”
“Hehe.. kakakku ini emang yang paling baik, udah cantik, seksi lagi..” godaku yang kesenangan.
“G-o-m-b-a-l !!” katanya mengeja kata itu per huruf.
Akupun segera membuka celanaku beserta kolornya, merasa tanggung aku membuka bajuku juga sehingga aku jadi telanjang bulat di depannya. Betul-betul suasana yang cabul.
“Adek!! Seenaknya aja kamu bugil di kamar kakak!! Gak ada yang boleh bugil di sini selain kakak!!”
“Hehe, biar lebih asik kak.. gak apa yah kak? Kali iniiii aja”
“Ya udah ya udah ya udah, suka-suka kamu deh, lihat… udah tegang gitu punyamu hihihi..” katanya melirik ke penisku, aku hanya cengengesan saja. Aku lalu duduk di tepi ranjangnya dan mulai mengocok penisku di depannya sambil mataku menjelajahi tubuhnya. Dia masih berdiri di depanku, membebaskan aku sepuas-puasnya menatap dirinya dengan pakaian seperti itu.
“Semangat amat, pelan-pelan aja dek, ntar lecet loh.. hihi. Tuh kalau kamu mau pakai aja body lotion kakak..”
“Boleh juga tuh kak..” Diapun mengambil botol body lotion yang ada di atas meja riasnya dan memberikannya kepadaku.
“Nih..”
Aku menerimanya dan melanjutkan aksiku kembali, kali ini dibantu dengan lotion darinya. Betul-betul luar biasa rasanya.
“Panas ya dek? Merah gitu mukanya..”
“Hehehe.. gimana gak panas kak, pemandangannya kayak gini…”
Dia hanya tersenyum, tapi apa yang ku lihat kemudian? dia membuka satu kancing kemejanya lalu melirik nakal padaku, membuat tubuhku gemetaran saking horninya. Tapi satu kancing yang terbuka belum cukup untuk melihat belahan dadanya. Seakan mengetahui pikiran mesumku dia membuka satu lagi kancing kemejanya lalu satunya lagi!!
“Cukup segitu aja yah dek…” katanya lalu tersenyum. Ah, padahal aku berharap kalau dia membuka seluruh kancing kemejanya, bahkan kalau bisa telanjang. Tapi ini saja cukup dan sudah membuatku tidak tahan. Aku meneruskan kocokanku sambil menjelajahi seluruh bagian tubuhnya, mulai dari wajah, leher, dada, paha hingga betisnya.
“Kak.. pakai kaca mata itu dong, pasti tambah cantik deh, hehe…” pintaku sambil menunjuk kacamata bacanya yang ada di atas meja. Sebenarnya dia gak rabun sih, tapi sesekali dia memang memakai kacamata kalau lagi lama-lama di depan laptop atau lagi baca buku, biar matanya gak sakit katanya. Kacamata itu juga modelnya biasa-biasa saja, dengan tangkai hitam tipis dan kaca persegi yang bening.
“Hmm? Ini dek?” tanyanya sambil mengangkat kacamata itu kemudian memakainya. Duh, sekarang dia tambah imut saja. Bayangkan saja, dia hanya memakai kemeja putih polos yang beberapa kancingnya terbuka tanpa bawahan dan dalaman, sepasang kaos kaki putih, dan juga kacamata. Kurang imut apa lagi coba? Siapa yang bakal tidak tahan?
“Kak…”
“Hmm? Apa?” tanyanya dengan nada suara yang merdu.
“Mau keluar.. Ntar keluarin dimana nih kak?” tanyaku sambil mengocok penisku dengan cepat.
“Maunya kamu?” tanyanya balik dengan lirikan menggoda, membuat aku makin tidak tahan saja.
“Di muka kakak lagi boleh gak kak? Hehe” pintaku untung-untungan.
“Dasar.. kakak udah tebak kamu bakal minta itu, hmm.. iya deh.. kali ini aja ya.. Udah mau keluar dek?”
“Iya kak, bentar lagi nih..”
Kakakku kini bersimpuh dihadapanku sambil tetap tersenyum manis, wajahnya hanya berjarak sekitar lima belas senti dari ujung penisku. Kali ini sensasi yang ku rasakan sungguh luar biasa karena dia dengan suka rela dan dalam keadaan sadar memperbolehkanku untuk menyiram wajahnya dengan spermaku, bahkan matanya menatapku sambil tersenyum manis!
“Kak.. k.. keluaaaarrrrr… arghhhh”
“Crooot.. croooottt” spermaku menyemprot dengan banyaknya ke wajahnya untuk ketiga kalinya. Bertubi-tubi spermaku mendarat ke wajah bening cantiknya itu seperti tidak akan berhenti. Karena matanya yang terlindungi kacamata membuat dia tidak perlu memejamkan matanya dan terus menatapku selama aku ejakulasi.
Tidak sia-sia aku tidak onani tadi ketika mandi, jadinya aku dapat menembak lebih banyak peluru sekarang, sangat banyak dan sungguh nikmat sekali. Ku keluarkan semuanya hingga tetes terakhir, mengosongkan kantung zakarku dan memindahkan semua isinya ke wajah kakakku ini. Kini wajah kakakku yang cantik, putih dan halus jadi belepotan pejuku yang kental dan lengket.
“Nggmmh.. banyak amat sih dek ngecrotnya? Bauuuuu…” protesnya dengan nada manja setelah semprotanku berakhir. Dia lepaskan kacamatanya yang juga kotor terkena pejuku.
“Sorry deh kak.. tapi kakak makin cantik aja belepotan gitu.. hehe”
“Huu… Iya iya iya makasih pujiannya.. enak ya kamunya, udah tiga kali pejuin muka kakak” aku hanya cengengesan saja karena memang sungguh beruntung bisa pejuin mukanya, bahkan ternyata bisa sampai tiga kali. Dia lalu bangkit dan mengambil kotak tisu.
“Sayang tuh kak kalau langsung dibersihin..”
“Hmm? Terus? Maunya kamu? Masa dibiarin aja sampai kering? Gak mau ah.. bau”
“Kalau gitu ditelan aja kak..” kataku berani.
“Haaah?!! Sembarangan.. jorok tau!! kamu kira enak apa? Nih kamu telan aja sendiri.. nih nih nih…” katanya mencolek sperma di wajahnya dengan telunjuk lalu mengarahkannya padaku.
“Ah Kak.. apaan, nggak..!!” kataku panik, kakakku tertawa terbahak-bahak melihatku yang jijik dengan spermaku sendiri.
“Hahaha.. tuh kan, kamu sendiri aja jijik, pake nyuruh kakak segala..” katanya sambil masih saja tertawa. Sialan kakakku ini.
“Hmm.. Tapi dikit aja yah? Lihat nih” sambungnya. Dia menjulurkan lidahnya dan menjilati ujung telunjuknya tadi yang ada tetesan sperma itu, kemudian memasukkan jarinya itu kemulutnya dan mengemutnya sambil tersenyum. Tatapan matanya juga melirik ke arahku ketika melakukan itu. Gila, darahku berdesir melihatnya.
“Udah kan dek? Puas kan?” katanya lalu membersihkan wajahnya dengan tisu.
“I.. iya kak.. makasih”
“Udah sana pakai lagi baju kamu, terus bikin pe-er” suruhnya.
“Iya.. tapi bajunya kakak jangan diganti dulu kak… biarin aja”
“Kamu mau kakak tetap makai ginian?”
“Iya, gak apa lah kak.. kan cuma di dalam rumah aja, lagian cuma kita berdua aja di sini”
“Iya deh.. malam ini aja lho, dasar kamu nakal” katanya akhirnya menuruti. Akupun mengenakan kembali pakaianku dan keluar dari kamarnya. Sungguh pengalaman yang luar biasa. Kakakku juga ikut keluar kamar. Dia beraktifitas seperti biasa, keluyuran di dalam rumah dengan masih memakai setelan yang aku berikan tadi.
Sungguh menggoda melihatnya berkeliaran di dalam rumah mengenakan pakaian seperti itu. Saat dia duduk tentu saja kemeja itu tidak dapat lagi menutupi vagina dan pantatnya, sehingga dia kelihatan kerepotan menutupi vaginanya itu dari pandanganku, baik dengan tangannya ataupun dengan merapatkan pahanya.
“Liat apa kamu?” tanyanya melotot kepadaku.
“Liatin.. kakak, hehe.. gak usah ditutup-tutup segala kak”
“Maunya!! Huh..” katanya seperti menolak. Tapi ternyata dia lepaskan juga tangannya. Dia akhirnya tidak berusaha menutup-nutupinya lagi. Kak Ochi pasrah saja kalau vaginanya menjadi santapan mataku setelah itu. Saat aku kedapatan olehnya melirik ke vaginanya dia malah tersenyum padaku. Bikin aku gregetan aja.
Untung saja hanya aku yang melihatnya seperti itu, entah apa jadinya kalau orang lain melihat penampilan kakakku seperti sekarang. Yang selama ini di luar selalu berpakaian tertutup, kini nyaris telanjang keluyuran di dalam rumah.
Tapi semesum-mesumnya pikiranku, aku belum kepikiran untuk benar-benar menyetubuhinya, itu masih sebatas khayalan sebagai bahan onaniku saja. Aku belum sampai senekat itu, aku masih waras untuk tidak berhubungan badan dengan kakak kandungku sendiri. Ini saja sudah lebih dari cukup, tapi mungkin saja suatu saat bisa terjadi.
“Crooot… croooot…”
“Adeeeekkkk!!!”