1 November 2020
Penulis — bramloser
Pagi harinya…
Dengan muka ngantuk aku turun dari tempat tidurku, mengambil handuk dan bersegera mandi untuk siap-siap sekolah. Aku masih rada kesal karena kemarin kak Ochi hanya bercanda saja ngajak mandi bareng, padahal aku ngarep banget. Malam tadi aku juga lagi-lagi tidur sendiri, setidaknya diganti tidur bareng kek gitu.
Saat ku keluar kamar ternyata kak Ochi juga baru keluar dari kamarnya, dia juga sedang menenteng handuknya yang menandakan dia juga mau mandi. Kami saling pandang, sepertinya kami memikirkan hal yang sama saat itu. Kamar mandi cuma satu dan kami sama-sama ingin mandi saat ini. Yang cepat dia menang!
Segera ku berlari menuju kamar mandi secepat kilat. Dia juga tidak mau kalah dan ikut berlari mengejarku. Tentu saja aku yang menang.
“Adeeeeeekkkkk! Kakak dulu yang mau mandiiii! Ngalah dong sama cewek!” teriaknya kesal karena aku yang duluan sampai di kamar mandi.
“Hahaha.. bodo!” ku banting pintu di depan wajahnya.
“Reseeee!” Hore… puas rasanya bikin dia kesal, dia kira cuma dia yang bisa bikin kesal. Aku tertawa puas penuh kemenangan di dalam sini.
“Deeeeekk! Kakak mau kuliah iniiii… ntar telat! Adekkk!” teriaknya tidak henti-hentinya sambil terus menggedor-gedor pintu. Aku sih cuek saja dan mulai menanggalkan bajuku, dia kira dia doang yang takut telat.
“Cepetan deh kalau gitu kamunya.. dasar” katanya akhirnya pasrah dan mengalah. Dia memang kakak yang baik. Kasihan juga sih sebenarnya, tapi biarlah.
“Cepetan… jangan pake acara coli segala kamu…” teriaknya lagi beberapa saat kemudian, cerewet amat kakakku ini. Godain ah…
Aku buka pintu kamar mandi dan mengeluarkan kepalaku, tampak dia sedang duduk menunggu di ruang tengah.
“Kak…” Panggilku, ekor matanya melirik ke arahku. Sepertinya dia masih kesal.
“Ya? Apa?”
“Kalau mau masuk, masuk aja kak.. Kan udah lama gak mandi berdua.. hehe..” kataku untung-untungan.
“Gak! ntar yang ada kakak malah mandi peju kamu! Cepetan aja mandi sana”
“Hehe.. Gak kok kak… Janji deh gak macam-macam. Ntar kakak telat lho… Aku masih lama lho mandinya” kataku cari-cari alasan dengan niat cabul terselubung. Dia melirikku dengan curiga sambil mengangkat alisnya, sepertinya dia tahu kalau aku memang berniat berbuat mesum padanya.
“Gak!” jawabnya jutek. Wah, dia masih kesal aja. Baru juga nyelonong masuk ke kamar mandi, gimana kalau sampai nyelonong masuk ke vaginanya. Ya sudahlah gak berhasil ternyata, ku tutup lagi pintu kamar mandi dan melanjutkan mandiku.
Hanya terjadi hal-hal biasa setelah itu, aku bersiap ke sekolah sedangkan dia bersiap ke kampus. Seperti biasa, pakaiannya selalu tertutup dan berjilbab, membuat dia terlihat sangat anggun dengan tampillan seperti itu.
“Nih dek, sarapan dulu… mamam yang banyak”
“Iya kak…” Wah, dia tidak marah lagi. Dia memang kakakku yang paling baik deh.
“Napa kamu dek? senyum-senyum gitu liat kakak?” tanyanya heran.
“Hehe.. gak ada kok kak” Dia juga balas senyum padaku, manisnya.
“Dasar kamu” dengan gemas dia acak-acak rambutku sampai kusut.
“Kaaaakkkk… kusut lagi ini rambutku!”
…
Sore menjelang malam, aku bersiap untuk mandi sore. Entah kebetulan atau memang takdir, lagi-lagi kami berpapasan saat akan mandi.
“Nah… sekarang kakak yang duluan” ujarnya padaku.
“Ngalah dong kak sama yang lebih kecil” balasku.
“Kamu tuh yang harusnya ngalah sama cewek!” balas Kak Ochi tidak mau kalah.
“Gak ah, kakak mandinya lama… aku mau pergi main sama teman-teman nih bentar lagi…” kataku beralasan. Rencananya memang aku mau pergi main malam mingguan bareng teman-temanku.
“Kakak mandi lama? Kamu kaleee… Yang tiap mandi ngocok mulu! Sampai cepat gitu habis sabun.. hihihi” katanya membuka aibku.
“Nah… kalau gitu-”
“Apa! Ngajak mandi bareng lagi?” potongnya, tahu saja dia isi pikiranku.
“Hehehe… tau aja. Mau yah kak?”
“Gak!”
“Yah… mau dong kak… ntar aku cucuin lagi deh baju-bajunya kakak…” bujukku.
“Kakak cantik… ayo dong…” godaku terus. Dia melirik heran padaku, hingga akhirnya dia jadi tertawa melihat tingkahku ini.
“Hihihi.. Apaan sih kamu dek? Segitunya kepengen mandi bareng…”
“Hehehe… ayo lah kak…”
“Hmm… Janji gak bakal macam-macam?” tanyanya.
“Janji”
“Sumpah?”
“Suer suer suer”
“Hihihi… dasar… Ya udah bareng, untung aja kamu adek kakak sendiri, kalau orang lain gak bakal kakak kasih”
Yuhuuu… Dia mau juga! \:v/
“Senang kamu dek? Nih… Kakak turuti lagi fantasimu… Biar puas kamu gak cuma bisa ngayal doang mandi bareng sama kakak, tapi inget… jangan macem-macem!” sambungnya lagi.
“Eh, i-iya kak… janji… gak bakal macam-macam kok” Yes, fantasi mesumku akan terwujud satu lagi. Mandi bareng dengan kakak kandungku yang super cantik. Sudah lama rasanya tidak mandi bareng dengannya, terakhir kali waktu kami masih sd kalau gak salah.
“Ya udah.. ayok dek… kita bugil-bugilan di kamar mandi.. hihihi…” ajaknya dengan senyum manis. Glek, aku menelan ludah mendengarnya. Mulai lagi dia keluarin jurus godaan maut andalannya, yang tentu saja membuat aku jadi berdebar-debar mendengar suara serta melihat ekspresi wajahnya itu.
“A-ayo kak”
“Yakin nih dek? Ntar kita didalam telanjang-telanjangan loh? Kuat gaaak?” suaranya sungguh merdu dan menggoda saat mengucapkan itu.
“Trus kita juga bakal basah-basahan… Di dalam juga sempit kan? kuat gak kamu?” sambungnya lagi, membuat aku menelan ludahku berkali-kali. Gila, belum masuk aja aku udah tegang bukan main karenanya. Ku tarik juga dia masuk ke dalam, lama amat sih, keburu muncrat duluan aku kalau kelamaan.
“Aduduh, sabar dek sabar, pelan-pelan napa?”
Kini di dalam kamar mandi sudah ada kakakku yang cantik, akhirnya. Segera aku lepaskan seluruh pakaianku hingga aku bugil lagi di depannya. Dadaku berdebar kencang, penisku tegang berdenyut-denyut. Dia sepertinya tahu kalau aku lagi mati kesenangan saat ini. Dia senyum-senyum saja melihat tingkahku.
“Pintunya kakak tutup yah dek…” katanya lalu menutup pintu kamar mandi dan menguncinya. Kemudian menoleh kebelakang melirikku sambil tersenyum, membuat aku lagi-lagi jadi menelan ludah.
“Nah… sekarang kita terkurung deh di sini, cuma ada kamu dan kakak” katanya berbisik. Gaya dan nada bicaranya itu membuat aku jadi berdebar-debar. Aku tidak tahu apa aku bisa bertahan lama di sini T. T
“Hihihi.. napa dek?”
“G-gak ada kak, cuma-”
“Horni ya?” potongnya.
“Eh, D-dikit.. hehe”
“Dikit? Kok udah tegang gitu anu-mu?” tanyanya sambil melirik penisku yang mengacung-ngacung ke arahnya. Aku hanya cengengesan saja, soalnya emang gak dikit sih, horni banget malah.
“Dek… Bisa kontrol diri kan? kakak bakal telanjang di depan kamu lho ini.. kamu bebas kalau mau ngelihat, tapi gak boleh macam-macam… oke adekku?” ujarnya mengingatkan. Apa sih maunya, nyuruh gak macam-macam tapi menggodaku sampai segitunya.
“I-iya kak” jawabku. Aku iya-iyakan saja, soalnya aku sudah tidak sabar melihat tubuh telanjangnya lagi.
Dia mulai membuka pakaiannya, dimulai dari membuka ikat rambutnya sehingga rambut sebahunya tergurai indah. Lalu dia buka baju kaosnya. Yang membuat aku makin horni karena dia membukanya perlahan, sambil tersenyum manis kepadaku pula. Akhirnya bajunya terbuka dan bagian atas tubuhnya kini sudah telanjang di hadapanku.
Tidak peduli dengan aku yang begitu horni melihat keadaan dirinya, kini dia mulai membuka perlahan celana pendeknya itu sekaligus dengan celana dalamnya. Saat bagian vaginanya akan terlihat, dia melirik padaku dan tersenyum manis. Duh, sangat seksi.
Dia tarik lagi kebawah celananya perlahan-lahan, hingga celana itu jatuh menggantung di mata kakinya dan memperlihatkan vaginanya.
Akhirnya kini dia telanjang polos di depanku, mataku rasanya tidak ingin beranjak darinya. Buah dadanya, vaginanya, lekuk tubuhnya, semuanya ku pandangi puas-puas dari jarak sedekat ini.
“Dek? Udah mandi lagi sana.. liatin kakak mulu” Katanya padaku yang masih saja asik memperhatikan tubuhnya.
“Adeeeekk! Kok bengong?”
“Eh, nggak kak..”
“Ya udah mandi dong.. lama-lama telanjang ntar kita masuk angin lho.. cepetaaaaan!”
Tapi mana bisa aku konsentrasi mandi sekarang ini, melihat sosok indah telanjang bulat berada di sampingku yang ada aku malah jadi birahi.
“Lama amat kamu…” melihat aku yang dari tadi tidak bergerak diapun mengambil gayung dan menyirami tubuhku berkali kali, jadilah aku malah dimandikan kakakku.
“Duh kak.. pelan pelan, masuk hidung nih..”
“Kamu sendiri yang lama, udah… biar kakak aja deh yang mandiin kamu..” katanya sambil terus mengguyurku dengan air dingin. Enak benar.
“Jongkok dek, biar bisa kakak siramin rambutnya”
Akupun jongkok dibawahnya, dengan posisi seperti ini aku malah berada tepat di depan vaginanya yang mulus, sepertinya baru dicukur. Gila sensasinya! Dia sepertinya tahu aku kesenangan di bawah sini, tapi dia cuek saja karena aku memang tidak ngapa-ngapain selain melihat doang. Dia lumuri rambutku dengan shampo kemudian membasuhnya lagi.
“Udah dek.. diri deh, sampai kapan mau di sana terus” suruhnya, akupun berdiri.
“Sabunin dong kak…” pintaku.
“Iyaaaa… ini juga mau kakak sabunin” Dia lalu mengambil sabun dan mulai menyabuni badanku. Telapak tangannya yang sangat lembut menyentuh kulitku, betul-betul nikmat. Saat sampai menuju penisku dia menghentikan aksinya, sepertinya dia ragu untuk menyabuni bagian itu.
“Napa kak? Gede ya? Sabunin juga dong.. hehe” pintaku mesum.
“Jangan ge-er kamu ya…” dia membelai penisku! Akhirnya aku merasakan belaian tangannya di penisku, membersihkan seluruh bagian penisku dengan tangannya yang berlumuran busa sabun, termasuk buah zakar dan rambut kemaluanku, bahkan batang penisku yang lagi tegang juga dikocoknya. Gila! nikmat betul!
“Ngghhh… kak… oohhh…” lenguhku kenikmatan.
“Ngapa sih kamu dek?”
“Enak… lebih cepat dong kak ngocoknya…”
“Hah? Malah keenakan kamu, dasar… udah ah” katanya melepaskan tangannya dari batang penisku. Tentu saja aku kecewa, kentang soalnya. Aku berharap dia terus mengocoknya sampai muncrat.
Dia ambil gayung dan mulai mengguyur tubuhku lagi. Dia cuek saja melihat adeknya ini yang begitu mupeng pada dirinya. Aku yang merasa tanggung melanjutkan mengocok penisku sendiri dengan tanganku sambil terus diguyur air olehnya.
“Hei dek, udah kakak bilang jangan macem-macem” katanya karena melihat aksiku. Dia lalu mulai mengguyur tubuhnya sendiri. Aku hanya berdiri saja melihat dia yang basah-basahan di depanku. Penisku menegang sejadi-jadinya melihat tubuh telanjangnya yang basah itu di depanku. Rasanya ingin sekali menggenjot tubuhnya saat ini juga, tapi aku masih berusaha untuk terus menahan diri dan tidak berbuat macam-macam.
Aaahhh, aku tidak tahaaaaan! ku terkam dirinya dan kupeluk tubuhnya yang basah itu, membuat gayung yang dipegangnya jadi terjatuh ke lantai.
“Adeeeekkk!” jeritnya terkejut karena aku yang tiba-tiba memeluknya dari belakang.
“Stop.. apa-apaan sih kamu… geliii deekk” Apa? malah geli? Aku jadi tambah bernafsu memeluknya lebih erat.
“Itu kamu gesek-gesek dibawah! Ngeganjal banget dek.. Adeeekkk!” Dia ambil air di dalam bak mandi dengan tangannya dan mencipratkannya ke wajahku berkali-kali seperti dukun yang mengobati pasiennya, aku jadi gelagapan karenanya. Melihatku yang megap-megap dianya malah tertawa-tawa, padahal dia masih dalam pelukanku.
“M-maaf kak.. khilaf” kataku akhirnya tenang tapi masih tetap memeluknya.
“Kamu ini… udah kakak bilang kontrol diri..” katanya akhirnya melunak dan tidak lagi berusaha melepaskan pelukanku.
“Ya udah.. cepetan..”
“Cepetan apa kak?”
“Kamu udah gak tahan kan sebenarnya sampai meluk-meluk kakak? Jadi… kakak bolehin deh..”
“Glek, B-boleh apa nih kak?” tanyaku, aku penasaran apa dia bakal ngebolehin aku nyetubuhi dia.
“Mikir apa kamu? Bolehin meluk kakak sampai kamu muncrat! Itu doang..”
“Ohh.. gitu ya… hehe”
Yah.. ternyata tidak, gak apa-apa deh, daripada tidak sama sekali, soalnya aku sudah gak tahan amat. Aku rebahkan kepalaku di bahunya sambil tetap memeluknya dari belakang. Mencoba meresapi rasa nyaman dan indah penuh kemesuman ini. Penisku yang sedari tadi betul-betul sudah tegang ku gesek-gesekkan dengan sengaja di belahan pantatnya.
“Dek.. jangan sampai nyelip masuk lho… gak lucu kan kalo kakak sampai gak perawan lagi gara-gara adek sendiri”
“Iya kak..” aku lega dia tidak keberatan dengan aksi gesek-menggesekku, aku kini makin mempercepat tempo goyangan pinggulku.
“Kak?”
“Hmm? Apa?”
“Nggmm… boleh pegang.. ngmmm… susu kakak?” tanyaku takut-takut.
“Susu kakak? Dasar.. Makin ngelunjak aja kamu. Ya udah.. tapi pelan-pelan aja kalau mau ngeremas, jangan kencang-kencang”
“I-iya… Makasih kakak sayang..” kataku kesenangan hingga dadaku berdebar, dia hanya tersenyum saja. Ku yakin dia mengetahui debaran jantungku yang makin kencang saja. Walau sudah dibolehkan, ternyata tanganku gemetaran juga untuk menggapai buah dadanya, itu karena kali ini aku akan meremasnya langsung tanpa tertutup kaos seperti waktu itu.
“Hihi.. gugup yah dek? Nih…” dia mengambil tangan kananku dan meletakkannya ke buah dadanya! Gila, begitu lembut, kenyal dan pas di tangan. Aku goyangkan lagi pinggulku, kali ini sambil tangan kananku meremas buah dadanya sedangkan tangan kiriku tetap memeluk pinggangnya yang ramping. Kalau dilihat di cermin kami terlihat seperti sedang bersetubuh.
“Dek.. ntar kamu mau keluarin dimana? Di muka kakak lagi?” tanyanya memandangku melalui cermin.
“Hmm.. enaknya dimana yah kak? hehe”
“Terserah kamu dong.. kamu punya khayalan muncrat di mulut kakak gak dek? pengen coba?”
Ctar! Boom! Bastis! Rasanya aku mau meledak saja mendengar penawarannya itu. Siapa juga yang tidak tahan mendengar penawaran seperti itu dari seorang gadis cantik sepertinya, dan siapa juga yang bakal nolak. Soalnya waktu onani aku memang sering ngayal muncrat di mulutnya, aku tidak menyangka akan jadi kenyataan.
“Serius ini kak?” tanyaku menatap curiga padanya.
“Hahaha… tenang aja dek, kakak gak becanda kok… Hmmm… tapi gak kakak telan yah? dan cuma sekali ini aja”
“I-iya kak, gak papa” Gila! aku kesenangan bukan main, ini akan menjadi salah satu hari yang tidak akan pernah aku lupakan.
Aku teruskan aksiku, menggesek-gesekkan penisku yang tegang ke belahan pantatnya. Kini aku juga mulai menyelipkannya di antara pangkal pahanya yang membuat batang penisku jadi bergesekan dengan permukaan vaginanya. Dia berkali-kali kaget dan melirikku melalui cermin karena beberapa kali penisku hampir masuk menyelip ke vaginanya.
Namun karena tidak benar-benar masuk, dia tidak mempermasalahkannya lagi dan membiarkan saja aku tetap menikmati permainanku ini padanya. Tanganku juga makin lama makin kencang saja meremas buah dadanya hingga dia mulai merintih-rintih, tapi ku lihat dia tidak berusaha menolak dan tetap memperbolehkan aksiku itu padanya.
“Kak.. mau kluar…”
“Hmm? Ya udah, lepasin dong pelukannya.. katanya mau keluarin di mulut kakak ..”
“I-iya kak..” aku lepaskan pelukanku dari tubuhnya. Kini dia bersimpuh di bawahku dan membuka mulutnya lebar-lebar. Ku arahkan penisku ke depan mulutnya yang menganga. Sungguh pemandangan yang membuat darahku berdesir, kakakku yang cantik sedang telanjang bersimpuh di bawahku dan siap sedia memperbolehkan aku untuk ejakulasi di mulutnya.
“Kak… keluaaaarrrr.. arrggghhhh” lenguhku kenikmatan.
“Croooot… crooott”
Spermaku meluncur dengan derasnya ke dalam mulutnya, bertubi-tubi menghantam langit-langit mulutnya. Saat menerima tembakan laharku matanya selalu menatap mataku sambil berusaha tersenyum, membuat aku makin kelojotan dan rasanya tidak ingin berhenti memenuhi rongga mulutnya dengan pejuku.
“Argghhh.. kaaaakkk… enak” erangku kenikmatan hingga tubuhku bergelinjang.
Akhirnya semprotan itu berhenti. Ku lihat sungguh banyak cairan itu memenuhi rongga mulutnya. Spermaku juga sampai berlumuran disekitar area kumis dan dagunya. Puas menunjukkan spermaku yang ada di mulutnya, akhirnya dia tumpahkan sperma itu ke lantai tidak lama kemudian.
“Huekkk.. bau dek peju kamu, trus banyak lagi.. Hiii.. untung gak ketelen” katanya dengan wajah menunjukkan kejijikan, aku tertawa cengengesan saja melihat tingkahnya itu.
“Hehehe.. sorry kak”
“Ya udah.. puas kan? udah plong kan?”
“Iya.. hehe”
“Ya udah sana, jangan macam-macam lagi. Kamu udah selesaikan mandinya? Kakak masih belum ini..”
“Gak apa nih kak ditinggal sendiri?”
“Iya.. bagus malah, ntar kamu macem-macem lagi… udah sanaaaa” katanya mendorongku. Akupun membuka pintu hendak keluar.
“Bentar dek.. nanti tolong bawain kakak handuk yah habis kamu pake baju, jatuh tadi waktu ngejar kamu. Trus tolongin sekalian bawain nih baju kotor kakak” katanya memberikan pakaian kotornya padaku.
“Iya iya..”
“Dugh” pintupun tertutup.
Aku langsung menuju kamarku untuk berpakaian. Sungguh luar biasa apa yang aku alami barusan. Bisa menembakkan isi pelerku ke dalam mulut kakakku yang cantik tapi nakal itu. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya. Sebelumnya cuma di muka, sekarang di mulutnya, selanjutnya? Entahlah.
“Tok tok tok” selang beberapa lama terdengar suara ketukan dari pintu depan. Ternyata teman-temanku sudah datang, cepat amat. Segera ku keluar setelah berpakaian dan membukakan pintu, tampaklah wajah-wajah buruk rupa milik temanku ini, si Ucup, Toni, Yanto dan Bono. Kamipun asik mengobrol di ruang depan.
“Woi bro.. lihat tuh” sorak Bono, akupun menolehkan kepala ke belakang. Kakakku Ochi sedang lari bugil di dalam rumah! Duh, kelupaan! aku baru ingat kalau kakakku sedang menungguku membawakan handuk dari tadi. Pasti dia bosan menunggu hingga akhirnya nekat lari ke kamarnya bertelanjang bulat seperti itu.
Tapi ku lihat kakakku malah melihat ke arah kami dan tersenyum! dan karena tidak melihat kedepan, dia malah tersandung kaki meja dan tersungkur jatuh (kapok… binal sih).
Sontak aku langsung bangkit dan menghampirinya, bahkan teman-temanku ini juga ikut-ikutan menghampiri. Jadilah kini tubuh telanjang kakakku dikelilingi oleh kami berlima. Buah dada, putingnya, vagina semuanya terlihat jelas oleh kami. Rasanya gimanaaaa gitu melihat kakakku yang cantik bening dan lagi telanjang bulat sedang dikelilingi oleh teman-temanku yang buruk rupa dan dekil ini.
“Gak apa kak? Kakak sih liatnya kemana aja…” kataku sambil menarik tangannya untuk bangkit, masih lembab dan terasa sangat licin tangannya.
“Duuuuh… kamu yang kemana aja dari tadi ditungguin, mana handuk kakak?” kata kak Ochi membungkuk sambil mengelus-ngelus pergelangan kakinya yang tersandung tadi. Temanku yang berada di belakang Kak Ochi tentu saja dapat melihat belahan vagina dan lubang pantat kakakku itu.
“Hehe.. lupa kak.. maaf deh…” jawabku.
“Huh!” sungutnya dengan wajah kesal, imutnya.
“Gak apa kak?” tanya mereka sok perhatian layaknya anak baik-baik, padahal ku yakin saat itu pikiran mesum mereka sedang melambung tinggi karena melihat sosok telanjang kakakku di tengah-tengah mereka.
“Iya gak apa.. makasih yah…” jawab kak Ochi cuek tidak peduli kalau tubuh telanjangnya sedang dipelototi mata-mata nakal mereka.
“Ada yang sakit kak? Biar saya pijitin deh..” tawar Bono sok bisa mijit.
“Udah, gak apa-apa kok.. kakak ke kamar dulu” kata kak Ochi. Kakakkupun kembali ke kamarnya, berlari kecil sambil menutupi tubuh telanjangnya seadanya dengan tangan.
“Awas kak, ntar jatoh lagi lho.. hehe” ujar Ucup, kakakku hanya tersenyum saja menoleh ke arah kami.
Beberapa saat kemudian dia keluar dari kamarnya. Pakaiannya? Dia pakai baju gamis dengan celana panjang serta memakai jilbab. Kali ini berlawanan dengan yang tadi, yang mana tadi telanjang bulat memperlihatkan seluruh tubuh termasuk vaginanya kini malah begitu tertutup. Betul-betul kontras. Sepertinya dia juga mau keluar malam mingguan main bareng teman-temannya.
“Dek, itu teman-temanmu belum dikasih minum dari tadi? Gimana sih kamu” ujar Kak Ochi melihat tidak ada apa-apa di atas meja.
“Eh, iya yah… sorry bro, tolong buatin minum dong kak…” suruhku.
“Iya-iya… Kalian mau minum apa?” tanya kakakku ramah menawarkan minum.
“Susu murni ada gak kak? hehe” kata Ucup sambil lancang melihat ke buah dada kakakku, sepertinya dia sadar kalau kakakku tidak memakai apa-apa lagi dibalik pakaian itu. Kakakku sepertinya juga tahu kalau mata si Ucup memandang ke dadanya, tapi dia cuek aja, nakal amat kakakku ini.
“Gak ada tuh.. yang lain aja yah?”
“Kasih minyak goreng panas aja mereka kak..” kataku kesal, kakakku tertawa renyah mendengarnya.
“Ya udah, bentar deh.. sirup dingin aja yah” ujar kakakku beranjak menuju dapur.
“Mau dibantuin gak kak?” tawar Bono.
“Hihi.. Kalian emang anak yang baik-baik yah.. jadi senang kakak sama kalian, tapi gak usah deh.. biar kakak aja” jawab Kak Ochi ramah.
Apanya yang anak baik, kakakku gak tahu aja apa yang ada dipikiran mereka. Tapi sepertinya kak Ochi emang tahu deh apa yang sebenarnya dipikirkan teman-temanku ini pada dirinya. Diapun ke dapur sedangkan kami melanjutkan ngobrol.
“Nih dek minumnya” dia kembali beberapa saat kemudian membawa nampan dengan gelas-gelas berisi minuman.
“Makasih kak..” jawab mereka hampir serentak.
“Kak.. Bono ngefans banget loh sama kakak” kata Bono tiba-tiba. Kampret nih si Bonbon, apa sih maksudnya.
“Yanto juga”
“Aku juga kak” kata mereka saling berebutan tidak mau kalah menyampaikan isi hatinya. Gaya mereka seperti menembak kakakku aja. Tidak heran sih kalau kakakku menjadi idaman para pria. Udah baik, cantik lagi. Apalagi bagi teman-temanku yang sudah sering melihat tubuh kakakku dengan pakaian minim, bahkan tadi sempat melihat tubuh telanjangnya.
“Hah? Iya yah? Makasih banget kalau gitu.. gak nyangka kakak.. hihihi”
“Iya kak… kakak cantik sih… mau pake jilbab atau nggak sama-sama cantik, apalagi… kalau telanjang kaya tadi… hehe” ujar si Ucup kurang ajar.
“Huuu… dasar, makasih deh, anggap aja tadi itu hadiah untuk fans-fansnya kakak.. hihi”
“Hehe… pengen deh sering-sering ke sini biar dapat hadiah terus… sayang rumahku jauh” ujar Toni yang paling jarang main ke rumahku.
“Iya, main aja dek sering-sering ke sini gak apa kok… siapa tahu kalau kalian hoki bakal dapat hadiah” kata kak Ochi meladeni obrolan nakal mereka dengan ramah. Apa-apaan sih kakakku ini.
“Ya udah.. kakak ke dalam dulu… santai aja yah kalian, anggap aja rumah sendiri” kata Kak Ochi menuju ke kamarnya.
“Sip kak..”
Kamipun lanjut ngobrol sambil menghabiskan waktu menunggu malam.
“Bro.. gue misi ke wc yah…” kata Ucup.
“Iya, lo udah sering juga ke sini, pake misi-misi segala. Tapi awas jangan salah belok lo” kataku padanya, dianya hanya cengengesan saja.
Asik ngobrol aku baru sadar kalau si Ucup belum kembali dari tadi, aku jadi berpikir yang macam-macam lagi. Beberapa saat kemudian barulah si Ucup kembali.
Saat kak Ochi terlihat lagi, kali ini dia sudah mengenakan baju yang berbeda, emang kemana bajunya tadi? Pikirku. Hal itu terjawab saat aku hendak ke kamar mandi pengen pipis, ternyata bajunya yang tadi ada di tumpukan pakaian kotor. Tapi tunggu… ada banyak noda putih berlumuran di kaosnya itu! Dan aku yakin kalau itu sperma karena dari baunya yang menyengat!
“Cepat amat bro ke WC nya? Gue tadi malah lama amat… puas banget tadi keluar semuanya.. hehe” kata Ucup cengengesan padaku saat aku kembali ke depan. Kampret nih anak, dia pikir aku tidak tahu apa maksud perkataannya itu. Tapi aku penasaran juga kenapa kakakku mau saja membiarkan si Ucup melecehkannya seperti itu, sampai ngebolehin si Ucup numpahin spermanya ke baju kaosnya segala.
Tapi ya sudahlah, siapa juga yang bakal nahan melihat penampilan kakakku seperti itu, apalagi baru saja melihat kakakku yang telanjang. Masih untung dia cuma nyemprot di baju kakakku, coba kalau di vaginanya. Masa aku harus punya ipar kaya si Ucup, gak sudi banget. Okelah kali ini aku maafkan si Ucup, lebih dari ini akan ku hajar beneran dia.
…
Besoknya aku menanyakan pada kakakku tentang apa yang sebenarnya terjadi kemarin antara dia dan Ucup. Dari pengakuan kakakku sih karena si Ucup maksa karena tidak tahan melihat dia, hingga akhirnya dibolehkan juga oleh kakakku.
“Iya kok dek, cuma ngebolehin dia onani di depan kakak aja kok. Tapi ya itu, dia sembarangan ngecrotnya sampai kena baju kakak”
“Oohh… gitu?”
“Iya, gak lebih kok, sumpah. Masih cuma kamu kok yang pernah ngecrot di muka sama mulut kakak, hihihi…”
“Nnggg.. Ya udah deh kak… Tapi jangan bolehin lagi dia kak, ntar dia ngelunjak”
“Ya udah kalau itu mau kamu, kakak janji” setujunya sambil membentuk tanda ‘ok’ dengan tangannya.
“Eh, ngomong-ngomong tiga hari lagi kamu ulangtahun kan dek? Yang ke berapa tahun yah? Lupa kakak…” sambung kak Ochi.
“Tujuh belas kak”
“Iya kah? Pantas makin porno aja kamunya… Udah gede ternyata adek kakak ini… hihi” katanya sambil mengusap-ngusap rambutku.
“Gak terlalu porno kok kak… hehe..”
“Dasar, kakak bukan muji. Mau hadiah apa dek dari kakak?”
“Ngggg.. kan aku udah gede nih kak…”
“Iya, terus?” tanyanya sambil menatapku dekat-dekat.
“Boleh minta hadiah khusus orang dewasa gak?”
“Hmm… Apa? film bokep?”
“Nggak…!” Untuk apa aku film bokep kalau sudah punya kakak seperti dia.
“Trus? Jangan bilang kalau kamu minta gitu-gituan sama kakak!”
“Hehehe.. tau aja.. Gak boleh ya kak? Pengen padahal, hehehe…”
“Gila kamu! Kita tuh saudara kandung! Dasar mesum…” katanya menepuk jidatku.
“Hmm… Gini aja deh, seharian besok ini, kakak bakal ngebolehin kamu wujudkan semua fantasi nakalmu tentang kakak… mau?” tanyanya dengan memasang wajah menggoda.
“Eh, b-beneran kak?”
“Iya… se-mu-a-nya, suka-suka kamu deh pokoknya kakak mau diapain. Tapi dengan catatan, gak boleh sampai gitu-gituan, oce?” katanya dengan senyum nakal lalu mengedipkan mata kirinya.
“O-oke kak”
S-se-semuanya? Yuhuuuu… Senangnya bukan main. Aku harus memikirkan semua hal cabul sebanyak mungkin dari sekarang, mumpung ada kesempatan untuk melampiaskannya. Tapi, apa mampu aku untuk tidak mengeksekusinya kalau nanti aku betul-betul tidak tahan? Ah, lihat saja nanti apa yang akan terjadi. Yang jelas aku betul-betul tidak sabar menunggu hari itu tiba \:v/