2 November 2020
Penulis —  Neena

Malam Malam Jahanam

Part 22

Kelihatannya Chi Sui sangat membutuhkan sentuhan lelaki. Sementara aku sendiri seorang cowok yang menggilai memek wanita setengah baya. Sehingga kami jadi sepasang manusia yang saling membutuhkan, lalu seolah menjadi sepasang harimau yang sedang naik birahi. Saling gumul, saling terjang dan saling lumat.

Tapi aku berusaha untuk tetap tangguh, karena ingin menikmati sedapnya liang memek Chi Sui yang stabil dan legit ini.

Chi Sui sudah dua kali orgasme, tapi kontolku masih tabah untuk menggenjot liang memeknya yang empuk dan licin ini.

Hebatnya, Chi Sui masih mampu menggeol - geolkan bokong gedenya. Bahkan minta bertukar posisi menjadi WOT. Lalu ia seperti penunggang kuda yang sedang beraksi. Bokongnya naik turun, sementara liang memeknya membesot - besot kontolku yang masih mengacung ke atas ini.

Cukup lama ia beraksi di atas seperti itu. Sampai akhirnya ia memekik lirih, “Cheeepiiii… aaaaakuuu lepas laaaagiiiii… aaaaaaaaah…”

Lalu dia ambruk di atas perutku, dengan tubuh bermandikan keringat yang sudah bercampur baur dengan keringatku.

Kudiamkan dulu dia terkapar di atas perutku. Dan terdengar suaranya lirih, “Oooh… belum pernah aku merasakan dientot segila ini. Sampai lepas tiga kali, sementara Chepi masih belum ngecrot juga ya?”

“Iya Chi. Aku sengaja bertahan, karena ingin berlama - lama merasakan nikmatnya memek Chichi. Bagaimana kalau sekarang lanjutkan di posisi doggy?”

Chi Sui menatapku sambil tersenyum. Lalu mengangguk sambil mengangkat bokongnya, sehingga kontolku terlepas dari liang memeknya.

Sesaat kemudian Chi Sui sudah merengkak dan menungging. Sehingga dengan mudah aku bisa membenamkan kontolku sambil berlutut di depan pantat gede wanita 36 tahunan itu. Blesssssssss…

Sambil berpegangan pada sepasang buah pantat yang aduhai itu, aku pun mulai mengentotnya lagi.

“Sambil kemplangin pantatku Chep… biar lebih enak…” ucap Chi Sui yang sedang menungging sambil memeluk bantal guling.

Aku memang pernah melakukan hal itu dengan… Mama kandungku.

Maka dengan trampil aku bisa melakukannya kepada Chi Sui sekarang. Mengentotnya sambil berlutut, sambil mengemplangi pantat gede kakak sepupu Nike yang usianya sekitar 3 tahun lebih muda daripada Mama itu.

Plaaaaakkkk… plaaaaaakkkk… plaaaaaak… plaaaaaak…

Sedangkan kontolku sangat lancar mengentot liang memek Chi Sui yang sudah tiga kali orgasmne ini.

Terdengar suara Chi Sui yang wajahnya tidak kelihatan, “Oooooh… Chepiiii… aaaaah… aaaaahhh… kemplangin terus Cheeep… dudududuuuuuh… ini enak sekali Chepiiiiii… entot terus sambil kemplangin pantatku Cheeeep…”

Aku pun semakin bersemangat untuk mengentotnya segencar mungkin, sambil mengemplangi bokong gede itu.

Cukup lama aku bertahan di posisi doggy ini.

Sampai akhirnya Chi Sui ambruk lagi… sehingga kontolku terlepas dari liang memeknya.

Lalu ia celentang lagi sambil berucap lirih, “Bener - bener edan… aku sudah empat kali lepas Chep… ooooh… Chepi memang luar biasa perkasanya…”

Padahal aku sudah tiba di detik - detik krusial tadi. Tapi gara - gara kontolku lepas dari liang memek Chi Sui, detik - detik krusial itu menjauh lagi.

Tapi kini aku ingin mencapai puincak kenikmatanku. Maka dengan tak sabaran, kubenamklan lagi kontolku sambil menghempaskan dadaku ke atas sepasang toket gede Chi Sui.

“Nanti lepasin di mana Chi?” tanyaku.

“Di dalam aja. Aman kok,” sahutnya.

Tanpa banyak bicara aku mulai mengentot Chi Sui lagi dalam posisi missionary ini.

Keringatku pun semakin membanjir, bercampur aduk dengan keringat Chi Sui.

Chi Sui pun mulai menggeol - geolkan pinggulnya lagi. Luar biasa enerjiknya wanita bertubuh tinggi gempal ini. Padahal dia sudah 4 kali orgasme. Tapi dia bisa tetap aktif untuk menggoyangkan bokong gedenya.

Bahkan ia masih sempat berkata terengah, “Nan… nanti kalau mau lepas, kita barengin ya. Biar nikmat…”

“Iii… ikyaa Chi… ini udah deket - deket kok…”

“Oooooh… tahan dikit… biar bareng…” ucap Chi Sui sambil mengubah goyangan pinggulnya jadi menukik - nukik.

Aku tahu apa tujuannya dengan goyangan seperti itu. Agar kelentitnya bergesekan terus dengan kontolku. Dengan cara seperti itu, dia akan cepat meraih orgasmenya lagi.

Maka aku pun membalasnya dengan mempergencar entotanku, sambil menjilati lehernya yang sudah basah oleh keringat, disertai gigitan - gigitan kecil.

Dan akhirnya aku berhasil menciptakan detik - detik yang teramat sangat indah ini.

Bahwa ketika aku menancapkan batang kemaluanku sedalam mungkin, sampai mentok di dasar liang memek Chi Sui… liang memek wanita itu pun terasa berkedut - kedut kencang.

Kami saling remas, saling lumat bibibr… sementara kontolku mengejut - ngejut sambil memuntahkan lendir kenikmatanku.

Crotttt… croooottttt… crottttt… croooottttt… croot.. crottt… crooootttt…!

Aku terkapar di atas perut Chi Sui, sementara ia pun terlemas- lemas sambil mendekap pinggangku.

Lalu ia membuka matanya. Menatapku dengan sorot puasnya birahi seorang wanita. Dan terdengar suaranya lirih, “Ini pengalaman pertama bagiku… sampai lima kali lepas… luar biasa. Aku bisa ketagihan kalau begini sih nanti Chep…”

“Aku juga bakal ketagihan. Nanti setelah kantor dibuka, Nike kan harus bekerja tiap hari. Tapi kalau aku kan bebas. Bisa aja kita mengambil kesempatan seperti sekarang ini,” sahutku sambil mencabut kontolku dari liang memek Chi Sui.

Chi Sui pun bangkit. “Waaah… kain seprainya harus diganti. Takut Nike lihat bekas kita nanti,” ucapnya.

Kubiarkan saja Chi Sui menarik kain seprai dan menggantinya dengan yang baru. Kemudian ia mengenakan pakaian dalam dan kimononya. Dan menggulung kain seprai yang sudah kecipratan keringat kami dan air maniku itu.

“Aku mau lanjutkan masak ya Chep,” kata Chi Sui sebelum keluar dari kamar.

Aku cuma mengangguk sambil tersenyum. Lalu masuk ke kamar mandi. Dan… mandi lagi sebersih mungkin.

Selesai mandi, kukenakan pakaian casualku. Celana jeans dan baju kaus impor*(yang kualitasnya tidak lebih baik daripada produksi lokal)*.

Kemudian aku keluar dari kamar menuju dapur.

Tampak Chi Sui sedang melanjutkan masak sambil memasukkan handphonenya ke dalam saku daster biru tuanya. Dia sudah tidak mengenakan kimono lagi rupanya.

“Masak apa Chi?” tanyaku setelah berada di belakangnya.

“Bikin ayam kuluyuk, udang goreng tepung dan capcay tuh,” sahutnya.

Kudekap pinggang Chi Sui dari belakang sambil berbisik, “Masakan Chichi kusukai semua. Memek Chichi juga aku suka sekali.”

“Tapi kalau ada Nike, kita harus saling cuek aja ya Chep.”

“Iya. Aku ngerti. Permainan kita harus rapi.”

“Ohya… memangnya Nike ngijinkan Chepi kawin lagi?”

“Iya. Hal itu malah diucapkannya sebelum kami menikah.”

“Lalu kapan Chepi mau nikah lagi?”

“Gak tau. Mungkin juga gak jadi. Yang tadinya minta dikawini itu adik ibu tiriku dan adik istri pamanku. Tapi setelah mereka hadir di aca akad nikahku, entah kenapa mereka jadi menolak secara halus.”

“Tapi kira - kira ijin Nike itu masih berlaku nggak?”

“Nike sih pasti setuju aja kalau aku mau kawin lagi. Asalkan dia tetap jadi istri pertamaku. Emangnya kenapa? Chi Sui mau nikah denganku?”

“Iiih… gaklah. Aku kan sudah tua. Aku sih ingin jodohkan Chepi sama anak tunggalku.”

“Ohya?! Perasaan aku belum pernah lihat anak Chichi.”

“Nggak kalah cantiklah sama Nike juga. Usianya juga hanya beda bulan - bulanan sama Nike. Kalau gak salah usia anakku tiga bulan lebih muda daripada Nike,” sahut Chi Sui sambil menampilkan foto - foto di layar handphonenya. Lalu memperlihatkan foto anaknya yang tampil di layar hapenya, “Ini anakku.

Kujemput handphone itu dari tangan Chi Sui.

Maaaak… memang cantik sekali anak Chi Sui yang bernama Narita itu…!

“Memang cantik di fotonya sih,” ucapku sambil mengembalikan handphone itu pada Chi Sui.

“Dalam kenyataannya lebih cantik lagi. Sebentar juga dia datang ke sini. Biar Chepi bisa menilainya sendiri.”

“Lho… seandainya Narita itu jadi istriku, hubungan kita gimana?” tanyaku sambil mengusap - usap pipi tembem Chi Sui.

“Bisa jalan terus, asalkan rapi seperti Chepi katakan tadi. Justru Nike itu yang harus Chepi pikirin. Mau gak dia menerima Narita sebagai istri kedua?”

“Nike sih dijamin takkan menghalangi. Bahkan mungkin dia lebih suka kalau istri keduaku masih ada hubungan darah dengannya.”

“Narita itu keponakan Nike. Tapi usia mereka hanya beda tiga bulan.”

“Sekolahnya gimana?”

“Sama juga seperti Nike. Hanya tamat SMA. Lalu sekarang nganggur.”

“Cewek secantik Narita tentu sudah punya pacar Chi.”

“Justru dia belum pernah pacaran sama sekali. Apalagi setelah ayahnya tewas dalam kecelakaan itu, dia semakin menjauh kalau ada cowok mendekatinya. Dia takut salah pilih, katanya. Terus dia bilang, kalau ada yang serius berminat padanya sih datang aja ke rumah dan minta sama mama. Gak usah pake pacaran segala.

“Lalu kenapa Chichi ingin menjodohkannya denganku?”

“Pertama, waktu Chepi nikah dengan Nike itu, kan Narita juga datang. Pulangnya dia bilang, kalau sama cowok setampan suami Nike sih, aku mau jadi istrinya. Berarti dia sudah punya rasa simpati sama Chepi,” ucap Chi Sui.

“Alasan yang kedua sehingga mau menjodohkannya denganku apa?” tanyaku.

“Aku mikirin masa depannya Chep. Dan aku yakin, kalau jadi istri Chepi, pasti masa depan Narita terjamin. Aku… aku sangat menyayangi anakku satu - satunya itu.”

“Kalau aku nikah dengan Narita, berarti aku harus manggil Mama dong sama Chichi. Hahahaaaa…”

“Nggak apa. Pokoknya di depan Narita aku akan bersikap seperti mertua kepada menantunya. Tapi di belakang Narita dan Nike… memekku ini sudah menjadi milikmu juga Chep. Aku takkan ijinkan lelaki lain menyentuhku. Hanya Chepi yang boleh menggauliku.”

“Narita sama sekali belum pernah pacaran?”

“Iya. Dia sih setiap pulang sekolah di rumah terus. Gak pernah terbawa arus pergaulan yang gak bener.”

“Berarti dia masih perawan dong Chi.”

“Iya. Soal itu sih kujamin. Bahkan ciuman sama cowok aja belum pernah… !”

“Terus… tadi Chichi bilang dia mau datang ke sini sekarang?”

“Iya. Tadi aku suruh dia ke sini. Tapi aku belum ngomong apa - apa sama dia. Pokoknya aku ingin agar Chepi kenalan aja dulu dengan Narita. Nanti sama - sama pertimbangkan mau ke mana arah selanjutnya.”

“Memangnya dia bakal mau dijadikan istri kedua?”

“Pasti mau lah. Nanti aku yang akan memberi pengarahan padanya.”

Aku terdiam. Tapi benakku berputar terus. Memikirkan sesuatu yang tak pernah kurencanakan itu.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan