2 November 2020
Penulis — Neena
Aku masih berdiri terpaku ketika Bu Claudia sedang menelanjangi dirinya tanpa keraguan sedikit pun. Begitu mulus tubuh tinggi semampainya. Mulai membayangkan betapa romantisnya kalau aku sudah menggaulinya nanti.
Lalu ia menarik pergelangan tanganku. Dan menuntunku masuk ke dalam kamarnya.
Di dalam kamarnya itulah ia melepaskan busanaku sehelai demi sehelai sampai tubuhku telanjang bulat seperti dirinya. Dan… ia spontan menggenggam kontolku yang sudah agak tegang ini sambil berdesis, “Yessssss… Chepi punya kejutan… bahwa di balik wajah tampan ini ternyata penis Chepi ini XL size…
Lalu ia meraihku ke atas bednya yang berbentuk klasik, seperti tempat tidur para raja di Eropa pada zaman dahulu.
“Bentuk Chepi perfect sekali. Aku yakin bisa move on, lalu akan menjadikan Chepi satu - satunya kekasihku,” ucap Bu Claudia sambil menghimpit dadaku, laluj menciumi bibirku dengan lahapnya.
Sementara aku asyik meremas - remas bokongnya yang indah. Tidak terlalu gede, tapi juga tidak tepos.
Karena Bu Claudia mewnelungkupi dada dan perutku, dengan sendirinya kontolku bertempelan dengan memeknya. Dan ini membuat nafsuku semakin menjadi - jadi. Kontolku pun mulai sangat ngaceng. Namun aku tidak langsung menerjang memeknya yhang bersih plontos itu. Aku masih suka beraksi dari perut ke atas.
Dan pada suatu saat aku mulai melorot turun. Wajahku pun mulai berhadapan dengan kemaluan Bu Claudia yang tercukur bersih. Dan tanpa ragu aku mulai menjilati kemaluannya yang tampak jelas lipatan - lipatan kulitnya itu, sambil mendorong sepasang pahanya agar merenggang selebar mungkin.
Terdengar suara Bu Claudia, “Ooooh… sejak suamiku meninggal, ini pertama kalinya vaginaku disentuh lelaki Chep…”
Aku tidak menjawabnya, karena mulutku sedang terbenam di permukaan memek Bu Claudia. Memek yang membuatku tenggelam dalam keasyikan. Karena memek Bu Claudia ini sedagalanya serba jelas. Mana bagian luar dan bagian dalamnya, mana pula kelentitnya. Setelah lidahku puas menggasak bagian dalamnya, lalu mengarah ke kelentitnya yang tampak jelas itu, sementara jari tengahku pun mulai kubenamkan ke dalam liang memeknya.
Bu Claudia menggeliat - geliat sambil merintih - rintih manja, “Chepppiii oooo… ooooh Cheeeep… Cheeepiiiii… ooooh… Cheeeepiiii… su… sudah… jangan terlalu lama jilatinnya… nanti keburu becek Cheeep… !”
Mendengar rintihan Bu Claudia seperti itu, aku pun cepat menjauhkan mulutku dari memek gundulnya, lalu meletakkan moncong kontolku tepat di ambang “pintu” dosenku. Dan dengan sekuat tenaga kudorong kontol ngacengku… langsung melesak masuk ke dalam liang memek dosenku yang 75% bule itu… blessss…
Bu Claudia merangkul leherku ke dalam pelukannya. Disusul dengan ciuman yang bertubi - tubi di bibirku.
Setelah ciuman itu terlepas, aku bergumam, “Serasa bermimpi… dosenku yang selalu jutek di kampus, sekarang bisa jadi milikku…”
“Iya. Aku memang sudah jadi milikmu sekarang Boss…” sahutnya sambil tersenyum manis.
Aku pun mulai mengayun batang kemaluanku, bermaju - mundur di dalam liang memek yang terasa ngepas dengan keinginanku. Terlalu sempit tidak, longgar pun tidak. Pokoknya aku bisa menggerakkan kontolku secara leluasa. Dan gesekan antara kontolku dengan dinding liang memek Bu Claudia ini, terasa sekali.
Ternyata Bu Claudia pun merasakan hal yang sama. Ketika kontolku mulai mengentot liang sanggamanya sambil menjilati lehernya, ia berbisik terengah, “Chepi… ooooh… belum pernah aku merasakan ML yang seenak ini Chep… ooooh… aku jadi langsung jatuh hati padamu… langsung sayang padamu Chep…
“Sayangnya seorang dosen kepada mahasiswanya?” pancingku.
“Aku malu mengakuinya. Ini sudah bukan sayang biasa Chep… aku sudah jatuh cinta padamu… karena… karena kamu sangat memenuhi kriteriaku. Malu aku mengakui hal ini. Oooh… karena kamu jauh lebih muda dariku…”
“Cinta tidak mengenal usia Beib…” ucapku yang kususul dengan ciuman lahapku di bibir sensualnya. Sambil mempergencar entotanku. Bu Claudia pun semakin menggeliat - geliat dan merintih - rintih histeris. “Cheppiii… oooh… cheeeep… aaaaah… aaaaaa… aaaaah… Cheeeepiiiii… aaaaa…
Di saat lain, kuemut pentil toket kirinya, sementara tangan kiriku meremas toket mediumnya yang masih sangat kencang itu. Semakin merem melek juga lah mata sayu dosenku itu.
Bahkan ketika aku mulai gencar menjilati ketiaknya yang bersih dan harum itu, disertai dengan sedotan - sedotan kuat, tubuh tinggi putih mulus itu pun semakin menggeliat - geliat dan mengejang - ngejang.
Aku pun semakin gencar mengentotnya, sambil menjilati leher jenjangnya atau ketiak bersih harumnya.
Cukup lama aku melakukan semuanya ini. Sehingga keringat pun mulai membasahi tubuhku, bercampur aduk dengan keringat Bu Claudia.
Sampai pada suatu saat, Bu Claudia mulai memperlihatkan gejala - gejala akan mencapai orgasmenya. Ia mengejang tegang… tegang sekali. Sementara nafasnya tertahan, matanya pun terpejam.
Lalu… kurasakan liang memeknya seperti spirel… seperti ular yang sedang membelit batang kemaluanku. Disusul dengan hembusan nafasnya yang tertahan beberapa detik, “Aaaaaaaah… indah sekali Chep…”
Lalu ia berkali - kali mendaratkan kecupan mesranya di bibirku.
“Udah orgasme?” tanyaku.
“Udah.”
“Tapi aku masih jauh.”
“Lanjutin aja. Gak apa - apa. Siapa tau aku bisa orgasme lagi nanti.”
Aku pun melanjutkan aksiku, mengayun batang kemaluanku dalam kecepatan standar. Memang liang memek Bu Claudia jadi licin sekali, sehingga kontolku lancar mengentotnya. Tapi anehnya liang memek wanita 75% bule itu tidak becek. Padahal biasanya wanita yang sudah orgasme, liang memeknya jadi becek. Memek Tante Irenka juga becek memeknya setelah orgasme.
Ketika aku sedang asyik - asyiknya mengentot Bu Claudia, tiba - tiba dosenku berbisik, “Ganti posisi yuk. Aku di atas. Gimana?”
“Oke, “aku menghentikan entotanku. Lalu mencabut kontolku dari liang memek wanita bule itu.
Kemudian aku menelentang, sementara Bu Claudia berusaha memasukkan moncong kontolku ke dalam memeknya. Dan ketika memeknya itu menurun, bleessss… kontolku pun langsung membenam ke dalam liang memek Bu Claudia yang licin dan hangat itu.
Tadinya kupikir Bu Claudia akan melakukan posisi seperti penunggang kuda di atas tubuhku. Tapi ternyata tidak. Setelah kontolku membenam ke dalam liang memeknya, Bu Claudia menghempaskan dadanya ke atas dadaku. Sehingga aku berinisiatif untuk mengayun kontolku, meski posisiku berada di bawah. Sementara Bu Claudia pun mengayun memeknya untuk membesot - besot kontolku.
Namun beberapa saat kemudian Bu Claudia lebih asyik mencium dan melumat bibirku, sementara memeknya hanya bergerak sedikit - sedikit. Tentu saja aku harus berperan untuk beraksi. Dengan mengayun kontolku segencar mungkin, sambil meremas - remas bokong dosenku yang jelita itu.
Namun semuanya ini berpengaruh padaku. Rasanya detik - detik krusialku mulai datang. Tapi aku berusaha untuk mengatur nafasku, agar aku tidak terlalu cepat berejakulasi.
Sampai pada suatu saat, Bu Claudia mulai merintih - rintih histeris lagi, “Chepiiii… oooo… oooooooh… Cheeeeepiiii… oooooh… ooooh… ooooh… Cheeeepiiiii… oooh… ooooh… aku mau orgasme lagi Cheeep…”
Kini terasa Bu Claudia berkelojot - kelojot di atas perutku. Lalu sekuijur tubuhnya terasa kejang… kejang sekali. Pada saat itu pula aku menancapkjan kontolku sedalam mungkin di dalam liang memek Bu Claudia yang terasa sedang berkedut - kedut kencang ini.
Dan… akhirnya aku berhasil meraih detik - detik indah ini. Bahwa ketika lendir libido Bu Claudia terasa mengalir membasahi kontolku, pada saat itu pula moncong kontolku memuntahkan lendir kenikmatanku.
Crooootttt… cretttt… croooottttt… crettt… crooootttt… creettt… crooootttt…!
Bu Claudia terkapar di atas perutku, dengan tubuh bermandikan keringat. Aku pun terkulai lemas, sambil meresapi nikmatnya persetubuhan yang baru selesai ini.