2 November 2020
Penulis —  Neena

Malam Malam Jahanam

Part 17

Kekagumanku kepada Tante Irenka semakin mendalam setelah melihat dia begitu lincahnya memeriksa ketiga kapal tanker itu satu persatu. Bahkan ruangan demi ruangan diperiksanya dengan teliti.

Yang sangat membesarkan hatiku, Tante Irenka selalu mengacungkan jempolnya setiap kali habis memeriksa bagian demi bagian ketiga kapal tanker itu. Terlebih lagi setelah memeriksa kapal ULCC (Ultra Large Cruder Carrier) yang ukurannya terbesar di antara ketiga kapal tanker itu, ia langsung mengajakku berbicara di cabin.

Di situlah ia berkata, “Kapal ULCC ini bisa kujual dengan harga yang sangat mahal. Jadi… begini aja… aku setuju dengan harga yang telah Chepi ajukan. Tapi di dalam transaksinya nanti, harga ketiga kapal itu akan kunaikkan limapuluh persen dari harga yang sudah ditawarkan itu. So… Chepi harus menandatangani harga yang sudah dimark up limapuluh persen.

“Apakah realistis harga yang sudah dimark up itu?” tanyaku ragu.

“Lho… aku kan decision maker dari pihak buyer. Dalam transaksi nanti, hanya ada dua orang yang jadi decision maker, Chepi decision maker dari pihak owner dan aku decision maker dari pihak buyer. Yang lain - lain hanya sebagai pelengkap saja.”

“Iya Tante,” sahutku dengan hati berbunga - bunga. Karena aku sudah menaikkan harga ketiga kapal tanker itu, untuk membelikan rumah bagi Anna. Namun ternyata mark upku tidak ada apa - apanya jika dibandingkan dengan mark up Tante Irenka.

Akhirnya aku menyatakan hendak mengikuti “prosedur” Tante Irenka saja. Sambil membayangkan betapa banyaknya aku akan memiliki dana dari jatah yang 25% itu.

Memang banyak prosedur yang harus dilewati. Ada juga beberapa orang yang ditugaskan oleh Tante Aini untuk membantuku sampai selesai bertransaksi dengan Tantge Irenka.

Untuk itu aku dan Tante Irenka sampai 8 hari harus tinggal di Surabaya. Sampai pada suatu hari, tanpa sepengetahuan Tante Irenka aku menghubungi Tante Aini by phone :

“Transaksi sudah selesai Tante. Uangnya sudah mengendap di rekening perusahaan semua.”

“Syukurlah, berarti kamu punya faktor keberuntungan dalam banyak hal Chepi. Anggaplah hasil penjualan kapal - kapal tanker itu sebagai investasi untuk mengembangkan perusahaan yang Chepi pegang sekarang.”

“Banyak sekali investasinya Tante. Bisakah kita mengembangkan jenis usahanya?”

“Tentu saja bisa. Asalkan sesuai dengan aktivitas yang tercantum di dalam badan hukum kita. Ekspor - impor dan perdagangan umum kan?”

“Iya Tante. Perdagangan umum kan universal sifatnya Tante. Kalau perlu kita bikin lagi PT baru, yang sesuai dengan rancangan aktivitas kita Tante.”

“Lakukanlah apa pun yang menurutmu baik dan menyehatkan perusahaan kita. Aku kan sudah memasrahkan segalanya padamu. Silakan saja cari aktivitas baru, tapi yang sesuai dengan kemampuanmu. Jangan terlalu memaksakan diri, karena kamu masih kuliah juga kan?”

“Aku sudah mengajukan cuti kuliah selama setahun Tante.”

“Ohya?! Kasihan juga keponakanku tersayang sampai harus cuti kuliah segala.”

“Nggak apa Tante. Nanti aku akan kejar ketertinggalanku di tahun depan. Sekarang mau fokus ke bisnis dulu. Mumpung enerjiku sedang berkobar Tante.”

“Iya, iya… kamu pasti tau mana jalan terbaik bagi kita semua Chep. Aku merestui semua jalan yang kamu pandang positif nanti. Aku bangga punya keponakan sekaligus kekasihku.”

“By the way, kira - kira kapan Tante mau melahirkan?”

“Sekitar dua bulan lagi Sayang. Ohya… anak kita sudah ketahuan jenis kelaminnya. Ternyata anak kita ini laki - laki Sayang. Semoga anak kita setampan kamu.”

“Amiiin…”

“Ohya… coba kuasa buyer kapal tanker itu tawari kapal pesiar bekas, tapi umurnya baru sekitar tiga dan lima tahunan. Semuanya masih jalan dan terawat.”

“Ada berapa kapal pesiar yang mau dijual itu Tante?”

“Semuanya ada lima kapal. Pemiliknya orang Arab semua. Mereka ingin ganti dengan kapal pesiar yang lebih mewah lagi.”

“Iya Tante. Nanti kutanyakan sama orangnya.”

Lalu Tante Aini menceritakan bagaimana senangnya Sang Suami setelah mendengar bahwa bayi yang masih di dalam kandungannya itu laki - laki.

Lalu kami ngobrol ke barat ke timur ke utara ke selatan.

Setelah menghubungi Tante Aini, semangatku semakin berkobar.

Ternyata Tante Irenka pun tampak semakin bersemangat setelah transaksi ketiga kapal tanker itu selesai. Dia juga menceritakan bahwa sang Buyer yang sebenarnya minta agar Tante Irenka mencari lagi kapal tanker sebanyak mungkin.

Aku tidak tahu mau beroperasi di mana kapal - kapal tanker itu. Dan aku tidak menanyakannya kepada Tanter Irenka. Karena hal itu sudah bukan urusanku lagi. Yang penting, ketiga kapal tanker itu sudah terjual lunas. Dan aku mengendapkan dana yang sangat banyak di rekening pribadiku. Dana yang 25% dari Tante Irenka itu.

By the way, hubunganku dengan Tante Irenka dalam waktu 8 hari ini semakin lengket saja rasanya. Khususnya tentang masalah sex, Tante Irenka bukan seorang wanita yang hypersex. Tapi bukan pula wanita yang frigid. Maka selama bersamaku di Surabaya, dia “hanya” minta jatah dua hari sekali. Berarti selama 8 hari itu Tante Irenka kugauli sebanyak 4 kali.

Bahkan pada suatu saat, ketika aku sedang mencumbu Tante Irenka yang sudah telanjang bulat di kamar hotel, Tante Irenka berkata, “Yang penting hubungan sex itu bobotnya atau kualitasnya. Bukan keseringannya. Dan sejauh ini hubungan sex dengan Chepi terasa sangat berkualitas. Makanya dua malam sekali pun lebih dari cukup.

“Kalau ketahuan sama Oom Safiq bagaimana?” tanyaku.

“Gak apa - apa. Aku dan pamanmu sudah punya kesepakatan baru.”

“Kesepakatan mengenai apa?”

“Pamanmu sangat mencintaiku. Dia memohon agar aku jangan sampai meninggalkan dia setelah dia mengalami stroke dan selalu gagal memuaskan gairah biologisku. Dia bahkan sudah mengijinkanku untuk selingkuh dengan lelaki lain, asalkan aku tetap hidup bersama pamanmu.”

“Waktu mau berangkat ke Surabaya ini, Oom Safiq tau kalau Tante pergi bersamaku?”

“Tau. Dia bahkan menganjurkan untuk menjadikan Chepi sebagai kekasihku.”

“Ohya?! Kok Tante baru bilang sekarang?”

“Soalnya hal itu tidak penting Chep. Diijinkan atau tidak oleh pamanmu, aku tetap akan berjuang untuk mendapatkanmu. Dan sekarang aku sudah mendapatkanmu. Kebetulan pula kamu sangat mirip dengan mantan pacarku dahulu. Jadi… aku menyerahkan tubuhku padamu secara total. Karena hatiku pun sudah kamu miliki sekarang Sayang.

Pada saat itu aku sedang merapatkan pipiku ke pipi Tante Irenka, sementara jemariku sedang menggerayangi kemaluannya yang sangat bersih itu.

Ketika kurasakan liang memek istri Oom Safiq itu sudah basah, kuletakkan moncong kontolku di ambang mulut memeknya sambil berkata, “Sebenarnya aku sudah punya calon istri. Tapi Tante sudah mendapat tempat istimewa di dalam hatiku. Maka aku pun berharap agar hubungan kita tetap terjalin, baik dalam bisnis mau pun birahi kita.

Lalu kudesakkan batang kemaluanku sekuat tenaga. Dan… mulai membenam sediukit demi sedikit… blesssssskkkkkkkk…

“Ooooh… sudah masuk Sweetheart… “rintih Tante Irenka sambil melingkarkan lengannya di leherku. Lalu menciumi bibirku bertubi - tubi.

Aku tidak berdusta waktu mengatakan bahwa Tante Irenka ini punya tempat istimewa di dalam hatiku. Karena selain cantik dan bertubuh putih mulus, liang memeknya pun terasa legit dan menjepit. Lebih dari itu semua, kayaknya aku bakal punya hubungan bisnis terus dengannya kelak. Karena itu aku pun harus membuatnya benar - benar puas setiap kali aku menyetubuhinya.

Kebetulan Tante Irenka hanya menyukai posisi missionary. Padahal kalau nonton di bokep - bokep, orang bule itu di awalnya saja sudah langsung main doggy. Lalu posisi miring, WOT dan sebagainya. Tapi Tante Irenka hanya suka main dalam posisi missionary. Karena ia ingin benar - benar menikmati gesekan dan sentuhanku.

Mungkin Tante Irenka ini pada dasarnya senang diperlakukan secara romantis.

Karena itu aku pun berusaha untuk memberikan kepuasan padanya dengan apa yang bisa kulakukan.

Aku bahkan sudah bhafal di mana saja titik - titik sensitif pada tubuh Tante Irenka. Maka kumulai mengentotnya sambil menjilati daun telinganya. Aksi ini mulai membuat Tante Irenka terpejam - pejam.

Terlebih lagi ketika aku mengentotnya sambil menjilati ketiaknya, disertai dengan sedotan - sedotan kuat, maka Tante Irenka pun semakin menggelinjang - gelinjang sambil berdesah dan merintih histeris, “Chepiiii… aku bisa tergila - gila olehmu Chep. Apa pun yang kamu lakukan padaku… selalu saja membuatku serasa sedang melayang - layang di surga…

ooooh… Chepppiiii… kamu jangan tinggalkan aku sampai kapan pun yaaaa… aku sudah menganggapmu sebagai pangeran yang diturunkan dari langit untuk mengucurkan keindahan dan kenikmatan padaku… ooo… ooooohhhh… Cheeeepiiii… entot terus Cheeeeep… penismu luar biasa enaknya Sweetheart…

Sementara itu aku menilai bahwa yang paling indah di tubuh Tante Irenka ini adalah sepasang payudaranya. Karena selain gede, bentuknya sangat lonjong yang indah sekali. Kali ini aku ingin meremas sekuatnya. Maka kucoba meremas toket indah itu lebih kuat dari biasanya. “Tidak sakit kuremas sekuat ini Tante?

“Tidak sayang. Pamanmu kularang meremas terlalu kuat. Karena aku ingin agar payudaraku tetap indah bentuknya. Tapi khusus untukmu… silakan remas sekuatnya. Karena dirimu mungkin akan jadi pelabuhan cintaku yang terakhir Chep…”

Maka tangan kiriku mulai meremas toket kanan Tante Irenka, sementara mulutku asyik mengemut pentil toket kirinya yang tegang dan kemerahan ini. Sedangkan kontolku makin masive mengentot liang memek Tante Irenka yang luar biasa legit dan sempit menjepit ini.

Terkadang aku mengentotnya sambil sedikit mengangkat tubuhku, karena ingin memperhatikan maju mundurnya kontolku di dalam mulut memek wanita bule itu.

Lalu kuhempaskan lagi dadaku ke atas sepasang toket yang bentuknya sangat erotis itu. Disambut lagi dengan rengkuhan dan pelukan Tante Irenka.

Keringat pun mulai berjatuhan ke atas dada dan leher serta wajah Tante Irenka. Bercampur baur dengan keringatnya sendiri.

Dan manakala tangan Tante Irenka terangkat ke dekat kepalanya, kujilati lagi ketiaknya yang sudah basah oleh keringat, tanpa menimbulkan perasaan risih sedikit pun.

Namun pada suatu saat Tante Irenka berkelojotan sambil berucap terengah, “Aku sudah mau orgasme Chep… barengin lagi yok kayak kemaren…”

Aku pun berusaha mengikuti keinginan istri Oom Safiq itu, dengan mempercepat entotanku, seperti pelari yang sudah mendekati garis finish.

Kontolku maju mundur dengan cepatnya di dalam jepitan liang sanggama Tante Irenka.

Dan ketika sekujur tubuh Tante Irenka mengejang tegang, dengan perut sedikit terangkat… aku pun membenamkan kontolku sedalam mungkin, sambil meremas sepasang toket wanita bule itu.

Lalu detik - detik yang sangat indah ini pun terjadi. Bahwa ketika liang memek Tante Irenka berkedut - kedut kencang, diikuti dengan gerakan sekujur liang sanggamanya yang seolah belitan ular meremas batang kemaluanku… kontolku pun mengejut - ngejut sambil memuntahkan lendir kenikmatanku.

Croooottttt… croootttt… crottt… croooottttttt… crooootttt… crooootttt…!

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan