2 November 2020
Penulis —  Neena

Malam Malam Jahanam

**Part 18

Aku ini laksana seekor kucing yang pantang menolak kalau ditawari ikan segar. Apalagi ikan segar itu cantik, bertubuh tinggi langsing dan bule pula. Mengenai toketnya yang over size itu, aku tak peduli. Bahkan aku ingin punya koleksi atau simpanan yang toketnya gede sekali seperti itu.

Aku juga tak peduli dengan jembut yang menghiasi kemaluannya. Karena sepengetahuanku, cewek Eropa pun tidak semuanya senang menggunduli kemaluannya. Banyak juga yang seperti sengaja memelihara jembutnya, tapi dengan digunting dan dirapikan supaya menjadi bentuk segitiga, icon love dan sebagainya.

Anastazie pun tampak senang karena aku sama sekali tidak mempermasalahkan toket super gedenya. Aku bahkan menciumi pentil toketnya yang kemerahan, sebagai tanda bahwa aku suka pada buah dadanya super gede itu.

Aku memang ingin membahagiakan dan membesarkan hatinya dengan apa pun yang bisa kulakukan.

Lalu aku mulai menyasar bibirnya yang sensual itu. Memagut dan melumatnya. Disambut dengan dekapannya di pinggangku.

Kami memang sudah sama - sama telanjang bulat. Tapi aku ingin foreplay dulu, sampai dia benar - benar horny dan memeknya siap untuk diterobos oleh batang kemaluanku.

Setelah puas melumat bibirnya, mulutku turun untuk mengemut pentil toket kirinya, sementara tangan kiriku mulai meremas toket kanannya.

Tubuh cewek bule itu mulai menghangat.

Terlebih lagi setelah jemari tangan kiriku menyosor ke bawah, mulai menembus jembut dan meraba - raba permukaan kemaluannya tanpa berani menyelinapkan jari tanganku ke dalam celahnya, takut mengganggu hymen (selaput dara) nya, kalau ia memang masih perawan.

Tapi Anastazie sangat reaktif. Setelah kemaluannya terjamah, ia pun menggenggam batang kemaluanku sambil menciumi bibirku. Agak lama kami dibuai dengan aksi ini. Saling pegang kemaluan sambil berciuman.

Lalu aku melorot turun sampai wajahku berhadapan dengan kemaluan cewek bule itu. Kemaluan yang berjembut tapi tidak terlalu melebar, karena ada bekas dirapihkan dengan gunting.

Ketika kucoba mengangakan kemaluannya, ternyata mudah saja mataku menyaksikan bagian dalam kemaluannya yang berwarna pink itu. Kuamati sejenak… memang masih menutup, sehingga liang sanggamanya belum kelihatan jelas.

Dan tanpa basa basi lagi kujilati bagian yang berwarna pink itu, sehingga Anastazie tersentak. Tapi lalu terdiam, meski sesekali tubuhnya menggeliat.

Tak cuma bagian dalam yang berwarna pionk itu sasaran lidahku. Setelah menemukan clitorisnya, aku pun mulai menjilati clitoris alias itil itu. Bahkan sesekali kusedot dan kujilati clitorisnya yang sebesar kacang kedelai itru.

Zie pun mulai menggeliat - geliat dan mendesah - desah, “Aaaaa… aaaaaah… aaaa… aaaaaah… aaaaa… aaaaaahhhhh… aaaaaa… aaaaaah…”

Sementara aku diam - diam mengalirkan air lurku ke dalam celah memeknya. Terus - terusan kualirkan air liurku, sampai celah memek cewek bule itu benar - benar basah. Dan siap untuk dipenetrasi.

Aku pun mulai mendorong sepasang paha Zie sampai mengangkang sejauh mungkin. Kemudian kupegang batang kemaluanku dan kucolek - colekkan moncongnya ke celah memek Zie.

Setelah terasa tepat arahnya, aku mengumpulkan tenagaku. Kemudian kudorong kontol ngacengku sekuatnya. Stttttt… meleset…! Kubetulkan lagi letaknya, lalu kodorong lagi kontolku dan… stttt… meleset lagi.

Akhirnya Zie ikut membantuku. Memegangi kontolku sambil menariknya di mulut kemaluannya.

Lalu kudorong lagi kontolku sekuat tenaga… uuuuugggghhhh…

Dan… kontolku mulai melesak masuk ke dalam liang memek Zie. Baru masuk kepalanya saja. Maka kudorong lagi sekuatnya… masuk lagi makin dalam, sampai batas leher kontolku.

Saat itulah aku menghempaskan dadaku ke atas sepasang toket gede Anastazie. Sambil mendesakkan lagi kontolku agar membenam lebih dalam lagi.

Ia menyambutku dengan merengkuh leherku ke dalam pelukannya, sambil bertanya, “Already entered?”

(sudah masuk?)

“Sudah… baru sedikit,” sahutku, “Sakit?”

“Tidak… lanjutkanlah…” sahutnya sambil menatapku dengan bola mata yang begitu bening dan indahnya. Memang setelah diuperhatikan dari jarak dekat begini, Anastazie ini cantik sekali. Cantik yang alamiah, tiada polesan make up sedikit pun, kecuali bibirnya saja yang dipoles lipstick.

Sedikit demi sedikit batang kemaluanku melesak ke dalam liang memek Zie yang begini sempitnya. Meski belum melihat darah perawannya, aku percaya Zie ini masih perawan.

Setelah batang kemaluanku masuk lebih dari separohnya, mulailah aku mengayunnya perlahan - lahan dan hati - hati agar jangan sampai lepas.

Terasa tubuh Anastazie sampai bergetar - getar ketika kontolku mulai maju - mundur di dalam liang sanggamanya yang sangat sempit tapi sudah licin ini. Terlebih ketika entotanku mulai digencarkan, ia mulai menggeliat - geliat sambil mendesah - desah… mulai merintih - rintih histeris. “Aaaaaaaah…

Aku tersenyum sambil membisikinya, “Entot… bukan endot…”

“Iii… iiiyaaaaa… entoooottt… oooooh… kondolmu enak sekali Cheeeeep…”

“Kontol, bukan kondol…”

“Kontol? Iiii… iyaaaaaa… kontolmu enak sekali Chepiiii…”

“Memekmu juga enak Zie.”

“Mekmek?”

“Meeemeeek… !”

“Owh… memek, iya memek.”

Aku memaklumi kalau Zie salah sebut kata - kata jorok. Karena mungkin jarang sekali mendengar kata - kata vulgar.

Ketika entotanku masih agak pelan, aku sempat juga mengangkat badanku sambil memperhatikan batang kemaluanku yang sedang bermaju - mundur dalam memek berjembut brunette itu. Memang ada garis - garis darah di batang kemaluanku. Berarti benarlah pengakuan Zie, bahwa ia memang belum pernah merasakan hubungan sex sebelum kontolku menerobos virginitasnya ini.

Masuk di akal kalau Zie belum pernah merasakannya. Karena ia minder gara - gara toketnya yang kegedean untuk gadis yang baru berusia 18 tahun ini. Terlebih lagi Zie hidup di perantauan, bukan di negaranya sendiri. Sehingga ia menjadi seorang cewek yang kurang gaul di Nusantara.

Hal itu justru menjadi keberuntunganku. Karena tanpa diduga - duga Tante Irenka ngasih “bonus”, adiknya yang bertoket sangat gede dan masih perawan ini…!

Hanya beberapa menit aku mengayun batang kemaluanku dalam gerakan seret, karena sempitnya liang memek Zie ini. Namun setelah liang sanggama cewek bule ini beradaptasi dengan ukuran zakarku, aku pun bisa mempercepat genjotan kontolku sampai pada kecepatan normal.

Aku tak cuma mengayun kontolku, karena tangan dan mulutku pun mulai beraksi. Kukulum dan kusedot - sedot pentil toge kirinya, sementara tangan kiriku asyik meremas - remas toket super gede itu. Kalau dadaku menghimpit dada Zie secara lurus, kedua pentil toket Zie jadi berada di samping kanan dan kiri dadaku, saking lebarnya buah dada cewek bule itu.

Desahan dan rintihan Anastazie pun semakin menjadi - jadi. “Aaaaah… aaaaah… aaaahhhh… Cheeeeepiiiii… aaaaah… ooooooohhhhh… aaaaah… Chepiiii…”

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan