3 November 2020
Penulis — kernel
“Ughhhh… vaginamu benar-benar seret seperti perawan…” suara Roni terdengan bergetar, dia berkata sambil sedikit menarik batang penisnya, lalu mulai mendorongnya lagi. Bless… kepala penisnya mulai masuk, kugoyangkan pantatku sedikit agar vaginaku semakin lebar terbuka. Dengan sedikit susah, ahirnya kali ketiga Roni mendorong, maka bless…
Tubuh Roni sendiri sepenuhnya menindih tubuhku, di diam beberapa saat, sama sekali tidak bergerak. Seluruh batang penisnya kini benar-benar telah berada dalam diriku. Kurasakan batang kejantanannya ditelan dinding vaginaku, dan aku menunggu kelanjutan aksinya. Rambut kemaluan Roni terasa menyentuh vaginaku, begitu juga bola kembarnya telah menyentuh bibir vagina ku
Saat itu kurasakan sebuah siklus antara aku dan Roni telah selesai. Dua puluh tiga tahun yang lalu aku membawanya kedunia ini melalui lubang yang sama, dengan posisi yang hampir sama, kaki terkangkang bertelekanan telapak kaki di pembaringan, lalu dua puluh tiga tahun kemudian, yaitu sekarang, anak yang keluar dari lubang vaginaku, telah menjadi seorang laki-laki yang memasukkan kejantanannya kedalam lubang yang sama dengan posisi yang nyaris sama.
Setelah terdiam beberapa saat Roni mulai mengeluar masukkan batang kemaluannya dalam lubang vaginaku. Ahirnya dia mulai menyetubuhi ibunya sendiri, dengan siapa dia menikah, dan kali ini dia melakukannya pada malam pengantin kami.
Perlahan Roni mulai meningkatkan kecepatan pompaannya, aku sedikit heran dengan kemahirannya bersetubuh, rasanya seperti orang yang telah berpengalaman, memompa perlahan, kemudian tiba-tiba pompaannya menjadi cepat, lalu perlahan lagi, betul-betul penuh variasi.
Tapi segala keheranan itu bahkan seluruh pikiran dan perasaanku dengan cepatnya menghilang dilanda kenikmatan yang tidak tertahankan, lima menit dia menyetubuhiku, tak tahan lagi aku meraih orgasmeku yang pertama.
“Aaakhhh… oughhh…” rengekku sambil memegang pantatnya dan menariknya kedalam diriku, sementara kakiku melingkari pantatnya. Pantatku sendiri naik memapak batang kemaluannya. Orgasme itu datang dengan dahsyatnya membuat kemaluanku berdenyut dengan kerasnya. “Oughh…” lenguh Roni, saat dia merasakan kemutan vaginaku.
Ketika tubuhku sudah mulai tenang Roni berbisik “bukan main vaginamu bu, benar-benar nikmat” katanya sambil kembali memompaku. Gelenjar rasa nikmat kembali meliputi tubuhku, aku benar-benar terangsang bukan saja oleh persetubuhan kami, tapi ingatan bahwa anakku sendiri yang menyetubuhiku benar-benar menaikkan gairahku.