3 November 2020
Penulis — kernel
Segera kubuat secangkir kopi lagi dan membawanya kekamarnya. Terpikir olehku bahwa ini saatnya aku berbicara dan menasehati Roni bahwa tindakannya salah.
Kuketuk pintu dan melangkah masuk, terlihat Roni sedang duduk diatas ranjangnya sambil membaca sesuatu. Sekilas dia menatapku, lalu kembali mengalihkan perhatiannya kepada bacaannya.
“Ini kopi untukmu” kataku sambil menyodorkan cangkir kopi. “Terima kasih” sahut Roni sambil mengambil cangkir kopi. Aku segera duduk disampingnya ranpa berbicara apa-apa.
Beberapa saat kami saling berdiam diri tanpa saling memandang satu sama lain. Sungguh aku tidak tahu bagaimana perasaanku saat itu juga tidak tahu bagaimana aku harus bersikap, membencinya atau mencintainya, entalah.
“Kamu ingin membeli aku?, ibu kamu sendiri” kataku ahirnya memecahkan kesunyian. “Aku mencintai ibu” jawabnya sambil tetap memperhatikan buku yang dipegangnya. “Apa ini cara kamu memperlihatkan cinta kamu? Dengan membeli ibumu sendiri?” lanjutku.
“Aku ingin lebih dekat dengan ibu” jawabnya. “Lebih dekat? Maksudmu seperti sepasang kekasih?” desakku kepada Roni. “Ya” jawab Roni tegas sambil tetap memperhatikan bukunya.
“Ya Tuhan… aku ibumu Roni! Bagaimana mungkin kamu bisa berpikir seperti itu?” “Karena aku mencintaimu” jawabnya tegas tapi sambil tetap tidak melihat padaku.
Ketegasan dalam suaranya membuat aku bingung, kemarahan dalam hatiku mulai sedikit cair, dan aku kehilangan kata-kata untuk berbicara padanya lebih lanjut, karena itu aku terdiam sejenak.
“Tapi kenapa kamu tega berlaku seperti ini?” tanyaku lagi setelah menyeruput kopi dalam cangkir. Roni terdiam beberapa saat, lalu ahirnya dia menjawab “aku tahu ibu tidak punya teman hidup lagi, dan ibu juga tidak punya teman laki-laki yang intim, sedangkan aku… aku selalu ingin dekat dengan ibu”.
“Tapi kamu bisa tetap dekat denganku sebagai seorang anak!” sergahku padanya. “Iya aku bisa, tapi pada suatu saat, ibu juga pasti akan menyuruhku menikah” jawanya. “Apa salahnya? Kamu menikah dan kita semua bisa berkumpul bersama-sama, kamu akan punya anak dan aku bisa menghjabiskan sisa umurku dengan anak istrimu” jawabku lagi
“Iya, tapi saya ingin menikah dengan ibu dan punya anak dari ibu” kembali Roni menjawab. “Tutup mulutmu Roni! aku ibumu” bentakku kepadanya. “Apapun juga tetap saja aku ingin menikahi ibu” balas Roni dengan tegas.
“Oh… jadi sekarang kau ingin mengatakan kau naksir aku! Bahwa kau terangsang olehku dan karenanya memiliki nafsu syahwat kepadaku, begitu!” sergahku kembali sambil menahan gelora emosi didadaku.