3 November 2020
Penulis —  kernel

Anakku Menikahi Ibunya

Namun Datuk Hamid belum juga orgasme, hingga akhirnya kami merubah posisi kami dengan dia di posisi bawah dan aku ganti berada di atas dengan penis masih menancap di vaginaku. Pergantian posisi itu terjadi atas suruhan Datuk Hamid yang memamng sudah sangat berpengalaman karena dia merupakan seorang duda sebelum menikah dengan aku.

Aku muali naik turun memompa dengan sisa-sisa tenaga yang masih ada, sementara Datuk Hamid memegangi pahaku, lalu kedua susuku yang bergelantungan dengan bebasnya. Kusibakkan rambutku ke belakang dan kedua tanganku ikut membantu meremas susuku bersama dengan tangannya. ohhh… oahk… eghhhmm.. enghhhh…

Lenguhanku mengumandang dengan kerasnya. sudah hampir sepuluh menit kami dalam posisi ini dan akupun akan orgasme untuk yang kedua kalinya. Namun sebelum itu terjadi Datuk Hamid bangkit dan memelukku erat sambil menciumi kedua susuku, leher, telinga, leher hingga kepalaku mendongak keatas sambil terus memompa.

Kini aku direbahkan kembali untuk ganti posisi doggie style dengan penis masih tetap menancap di vaginaku. Datuk Hamid memompa maju mundur dengan hebatnya sambil memegangi kedua pantatku, sementara susuku bergelantungan. Kusibakkan rambutku yang panjang ke kiri agar aku dapat melihat apa yang sedang dilakukannya.

Sepuluh menit kemudian dia mengubah posisinya dengan merebahkan tubuhku yang sudah mandi keringat dan meletakkan kedua kakiku di atas kedua pahanya sambil memegangi pundakku, sementara aku meremas sendiri susuku. Akhirnya setelah lima belas menit kembali aku orgasme, tapi Datuk Hamid menyuruhku untuk menahannya karena dia juga akan orgasme untuk yang pertama kali.

Dan akhirnya kami melenguh, lenguhan terakhir kami… ahhhhhhhhh… ehhhhmmmmm… ohhhhhhhhh… yesssssss… ahhhh… ehmmmmmmm… nghhhhhhh… nghhhhhh… nghhhhhh. sekitar beberapa kali spermanya menyembur kevaginaku hingga keluar tak tertampung lagi.. crooot… crott… crooootttttt.

“oh sungguh nikmat sekali. kamu luar biasa Sum. Dasar perawan punyamu begitu sempit dan legit, aku menyukainya”. pujiannya kepadaku. “ahhh Datuk Hamid juga hebat” jawabku.

Kami rebah diranjang dengan kepalaku di atas dadanya dengan keringat di sekujur tubuh kami. Kami benar-benar lemas tiada tenaga lagi yang tersisa, dan kembali Datuk Hamid mengecup keningku dan membelai rambutku yang terurai.

Tapi hari-hari berikutnya, dalam dua puluh empat tahun pernikahan kami Datuk Hamid tidaklah seperkasa seperti malam pertama itu, karena aku kadang mengalami orgasme dalam persetubuhan, kadang bahkan tidak, sementara frekwensi hubungan badan pun tidak sesering yang kuinginkan

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan