2 November 2020
Penulis — kernel
Aku selalu melihat mamaku termenung, saat di rumah kontrakan kami dimasuki pengantin baru. Sesekali mamaku selalu berlinangan airmata. Tapi mama selalutersenyum bila aku mendekatinya. Saat kutanya kenapa mama meneteskan airmata, dia selalu menjawab dengan senyum.
Itu karena mama sayang kamu, Wan, katanya. Aku jadi berpikir, kalau sayang kenapa harus menangis.
bisikku kepada mama.
Kamu belum mengerti, nanti kamu akan mengerti sendiri, jawab mama. Aku justru mendesaknya untuk bercerita agar mengerti.
Satu malam, aku terbangun. Kulihat jam dinding, pukul 22.00. Kulihat mama berdiri di tempat tidur dan mengintip ke rumah sebelah melalui lubang dindin. Lampu di kamar kami sudah mati da gelap. Kecuali terlihat seberkas cahaya dari rumah sebelah. Dinding papan yang sudah tua itu menghasilkan lubang-lubang kecil.
Aku jadi ingin tahu dan ikut mengintip juga. Karean keasyikan, mama tidak tahu aku ikut mengintip. Kulihat tante dan om Broto sedang asyik masyuk. Aku pernah mendengar cerita dari teman-temanku, apa itu bersetubuh dan bagaimana bersetubuh. Lalu aku dan teman-temanku melihat gambar-gambar porno. Aku pun berpikir, begitni yangdisebut bersetubuh.
Kemaluanku jadi tegang, melihat tante dan Om Broto bersetubuh. Sampai akhirnya mereka berhenti bersetubuh dan menutupi dirinya pakai selimut. Mama melepaskan lubang intipannya. Saat dia mau kembali tidur, kami saling melirik. Mama jadi malu, karena tanpa sadar, aku dan mama sama-sama mengintip. Di tariknya tubuhku.
Kamu mash kecil, kok ikut mengintip, kata mamaku. Aku diam saja, takur dimarahi.
Sudah jangan bilang siapa-siapa, kata mamaku.
Tapi aku mau seperti tante dan om Broto itu, kataku.
Hussss kamu masih kecil. Gak boleh, kata mamaku.
Kapan baru boleh tanyaku.
Nanti kalau sudah mahasiswa, jawabnya. Berarti aku harus menunggu lama. Aku masih SMP kelas 3, empat tahun lagi.
Tapi ma
Sudah. Jangan brisik. Nanti kedengaran orang. Malu, mama memelukku dan menyelumutiku.
Aku tidak pernah kenal papaku. Kata mama dan nenek, papaku meninggal dunia sejak usiaku 3 tahun. Mama sengaja tidak menikah lagi, karena tak mau aku memiliki ayah tiri, walau terkadang aku iri melihat teman-temanku berjalan dengan ayah mereka.
Saat mama memelukku, aku merasakan, pentil teteknya menyingung bibirku. Kancing dasternya terlepas, mungkin. Perlahan aku mengisap pentil mama. Beberapa menit, mama melepaskan isapanku pada pentilnya. Aku kecewa. Tak lama, karean mema menggantinya dengan pentil tetek yang lain. Aku kembali mengisap pentilnya.
Wan apa betul kamu mau seperti tante dan om Broto tadi? bisik mamaku.
Iya ma. Mau. Aku mau tau. Kata teman-teman ngentot itu enak banget, bisikku pula.
Tapi kamu tak boleh cerita kepada siapa saja. Janji, kata mama.
Janji ma sumpah mati, bisikku pula. Mama membuka dasternya, sampai mama telanjang. Mama juga membuka pakaianku.
Naiklah ke atas tubuh mama, katanya. Aku mengikutinya. Mama mengambil kontolku, lalu diarahkannya ke lubang memeknya.
Tekan Wan, bisik mama. Aku mengikutinya dan menekan kontolku.
Keluar masukkan kontol nya Wan, sambil isap-isap tetek mama, bisik mama lagi. Aku melakukannya. Mama memelukku. Kamu berpelukan. Aku terus emompa mama.
Tak tau entah berapa lama kami saling berpelukan dan saling berpelukan sembari mengisap tetek mama. Tak lama aku mengejang. Mama menjepit tubuhku dengan kakinya. Kami berpelukan.
Tak dapat kubayangkan betapa nimatnya, saat aku melepaskan maniku di dalam tubuih mamaku. Mamaku juga memelukku kuat sekali dan menjepit tubuhku dengan kuat. Kami pun tertidur. Besoknya kami terbangun kesiangan.
Mama membawaku mandi ke kamar mandi. Kami mandi beruda. Di kamarmandi mama kembali mengingatkan aku, agar tidak menceritakan kepada siapapun. Jika aku bercerita, mama tidak akan mau lagi seperti tadi malam. Mama juga bilang, kalau aku akan diusir dari rumah dan tidak akan disekolahkan lagi. Aku berjanji.
Hari itu aku tidak sekolah dan mama juga tidak pergi kerja, karean sudah terlambat. Kami di rumah saja dan berjanji, besok harus sekolah.
Setelah sarapan pagi, mama rebahan di tempat tidur sambil membaca-baca majalah. Aku ikut rebah di sampingnya. Tetangga pada sepi, dan kami merasakan sunyi.
Ma, boleh lagi sepertia tadi malam? kataku. Mama tersenyum.
Wawan masih mau?
Mau ma. Kembali mama tersenyum.
Tapi janji ya, tak boleh erita kepada siapa pun. Aku mengangguk. Mama membuka pakaiannya sampai telanjang, aku juga. Kata mama sebelum begituan, kami harus berciuman dulu. Mama mengajari bagaimana berciuman. Mama juga mengajari, bagaimana menjilat memek mama. Semua diajari. Sampai aku merasakan semuanya nikmat.
Sudah, kamu naiki tubuh mama, katanya. Aku kembali menaiki tubuh mama dan memompanya. Kami bersetubuh dua kali pada hari itu.
Sampai pada satu hari, mama menangis. Katanya dia hamil. Aku gak mengerti banyak. Tapi mama bilang semuanya akan beres. Aku tak tahu. Yang jelas, secara bisik-bisik mama dan tante Lele yang bidan diam-diam mengincu kamar. Aku tak tahu apa yang mereka kerjakan di dalam kamar. Yang kulihat, dalam waskom ada darah segar dan mama sangat lemas dan pucat.
Setelah mama sehat betul, Tante Lela datang lagi ke rumah.
Pakai kontrasepsi, ya, supaya jangan hamil lagi. Aku mengerti kebutuhanmu, kata tante Lela. Kembali mereka berdua ke kamar. Kali ini, mereka keluar dengan snyum.
Tunggu seminggu baru boleh. kata Tante Lela. Mama menganguk.
Mama dapat rejeki. Kami pindah rumah KPR BTN type 36. Setelah pindah rumah itu, dua minggu kemudian aku ujian akhir dan lulus. Aku masuk SMU tak jauh dari rumah dan tempat kerja mama juga tak jauh dari rumah.
Di rumah baru, kami melakukannya sampai aku sarjana. Tak ada lagi yang kami takuti. Mama juga sudah operasi kecil, hingga tak mungkin hamil lagi.
Sampai aku bekerja, dan aku kini sudah menikah. Tapi setiap sekali seminggu, aku selalu memberi jatah kenikmata buat mama. Bahkan, kalau boleh aku jujur, hanya dengan mama, aku mendapatkan kepuasankuyang sejati. Tidak kepada isteriku, juga perempuan lain yang selalu kukencani. Aku suruh mama ambil pensiun, mama tetap menolak.