3 November 2020
Penulis — kernel
Anakku Menikahi Ibunya (1)
Ini adalah cerita kehidupanku yang kutitipkan pada Mbak Din untuk dituliskan, perkenalkan nama saya Sumini, saya lahir dari percampuran darah Malaysia dengan Indonesia. Tepatnya ayahku berasal dari Kedah sedang ibuku dari suku Jawa yang tinggal di Kalimantan. Setelah menikah akhirnya mereka tinggal di kota ************, sebuah kota kecil di perbatasan.
Sebagaimana biasanya penduduk kota kecil, maka masyarakat disana pada umumnya terhitung miskin dan kurang beruntung hidupnya. Begitu juga ayahku yang memiliki darah campuran melayu india. Untungnya aku sendiri dikaruniai wajah yang cantik dan tubuh yang menawan.
Karena kemiskinan pula aku terpaksa menikah diusia 14 tahun dengan seorang laki-laki yang pantas menjadi ayahku, sebut saja nama suamiku dengan Datuk Hamid. Seorang teman lama ayahku saat masih tinggal di Kedah.
Pernikahanku dengan Datuk Hamid, tidak bisa dikatakan tidak bahagia pada awalnya, karena aku masih ingat bagaimana malam pertama kami melakukan hubungan suami istri. Hari itu adalah hari kedua, tepatnya malam ketiga kami menjadi suami istri, barulah kami sempat melakukan hubungan badan.
Kejadiannya berawal setelah kami mengatar handai taulan terakhir yang pulang, setelah merayakan hari pernikahanku, kuingat malam itu Datuk Hamid duduk di sofa sambil menunggu aku yang menyiapkan minuman. Yang mengejutkan, adalah setelah aku menghidangkan minuman dia tiba tiba berdiri dan memegang pundakku dengan tangan kanannya dan menuntun aku menuju kamar kami.
Dengan tersenyum agak malu aku menurutinya. Setelah sampai didalam kamar dia membalikkan tubuhku, hingga kami saling berhadapan dan dia memegang kedua pundakku dan berkata “Sum kamu benar-benar wanita yang sempurna. Aku tidak akan menyia-nyiakanmu malam ini. Aku akan memberikan nafkah batin yang kau butuhkan, sebagai layaknya seorang suami”.
Lalu Datuk Hamid mengecup keningku. aku hanya menutup mata dengan menahan gejolak nafsu yang sebenarnya dari tadi aku sudah terangsang berat. Datuk Hamid menciumi kedua mataku sementara kedua tangannya memegang pipiku, hidungku yang mancung dan bibirku dengan lembut namun pasti Datuk Hamid melumat bibir dan lidahku yang membuat aku tak kuasa menahannya hingga aku kesusahan unutk bernafas sampai terengah-engah.
“ahh… ahh… ahhh… ohh.. nghhh. peluk aku mas.. ohhhh puaskan aku malam ini”. pintaku tanpa malu-malu lagi karena mulai terdorong oleh nafsu. “Sabar sayang kita akan lalui malam yang indah ini dengan penuh sejuta kenikmatan yang tak terbayangkan olehmu” jawabnya sambil terus mencumbuku.
Sambil menciumi leherku dia meremas susu kiriku. Kepalaku terangkat ke atas menikmati permainannya sambil mendesah tiada hentinya. “ohh.. ahhhh… ahhh.. ahhh… nghhhhhhh… nghhhh”.