3 November 2020
Penulis — kernel
Saat itulah giliranku yang memperhatikannya, karena itu aku tahu sewaktu Roni mengeluarkan check dan menulis disana yang kemudian diberikan kepada kerabat-kerabat itu. Aku sendiri tidak tahu apa yang mereka bicarakan, karena mereka berbicara dengan suara perlahan.
Yang pasti saat kami pamitan pulang, kurasakan beberapa kerabat tersenyum dengan cara yang menggelitik hatiku meskipun aku tidak tahu maknanya. Diperjalanan pulang Roni menerima telephon di HP nya, beberapa saat dia bicara sambil tertawa dan kudengar dia menyanggupi sesuatu.
Selesai menerima telephon Roni berkata padaku, “Bu kawanku di Universitas rupanya ada yang tahu aku lagi disini dan dia mengundangku untuk makan malam besok, ibu bersedia ikut denganku? Tanyanya padaku. “Siapa orang itu?” tanyaku pendek. “Linda teman di universitas dulu” jawab Roni.
Entah kenapa tiba-tiba saja aku dilanda rasa cemburu, karena teman gadisnya mengundang Roni makan malam, karena itu setelah terdiam sejenak, aku menganggukkan kepala tanda menyetujui ajakannya.
Besoknya aku pergi dengan Roni mengendarai mobil sewaan yang sama dengan yang kemarin. Sengaja kukenakan gaun yang baru dibelikan Roni kemarin, sebuah gaun dengan punggung terbuka, dan belahan sisi yang hampir sampai di pertengahan paha.
Kulihat Roni menatapku dengan kagum melihat penampilanku, dan sepanjang perjalanan matanya terus menerus melirik kearah pahaku, yang memang sering tersingkap karena belahannya yang sampai pertengahan paha.
Cukup jauh juga perjalanannya, tapi menjelang senja kami tiba juga di tujuan. Tidak ada yang istimewa dengan makan malamnya, selain tangan Roni yang kadang-kadang singgah dipahaku meskipun tidak terang-terangan.
Kecurigaan dan kecemburuanku juga tidak beralasan, karena Linda menyambut kami dengan suaminya, dan aku tidak perlu hawatir sama sekali, karena meskipun Linda jauh lebih muda dariku, tapi aku merasa aku jauh lebih cantik darinya. Bahkan seringkali kutangkap mata suaminya yang memandangku dengan pandangan kagum.
Tapi akibat dari perjalanan itu kebekuan antara Roni dan aku mulai mencair, aku mulai membalas percakapan yang dilontarkan olehnya sepanjang jalan pulang, dan malam itu Roni benar-benar berlaku galant kepadaku, seolah-olah aku ini seorang putri.
Karena itu aku tidak menolak ajakannya untuk pergi berwisata besoknya, kesebuah pantai. Pantai yang dipilih merupakan rekomendasi Linda, “sangat indah tapi masih sepi pengunjung” begitu rekomendasinya.
Besok paginya pikiran jail kembali mengusikku, aku kembali ingin menggoda Roni, karena itu kubawa bikini yang dibeli Roni, dan aku berniat untuk berenang dipantai, agar aku bisa memamerkan tubuh indahku, dengan janji pada diri sendir bahwa aku tidak boleh terbuai suasana, aku ingin melihat Roni belingsatan melihatku.