3 November 2020
Penulis — kernel
Roni tengah bermasturbasi, itu aku tahu tapi ya Tuhan betapa besar dan panjangnya batang penisnya, jauh lebih besar dan lebih panjang dari yang dimiliki ayahnya, kututup mulutku dengan tanganku menahan pekikan yang akan keluar.
“Aakkhhh… aku tidak tahan Sum…” dan croot… crooot… tiba-tiba batang itu mengeluarkan cairan putih, rupanya Roni mengalami orgasme, tapi yang membuat aku semakin terpana adalah betapa kerasnya cairan itu menembak, sampai tinggi sekali hampir menyentuh atap internit kamarnya, sebagian yang mengarah kesamping saat Roni menekuk batang penisnya, nyaris mengenai daun pintu tempat aku mengintip.
Aku segera berlalu menuju kamarku ketika kulihat Roni mau membuka matanya. Kali ini aku tidak mampu bertahan, aku pun bermasturbasi dengan mengesek-gesek klitorisku, aku tidak bisa memasukkan jariku kedalam lubang nikmatku, karena hawatir melunturkan khasiat ramuan yang kuminum.
Tapi meskipun begitu orgasme itu kudapatkan dengan cepat sekali dan sangat nikmat, mungkin paduan antara gairah birahi yang sejak tadi kutahan dengan hayalan batang penis Roni yang besar dan panjang memasuki lubuk nikmatku yang membuat aku begitu cepat menggapai orgasme yang sangat nikmat sampai badanku bergetar-getar menahan kenikmatannya, “Oookkhhh…
Lalu akupun tergolek dengan lunglainya, dan langsung tertidur sampai esok harinya. Aku bangun agak kesiangan, untunglah masih belum siang benar, kudengar ayah keluar rumah seperti biasa menjelang matahari terbit untuk berjalan-jalan. Biasanya saat ayah keluar rumah aku sudah mandi dan tengah menyiapkan makanan di dapur.
Sejenak aku terdiam memikirkan rencana hari ini, diam-diam kuintip kamar Roni, masih tertutup rapat, aku tersenyum sendiri memikirkan rencanaku. Sengaja aku membuat suara gaduh saat lewat pintu kamarnya menuju kamar mandi.
Sambil mandi aku mempertajam pendengaranku, kudengar suara pintu dibuka, ‘pasti Roni terbangun’ pikirku sambil tersenyum sendiri. Sengaja aku sedikit berlama-lama dikamar mandi. Tidak seperti biasanya kalau selesai mandi aku sudah mengenakan sebagian besar bajuku, kali ini aku hanya melilitkan handuk besar yang menutupi pertengahan buah dada sampai pertengahan paha.