2 November 2020
Penulis —  blackmore

Keluarga Pak Trisno

******

“Oke, sekarang kita mulai… Kamu udah siap Nanda?” ujar istriku, sambil memegang buah apel berwarna merah kehijauan sebesar kepalan tangan

“Oke deh ma… Nanda selalu siap..”

“Bagus kalau begitu…” seraya mengangkat apel ditangannya, namun entah mengapa niatnya itu dibatalkan lagi, lalu menatap kearah Doni.

“Don, tolong kamu ambil handycam didalam tas ransel, trus sekalian kamu shooting kesini ya, momen seperti ini kayaknya sayang untuk dilewatkan begitu saja tanpa dokumentasi… iya enggak pa?”

“Iya deh, atur aja…” jawabku, sekedar memberi pengertian akan hobinya itu, yang paling senang membuat semacam reportase dalam beberapa pesta seks yang kami lakukan. Jangan-jangan istriku ini tengah dijangkiti semacam pos power syndrom, dimana dirinya selalu masih terbayang oleh profesi lamanya sebagai reporter pada salah satu stasiun televisi terkemuka ditanah air, Ah, aku rasa tidak sejauh itu, sepertinya yang dia lakukan hanya sekedar konyol-konyolan saja.

Doni membongkar-bongkar ransel disebelah sudut tenda, lalu kembali sudah dengan perangkat kamera perekam ditangannya.

“Oke ma… Camera action!” ujar Doni, yang telah memfokuskan kamera kearah istriku.

“Hello pemirsa… Kita jumpa lagi dalam acara… Mmm.. apa ya? Oke, dalam acara.. Indahnya Incest, bersama saya, Rike Veronica…” Aku hanya senyum-senyum saja kalau menyaksikan liputan konyolnya itu, yang aksinya kali ini bak seorang pemandu acara masak-memasak.

“Apa yang ada ditangan saya ini pemirsa? Ya, Betul… apel, tapi dalam acara kali ini saya bukah mau bikin pie apel atau bolu apel… atau.. Manisan apel.. atau.. Ah, entahlah apa itu semua, Bukan ya pemirsa… Tapi…”

“Mau bikin apel rasa tokai..” celetukku, sekedar menggoda.

“Hussss… ikut campur aja… Jangan dengerin itu pemirsa…” sanggah istriku, dengan gayanya yang genit.

“Yang benar adalah, saya akan memasukan buah apel ini kedalam… Lubang anus gadis cantik nan imut yang ada didepan saya ini… ya dia adalah Nanda, putri kandung saya tentunya..”

“Baiklah pemirsa… tanpa banyak cakap lagi, segera akan saya mulai permainan yang mendebarkan dan sekaligus juga bikin horny ini..” setelah itu buah apel ditangannya itu diarahkan kemulut Tini

“Kamu emut-emut dulu tin, tapi jangan dimakan ya..” paham apa yang diinginkan istriku, Tini mulai mengulum dan menjilati permukaan apel hingga tampak berkilat oleh air liurnya.

“Oke, sekarang kamu ludahin..” beberapa kali Tini meludah pada buah apel yang disodorkan istriku.

“Oke, pelumasan cukup… And now.. show time…” buah apel yang telah dibaluri air ludah Tini kini telah berada dimuka liang anus Nanda, kulihat anus itu mengempot-empot seiring nafas gadis itu, sehingga terlihat menggemaskan.

“Kita dorong pelan-pelan ya pemirsa.. uuuuffffff.. yesss… sedikit demi sedikit benda ini mulai dapat menerobos pemirsa… wowww coba lihat, otot-ototnya itu tampak fleksibel mengikuti ukuran diameter apel… uuuuhhhhhh… sudah separuhnya pemirsa… Lihat pemirsa, lihat.. betapa indahnya otot-otot yang lembut itu menjepit diameter apel, oohh..

so beautiful.. Putri kami ini memang luar biasa pemirsa… lihat ekspresinya… sepertinya dia begitu menikmatinya… Tak percuma kami menjuluki dia sebagai Anal Queen, atau si ratu anal… atau ratu doyan disodomi.. hi… hi.. hi…” terlihat begitu enjoynya istriku ini, seolah bagai anak kecil yang tengah asik dengan mainannya.

“Oke pemirsa, bagaimana kalau buah apel ini kita dorong sampai masuk… setuju? Setuju dong…” dengan perlahan tapi pasti buah apel itu mulai didorong.

“iyaaaa.. oke… huuuupppphhh.. yeeeee… hilang pemirsa… buah apelnya hilang ditelan oleh anus putri kami… bye apel… bye.. sampai jumpa lagi ya apel…” girangnya, sambil melambai-lambaikan tangannya pada anus Nanda.

“Baiklah pemirsa… satu buah apel yang ukurannya segini…” sambil mengepalkan tangannya “Telah berhasil masuk dengan mulus kedalam anusnya.. sekarang kita tanyakan kepada ratu anal kita…”

“Halo… paduka ratu… eh, kalau ratu itu paduka atau buduka ya?”

“Emakduka kali…” godaku, yang dibalas hanya dengan memajukan bibir bawahnya kearahku.

“Okelah baginda aja kali ya.. Baginda ratu anal… apa yang anda rasakan setelah lubang dubur anda berhasil menelan satu buah apel…” tanyanya, sambil menyodorkan wortel kearah wajah Nanda, seolah benda itu adalah sebuah mike.

“Rasanya enak… nikmat… gimana ya? Sulit dilukiskan sih… pokoknya enak deh…” jawab Nanda.

“Oke, kalau begitu, apakah baginda ratu bersedia kalau saya masukan satu lagi buah apel kedalam lubang anus anda?” buset, gak salah denger nih, masih mau ditambahin lagi? Ada-ada saja istriku ini, Tapi boleh juga sih.

“Siapa takut..” jawab Nanda dengan santai.

“Woooww.. sebuah jawaban yang sudah kita duga… anal queen gitu loowww…” ujar istriku, seraya mengambil satu lagi buah apel dari keranjang, dan kembali disuruhnya Tini untuk memberikan pelumasan khusus dengan air liurnya.

“Oke… sekarang apel yang kedua… apakah ini juga akan sanggup masuk kelubang anus sang ratu… oke, kita lihat saja… setelah…”

“Setelah pesan-pesan berikut ini…” godaku lagi

“Hussss… sekali lagi, jangan dengerin yang itu… setelah Tin… eh, dayang-dayang ratu memberikan pelumasan dengan air ludahnya..”

“Oke, pelumasan telah cukup… here we go again…” kembali sebuah apel mulai dimasukan lelubang anus Nanda.

“Huuuufff… kembali, satu lagi buah apel telah masuk separuh… Sekarang saatnya kita dorong masuk, apakah akan berhasil.. Satu… dua… tiga.. uhhhhh… yesss… horeeee… berhasil pemirsa, bukan main dua buah apel telah berhasil masuk dengan sempurna, menghilang tanpa bekas… Oke, kita kembali wawancarai sang ratu…

“Bagaimana perasaan anda baginda ratu, setelah dua buah apel masuk kedalam anus anda?

“kayaknya tambah mantep nih, kalau bisa satu lagi deh… plliiiiss…” waduh, justru anak ini minta untuk dimasukan satu buah lagi, sekarang justru aku yang kawatir, aku takut justru itu akan membahayakannya… tapi, ah, aku rasa tidak.

“Wooooowwww… dengar pemirsa… sang ratu meminta untuk ditambah satu buah lagi… ooohhh, tapi sepertinya saya tak yakin kalau ini akan berhasil pemirsa… Tapi, baiklah, tetap akan kita coba… biar bagaimanapun ini adalah perintah sang ratu…”

Buah apel ketiga telah berada ditangan istriku, seperti biasa Tini melakukan tugasnya sebagai penyuplai “minyak lumas”.

“Oke… ini adalah apel yang ketiga, yang bakal saya coba kembali untuk memasukannya…” buah apel mulai diarahkan keliang anus Nanda, perlahan didorongnya secara bertahap.

“Woooowwwww… akhirnya, kembali separuh bagian telah masuk.. sungguh menakjubkan pemirsa.. Dan kini akan kita coba mendorongnya masuk… Oke pemirsa, kita do’akan semoga ini kembali berhasil… Oke, mulai kita dorong kedalam… dan kita akan nantikan, apakah ini akan kembali berhasil masuk kedalam, atau justru akan berbalik keluar karna ruang didalamnya telah tak sanggup lagi menampung…

kita akan lihat… Uuuuufffffffff… oh, pemirsa kelihatannya ini akan berhasil… huuuffff… yessssss… berhasil… luar biasa… sungguh sulit untuk dapat dilukiskan dengan kata-kata… luar biasa, tiga buah apel telah masuk kedalam lubang anus putri kami ini…” dalam terkesimanya diriku, aku tetap berharap tak akan terjadi apa-apa terhadap Nanda, walau sepertinya putriku itu terlihat baik-baik saja, dan bahkan justru tampak enjoy.

“Bagaimana nda? Kamu enggak apa-apa kan sayang…” sepertinya istriku juga memiliki kesamaan dengan apa yang aku pikirkan, yaitu sedikit kawatir.

“Enggak apa-apa koq ma… malahan enak… nikmatnya terasa sampai ke ulu hati… nyesek-nyesek gimana gitu…” papar Nanda, yang membuatku merasa lega.

“Woooowwww… kalian dengar sendiri pemirsa… putri kami ini memang betul-betul ratu anal sejati… wooow kami benar bangga punya anak seperti dia pemirsa…”

Kini istriku menundukan kepalanya, sehingga posisi wajahnya sejajar dengan bokong Nanda, entah apalagi yang akan direncamakannya.

“Ayo sayang… coba sekarang kamu keluarin apelnya satu-satu… slowly aja ya, jangan buru-buru, biar pemirsa bisa melihat momennya dengan lebih jelas.. oke.!”

“Oke deh ma…” jawab Nanda, yang kedua kakinya masih ditekuk hingga telapak kakinya menyentuh kepalanya, dan Tini masih setia memegangi kakinya itu, Begitupun dengan Doni, masih setia dengan kamera perekamnya, yang bagai cameraman profesional bergerak kesana kemari demi untuk mendapatkan sudut pandang yang dianggapnya pas.

“Kalau begitu… mulai..!” setelah aba-aba dari istriku itu, tampak anus putriku mulai mengempot-empot, sepertinya dia tengah mengedan… Dan… pluuupppp…

Satu buah apel, baru saja melompat keluar mengenai wajah istriku, yang diikuti dengan sorakan darinya.

“Waaawwwwww… luar biasa pemirsa, satu buah apel telah keluar dengan selamat dan tak kurang satu apapun…”

Tak lama kemudian kembali anus Putriku tampak berkedut-kedut, lalu dari bagian tengahnya mulai terlihat benda berkilat dengan warna kehijauan, lama kelamaan benda itu semakin membesar dan membesar, hingga akhirnya pluuuupppp… Mental mengenai wajah istriku yang disambut dengan sorak kegirangan.

“Wooowwww… sudah dua buah pemirsa… Mmmmm… aromanya nikmaaaatttt..” ujarnya sambil kedua tangannya memegang masing-masing sebuah, diikuti dengan menciumnya satu persatu.

“Oke.. sekarang kita nantikan yang terakhir… ayo Nanda… silahkan…”

“Oke ma… lihat nih… mmmmhhhh…” kembali Nanda mulai mengedan.

“Woooowwww… lihat pemirsa, bo’olnya mulai ngempot-ngempot.. uuuhhhhh… sudah mulai mengintip tuh, wooowww… mulai nongol… nongol… semakin besar…”

Tiba-tiba istriku menoleh kearah Doni yang masih sibuk dengan tugasnya “inget ya cameraman, untuk momen yang indah seperti ini, pengambilan gambar harus close-up lho…” ingatnya.

“Beres ma… ini juga close-up…” jawab Doni

“Lihat pemirsa… Posisinya sudah pada diameter terbesarnya… woooww, bagi saya ini adalah momen yang terindah… dan.. wwwoooowww… untuk ketiga kalinya wajah saya harus ditembak lagi pemirsa… aaaeeennggggg.. hik.. hik.. hik… sakiit..” untuk kali ini diikuti dengan gaya seperti anak-anak yang tengah menangis, Ah, bisa aja istriku ini, tapi mengapa gayanya itu bagiku justru terlihat menggemaskan.

“Akhirnya… ketiga apel ini telah berhasil keluar semua pemirsa… mmm.. akan saya coba cicipi..” satu buah apel digigitnya.

“Mmmm… nikmat pemirsa… rasanya beda… jauh lebih nikmat.. lebih renyah.. dan yang terpenting atomanya itu lho… wooowww… maknyussss…” sekitar tiga kali gigitan, kembali diletakan apel-apel itu kedalam ranjang.

“Sekarang kita beri tepuk tangan kepada ratu kita… Baginda Ratu Anal yang Agung… horeeeee…” diikuti dengan bertepuk tangan, untuk itu akupun juga ikut bertepuk tangan.

******

“:E-eh.. Nanda, jangan diturunin dulu kakinya sayang… Tini, pegangin dong..” protes istriku, saat Nanda kembali meluruskan posisi kakinya.

“Emang mau apa lagi sih ma?” Tanya Nanda, setelah kembali menekuk posisi kakinya.

“Mmmm… ada aja..” jawab istriku, sambil mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari telunjuk, lalu kembali menghadap kearah kamera.

“Oke, para pecinta incest dirumah, untuk sesi kali ini saya akan menyuguhkan sesuatu yang tak kalah mendebarkannya, dan yang pasti tak kalah hotnya… Apa itu pemirsa…? mmm… tapi, kasih tau gak ya?” kembali mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari telunjuk sambil berpura-pura berpikir.

“Oke deh, kita langsung saja… nanti juga tau sendiri..” lalu perhatiannya beralih pada keranjang buah, dipilih-pilihnya sejenak, sekitar tiga butir strawberry diambilnya, lalu kembali mencari, kali ini anggur, yang juga tiga butir.

“Tadaaaaaa… sekarang buah yang kecil-kecil, anggur dan strawbery… Baiklah kita mulai.. pertama-tama kita siapkan adonannya, eh.. kayak mau bikin kue aja ya pemirsa hi.. hi.. hi.. tapi gak papa deh, strawbery kita remet-remet dengan tangan hingga hancur seperti ini, lalu…? lalu apa hayooo? Lalu kita masukan kedalam lubang anus sang Ratu..

Caranya? Caranya kita ambil dahulu sebuah wortel, lal kita sodok-sodok anusnya seperti ini, lalu kita cabut… momen dimana lubang anus terbuka lebar saat kita mencabut, disitulah saat yang paling tepat untuk memasukan strawbery ini..” buah strawberry yang baru saja diremas-remas hingga hancur kini dimasukannya kedalam liang anus yang menganga karna sodokan wortel, hanya beberapa saat lubang itu kembali menutup, yang tentunya sudah dengan strawberry berada didalamnya.

“Tiga buah strawberry telah masuk… kali ini buah anggur, kembali kita remet-remet hingga hancur.. lalu kita sodok-sodok lagi anusnya pakai wortel… ingat, saat kita cabut wortenya, usahakan secepat mungkin kita langsung masukan anggurnya, karna proses pembukaan otot-otot anus itu hanya sebentar, gak sampe sedetik, makanya harus cepet…

“Selanjutnya… kita akan memberikan pasta spesial kedalam adonan strawabery dan anggur tadi… ingat ya pemirsa… pemberian pasta merupakan hal terpenting dari ini semua, tanpa itu Aaahhh… kurang siiippp.. oke sekarang kita ambil pastanya, tapi butuh waktu…” setelah itu istriku menoleh kearahku.

“Papa berdiri…” kuikuti peemintaannya itu, aku kembali berdiri dengan batang penis mengacung tegak. Show yang disajikan istriku tadi memang membuat syahwatku bertambah naik, yang berefek pada batang penisku yang juga menegang.

Ah, ternyata istriku mengoral batang penisku.. hmmm.. aku rasa ini tak akan lama, pertunjukan tadi saja hampir-hampir membuatku klimaks.

“Aaaaggghhhhhhh… aku mau keluar ma…” lenguhku. Tepat dugaanku belum satu menit.

“Tahan… tahan dulu pa, langsung masukin aja kedalam bo’ol Nanda… tahan ya pa, pliss deh..” huh, untung saja aku masih sanggup menahannya, dan akhirnya aku tancapkan penisku kedalam liang anus putriku itu

Crotttt… crottt… croootttt… semburan air maniku sepertinya menemani buah-buah tadi.

“Yesssss… itu dia pemirsa… pasta itulah yang saya maksudkan… pasta spesial… yang kini diberikan oleh sang ayah kedalam lubang anus putri tercintanya… so sweet kan?”

Akhirnya goyangan tubuhku terhenti, dengan batang penisku masih tertanam didalamliang anus putriku.

“Sudah dong pa, jangan ditahan terus begitu… sekarang papa gantiin Doni pegang kamera, Doni kan juga mau berpartisipasi menyumbangkan pastanya, iya kan Don…” Ah, gak sabaran amat sih, gak tau kali, kalau aku masih menikmati sisa-sisa orgasme ini.

“Iya… tunggu sebentaaar aja…” mohon ku.

Beberapa saat kemudian istriku mengoral batang penis Doni, sedang aku kini berperan sebagai juru kamera. Berbeda denganku tadi, sudah cukup lama istriku mengoral batang penis Doni, tapi hingga saat ini belum terlihat tanda-tanda kalau anak itu akan mencapai klimaks..

“Ya udah don, kamu entot aja memek mama dari belakang deh, tapi nanti keluarin ditempat kak Nanda ya…” usul istriku, seraya menungging dengan bokong mengarah kepada Doni.

“Beres deh ma…” jlepp… batang penis bocah itu langsung ditancapkan ke vagina ibunya, lalu pinggulnya mulai bergerak maju mundur, menyetubuhi mamanya dengan dogie style.

Ternyata cara itu cukup manjur, tak sampai satu menit Doni melenguh keras, sebuah sinyal yang menunjukan bahwa dirinya akan mencapai klimaks.

“Cepet kamu masukan ke anus kakakmu… awas kalau sampai berceceran diluar…” beruntung, Doni masih bisa membendungnya sampai batang penisnya dibenamkan kedalam anus kakaknya itu.

“Yessss… Woooww, mantaapppp… semburan pasta yang kedua pemirsa… sepertinya sudah cukup, dan hidangan spesial sudah siap untuk disantap…” ocehnya, sambil melihat kearah kamera.

“Udah, kamu minggir dulu dong, ah…” pintanya kepada Doni yang masih belum mencabut penisnya.

“Oke pemirsa… inilah saat yang dinanti-nantikan… yaitu saatnya menyantap hidangan spesial ini, tapi maaf lho pemirsa, ini hanya khusus untuk saya… jangan iri ya? Kamu juga Tini, kamu jangan iri ya?” Tini hanya tersenyum malu saja menjawab pertanyaan istriku itu, sambil dengan setia masih memegangi kaki Nanda.

Kini istriku berbaring telentang, dengan wajah berada dibawah bokong Nanda. Sepertinya aku mulai paham dengan apa yang akan direncanakan istriku ini.

“Tini, sekarang kamu angkat tubuh Nanda, arahkan anusnya tepat diatas mulut saya, kamu paham kan, dengan apa yang saya maksud…” perintahnya kepada Tini.

“Iya, saya paham bu… Mbak Tini mau berak dimulut ibu kan? Eh, maaf bu… salah ngomong…” ujar Tini, dengan polosnya.

“Ah, sok tau kamu… yang akan saya makan bukan tai, tau? Tapi salad buah dengan mayones… Sudah, sekarang kamu angkat, saya dah gak sabar nih…”

Seperti yang diminta istriku, dengan mudahnya tubuh Tini yang termasuk tinggi besar itu mengangkat tubuh imut Nanda, dan sepertinya Tini juga telah paham, sehingga dia dapat mengatur posisi yang tepat dan efisien, agar “ekstra puding” untuk istriku itu jangan sampai ada yang tercecer percuma.

Kini liang anus Nanda telah benar-benar tepat berada diatas mulut istriku yang menganga.

“Ayo Nanda… kamu boleh keluarkan sekarang sayang… mama udah siap nih…” ujar istriku, momen ini tentunya aku bikin close-up, sehingga nantinya akan mendapatkan gambar yang diteil dan jelas.

“Oke deh ma… satu… dua… tiga… hhhhgggggggg…” ujar Nanda, seraya mengedan seperti orang tengah buang air besar.

Dari layar monitor yang telah aku zoom-in, tampak anus Nanda mulai berkedut-kedut, dan… prolll… preettt.. brocot.. brocot… beberapa gumpalan berwarna ungu kemerahan serta berlendir keluar dari dalam anusnya, yang langsung masuk kedalam mulut menganga istriku.

Sepertinya itu adalah buah strawberry dan anggur yang tadi telah dihancurkan, sedang lendir kental berwarna keputihan itu merupakan spermaku dan Doni, dari aromanya aku masih dapat mengenalinya, walaupun telah bercampur aroma khas strawberry, juga aroma khas lubang pelepasan.

“mmmm… nyemm… nyemmm… nyemmmmm… lezzaaaattttt…” gumamnya, sambil mengunyah hidangan spesialnya itu.

“Wooowwww… luar biasa pemirsa… nyem… nyem… Gurihnya terasa, dan manisnya juga lumayan.. Ada sedikit sensasi asinnya juga, ini pasti dari pastanya tadi… Pokoknya, maknyuuuuusss…” ocehnya, sambil masih mengunyah.

Setelah dirasakan tak ada lagi yang keluar dari dubur Nanda, Tini meletakan tubuh Nanda duduk diatas terpal.

“Enak ma?” tanya Nanda kepada mamanya.

“Mmm… mau coba? sini mama kasih…” seraya istriku bangkit dari posisi berbaringnya.

“Buka mulutmu…” perintah istriku, yang wajahnya kini telah berada diatas wajah Nanda. Seperti yang diperintahkan istriku, Nanda membuka mulutnya sambil menengadah keatas.

Pleh… gumpalan yang lebih lembut tumpah dari mulut istriku, yang langsung masuk kemulut putrinya itu.

“Gimana sayang… enak enggak?” kali ini istriku yang menanyakannya pada Nanda.

“Lumayan, enak juga…” jawab Nanda, dan langsung mulutnya itu dikecup oleh istriku. untuk beberapa saat ibu dan anak itu saling berpagutan.

“Ternyata berbagi itu juga indah ya pemirsa… Seperti yang baru saja saya berikan kepada anak saya ini..” ocehnya lagi, sambil menghadap kearah kamera.

“Eh, sorry ya Tini, kamu gak kebagian… udah abis sih… Mmmmhhh… kacian deh kamu…” ledek istriku pada Tini, diikuti dengan mengacungkan jari telunjuknya, lalu digoyangkan kebawah membentuk lengkungan seperti ular.

“Gak apa-apa koq bu, lain kali juga bisa…” jawab Tini.

“Oke para incest lover dirumah… saya rasa cukup sekian dulu acara kesayangan kita “indahnya incest” untuk malam ini. saya Rike Veronica beserta seluruh kru, mengucapkan salam incest selalu… dan semoga tayangan tadi dapat memberi inspirasi bagi anda semua untuk mencoba ber incest ria bersama keluarga anda dirumah…

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan