2 November 2020
Penulis — blackmore
Setelah pesta seks keluarga yang kami lakukan untuk pertama kalinya tadi, hingga hampir pukul delapan pagi ini kami baru sempat sarapan. Mmmm… sedap juga nasi goreng udang buatan si Tini pembantuku ini, kemana perempuan itu? Oh iya, diminggu pagi seperti ini biasanya setelah bersih-bersih rumah dan menyiapkan sarapan dia keluar bersama teman-teman seprofesinya jalan-jalan ke pasar tumpah yg tak jauh dari komplek kami, semacam pasar kaget yang hanya ada diminggu pagi seperti ini.
Tapi aku menjadi sedikit kurang nyaman dengan keberadaan pembantu rumah tangga itu, bagaimana jika perempuan itu mengetahui apa yang kami lakukan sekeluarga ini, sebagai seseorang yang bekerja dan menetap dirumah ini, lambat laun dia pasti juga akan tahu dengan apa yang kami lakukan, untuk memberhentikannya jelas tak mungkin, karna kami begitu membutuhkannya.
Ah, persetanlah, aku rasa dia bukanlah type orang yang usil, dan bukanlah orang yang memiliki keberdayaan untuk usil, karna dia juga membutuhkan pekerjaan ini, sehingga aku rasa dia tak akan peduli dengan apapun yang dilakukan oleh majikannya selama itu tak mengusik dirinya, dan tentunya selama dirinya masih menerima gaji dengan lancar.
Ah, seumur-umur baru kali ini aku makan dimeja makan sambil telanjang, begitupun dengan istriku yang berada disamping kiriku ini, juga Nanda dan Doni yang duduk dikursi sebelah kananku. Tadinya aku telah mengenakan celana pendekku, tapi dasar istriku, dia justru melarangnya dengan alasan kalau dirinya belum mendapatkan puncak kenikmatan dipagi ini, berbeda dengan aku dan kedua anakku yang tadi telah mencapai orgasme.
“Jangan ada yang pakai baju dulu, kan mama belum dientot… Pokoknya begitu selesai sarapan kalian berdua langsung ngentotin mama ya! Awas jangan pergi kemana-mana dulu…” itu yang baru saja dikatakannya tadi. Tapi tak apalah, apa salahnya makan sambil telanjang, itung-itung mengekspresikan kebebasan, asas yang kini telah menjadi komitemen dikeluarga kami.
Obrolan-obrolan ringan menyelingi sarapan pagi kami ini, sesekali diikuti dengan tawa dan canda, atau sedikit serius saat istriku memberi sedikit arahan kepada kedua anak kami tentang hubungan seks.
“Oh iya ma.. Katanya Doni masih suka disuapin sama mama… Ayo dong ma, coba Doni disuapin sekarang…” celetuk Nanda, yang diikuti oleh ekspresi malu Doni.
“Suapin apaan sih kak Nanda.. dibohongin mama mau aja…” sanggah Doni.
“Eiitt… Doni. Kamu enggak usah malu begitu dong sayang.. Iya tuh, Doni emang paling suka disuapin mamanya..” ujar istriku.
“Tuh betul kan… Itu tuh, yang langsung dilepehin dari mulut mama, Iya kan? Pasti langsung ditelen dong.. Gak perlu dikunyah lagi… hi.. hi.. hi…” goda Nanda, yang membuat Doni semakin bersemu malu.
“Ayo Doni, mama suapin sekarang ya? Biar kak Nanda sama papa tau… Mau ya, sayang? pasti nanti Nanda iri deh, liat kamu mama suapin… Ayo sayang..” rayu istriku, yang akhirnya disetujui oleh Doni dengan menganggukan kepala sambil tersenyum malu.
“Nah, gitu dong.. Ayo ma, langsung aja ma… kita jadi penasaran nih, iya enggak pa?” rajuk Nanda
“Iya nih.. ayo cepet dong ma..” sambungku.
Akhirnya istriku beranjak dari kursinya, seraya duduk diatas meja tepat menghadap Doni yang masih duduk dikursinya, kedua kaki istriku menginjak kedua paha Doni, sehingga praktis dirinya kini mengangkang mempertontonkan vaginanya kearah Doni.
Sepertinya momen ini bakalan menarik, sehingga aku berinisiatif mengambil handycam yang masih berada diruang keluarga.
“Gimana sayang… kamu udah siap disuapin mama..?” tanya istriku kepada Doni, seraya melirik dan tersenyum menggoda kearah kamera yang kupegang. sedang ditangannya telah memegang piring berisikan nasi goreng yang isinya tinggal menyisakan separuh bagian.
“Iya ma, Doni udah…” jawab Doni, dengan kedua tangannya memegang paha istriku.
“Kalau gitu buka dong mulut kamu…”
“Ah, mama aja belum makan nasinya, belum lagi ngunyahnya…” jawab Doni
“Ih, kamu itu.. pokoknya buka mulut kamu sambil menatap mama.. biar mama semangat kan…” terang istriku, yang akhirnya dituruti oleh Doni yang menganga keatas kearah istriku yang tengah mengunyah makanan.
Dan… wooww.. beberapa saat kemudian istriku menumpahkan isi dalam mulutnya yang merupakan nasi yang telah lembut kedalam mulut Doni yang berada dibawahnya, dan tanpa mengunyah lagi Doni langsung menelannya dengan antusias.
“Bagaimana sayang, nikmat kan sarapannya?” tanya istriku, seperti biasa sambil melirik kearah kamera dengan senyumnya yang menggoda.
“Mmmm… sedap ma.. nikmat…” jawab Doni, kali ini bocah itu tak lagi canggung dan lebih rilek, bahkan tangan kanannya yang sebelumnya hanya memegang paha istriku kini beralih mengusap-usap bibir vagina istriku yang berada tepat dihadapannya.
“Wah, anak saya ini memang paling suka disuapin seperti ini lho pemirsa… dia emang manja, masa’ udah gede begini koq masih saja minta disuapin sama mamanya sih… hi.. hi.. hi…” komentar istriku dengan gayanya yang khas, genit dan menggemaskan.
Kembali istriku menyuap nasi dan dikunyahnya, selama istriku mengunyah tangan Doni semakin agresif bergerilya, dan kini bukan sekedar mengelus-elus bibir vaginanya, namun jari telunjuk dan tengahnya mulai mengobel-ngobel didalam liang vaginanya, membuat istriku sesekali memejamkan mata karna nikmat yang dirasakan
Kembali untuk yang kedua kalinya istriku menumpahkan makanan yang telah lembut bagaikan bubur, dan kembali ditelan langsung oleh Doni, seolah belum puas mulut istrikulah yang jadi sasaran, dan langsung dipagutnya dengan buas.
“Udah ya sayang… masa’ kamu cipok mulut mama terus sih, kan mama harus mengunyah sarapan kamu lagi…” ujar istriku, saat dirasakannya Doni seperti tak ingin melepas pagutan pada mulut mamanya itu.
“Abis Doni gemes banget sih ma…” jawab Doni
“Gemes apa nafsu? Ya udah, kalau gitu selama mama mengunyah, kamu jilatan aja memek mama ya… Nih, mama lebarin deh biar kamu lebih leluasa..” usul istriku, seraya membuka kedua pahanya dengan lebih lebar dari sebelumnya, sehingga liang vaginanya tampak menganga menantang, yang mempermudah akses bagi Doni untuk membenamkan kepalanya diselangkangan istriku.
Kembali istriku mengunyah sambil menikmati jilatan lidah putranya itu yang mulai menggelitik liang vaginanya.
“Wooww… so sweet ya pa, Doni sama mama romantis sekali..” ujar Nanda padaku, yang sedari tadi memang terlihat terkesima dengan apa yang dilakukan ibu dan anak itu.
“Kamu mau juga sayang? Kalau kamu mau papa juga bisa koq suapin kamu…” tawarku kepada Nanda.
“Betulan pa… iya pa, Nanda mau banget pa… plis dong pa… Nanda mau sekarang ya…” Ah, dasar anak ini, baru saja aku tawarkan seperti itu, langsung saja merajuk meminta untuk dilaksanakan saat itu juga.
Akhirnya aku juga duduk diatas meja, tepat disamping istriku, sedang Nanda duduk dikursinya disebelah Doni.
“Wooowww… Nanda kepingin disuapin papanya juga nih… pasti tadi kamu iri tuh, liat Doni mama suapin… iyakan?” goda isttiku, yang dibalas dengan cibiran bibir oleh Nanda.
Berbeda dengan Doni, seperti biasa Nanda lebih suka sarapan pagi dengan beberapa potong roti tawar dengan olesan selai strawbery, sehingga yang kini sedang aku kunyahpun adalah roti tawar.
Tak seperti nasi yang cukup lama istriku harus mengunyahnya, sedangkan roti hanya beberapa kunyahan saja kurasakan telah lembut, hingga langsung kutumpahkan kedalam mulut Nanda yang telah terbuka.
“Gimana sayang, enak?” tanyaku
“Mmm… yummy pa.. nikmaaattt.. sekarang selainya dong pa..” ujarnya, segera kuraih botol selai strawberry, satu sendok kecil benda berbentuk jeli dengan warna merah kusuap kedalam mulutku, kukenyam-kenyam sejenak, lalu kutumpahkan kedalam mulut gadis imut yang telah menanti dengan penuh harap itu, benda berbentuk jeli itu sepertinya menjadi lebih encer karna bercampur dengan air ludahku, yang langsung ditelannya dengan lahap.
“Glekkk… mmmm.. lagi pa.. Aaaakkkk..” pintanya, dan kembali kukunyah sepotong roti dan langsung kulepehkan kedalam mulutnya.
“Sekarang Nanda mau mimik cucu dong pa.. aus nih..” pintanya dengan gaya khasnya yang kekanak-kanakan.
Kuraih segelas susu miliknya yang tinggal separuh, kuteguk, dan kutumpahkan kedalam mulutnya, glekk.. langsung ditelannya.
Ah, aksi yang sebenarnya menjijikan ini justru membuat birahiku semakin bangkit, hingga menggodaku untuk juga merasakan apa yang dilakukan Nanda.
“Sayang… papa juga mau dong… sekarang kamu yang suapin papa ya…” mohonku
“Oke deh pa, sekarang papa duduk sini ya, Nanda yang duduk dimeja..” setujunya, seraya kami bertukar tempat, aku yang duduk dikursi, sedangkan Nanda duduk diatas meja.
Gadis itu mulai mengunyah sepotong roti, mulutnya yang mungil tampak sedikit termonyong-monyong oleh terlalu banyaknya roti yang dikunyah. Tak seberapa lama kemudian kedua tangannya memegang pundakku, mimik wajahnya mengisyaratkan padaku bahwa dirinya akan segera menumpahkan isi roti didalam mulutnya, hingga semakin lebar kubuka mulutku, dan pleh…
gumpalan-gumpalan kental roti dari mulut putriku mulai berpindah, aaahh.. mengapa momen disaat gumpalan kental roti itu menetes masuk kedalam rongga mulutku ini rasanya terlihat begitu erotis bagiku, begitu sensual, dan aaahh, hangatnya air liur putriku dapat kurasakan, dan glekk… mmm… berpindah seluruhnya kedalam perutku.
“Enak kan pa…?” tanyanya padaku
“Iya sayang, nikmat… suapin papa lagi sayang…” ucapku, penuh harap
“Sekarang selainya ya pa…?” ujarnya, seraya menyuap satu sendok selai strawbery kedalam mulutnya, seperti yang tadi aku lakukan, selai itu diemut dan dikenyam-kenyamnya beberapa saat, lalu ditumpahkan lagi kedalam mulutku secara perlahan, sehingga sedikit lebih lama aku menyaksikan momen dimana cairan kental yang membentuk garis vertikal yang terhubung dari mulutnya ke mulutku itu, bahkan sepertinya dia sedikit kesulitan untuk memutus cairan kental itu walau telah berusaha memutuskannya dengan menggunakan bibirnya, hingga akhirnya diraihnya dengan jari telunjuk, lalu diusapkan jarinya itu kemulutku.
“hi.. hi.. hi… susah pa, lengket..” ujarnya, seraya kukulum lembut jari telunjuknya itu, dan kutelan manisnya selai strawberry bercampur air ludahnya kedalam perutku.
Tiba-tiba istriku yang berada disebelah Nanda meraih dagu putri kami itu, dan betapa terkejutnya aku saat istriku menumpahkan isi didalam mulutnya kedalam mulut Nanda.
“Nih, kamu suapin ke papa kamu, dia kan sukanya sarapan nasi goreng, bukannya roti.. Iya enggak pak?” yang hanya kujawab dengan senyum
Seperti yang diperintahkan istriku, Nanda menuangkan “titipan” dari istriku itu kedalam mulutku, sepertinya istriku telah terlebih dulu mengunyahnya dengan halus, sehingga tanpa perlu dikunyah lagi oleh Nanda, nasi goreng yang telah bercampur oleh air liur istriku dan juga Nanda itu memang sudah lembut, yang langsung kutelan dengan antusias.
“Ma, Doni juga mau sarapan roti dong?” celetuk Doni.
“Ah, kamu itu… suka ngiri aja deh..! Nanda, tuh adikmu mau sarapan roti juga..” ujar istriku, seraya membaringkan tubuhnya dengan kepalanya direbahkan diatas paha Nanda.
“Ayo sayang, kamu suapin rotinya kemulut mama… ini untuk adikmu lho…” pintanya, diikuti dengan membuka mulutnya.
Seperti yang dipinta mamanya, Nanda mengunyah sepotong roti tawar dan, woooww… betapa erotisnya dua orang wanita cantik yang adalah ibu dan anak itu saling melepehkan makanan dari mulut mereka.
Setelah kunyahan roti dari Nanda telah berpindah kedalam rongga mulut istriku, lalu dia kembali bangkit dari posisi berbaringnya, dan tentu saja selanjutnya ditumpahkan kedalam mulut Doni, yang kemudian ditelannya roti spesial dengan campuran air liur mama dan kakaknya itu.
Cukup lama juga kami saling suapan-suapan dengan cara yang tak lazim itu, dan itu kami lakukan secara bergantian, kadang istriku yang menerima lepehan makanan dari Doni, atau sebaliknya. Bahkan dengan kreatif kami melepehkan makanan hingga tiga tahap sebelum akhirnya masuk kedalam perut, contohnya dari Doni dilepehkan kemulut istriku, lalu istriku melepehkan lagi kemulut Nanda, barulah dari mulut Nanda diberikan padaku yang langsung kutelan.
“Papa sekarang mimi’ dulu ya…” ujar Nanda, setelah dirasakan cukup makanan yang mengisi perut kami.
Tangan gadis itu meraih gelas yang berisi air putih lalu diteguknya, namun tidak untuk ditelannya, melainkan hanya dikumur-kumurnya beberapa kali, lalu.. Plehhh.. air putih yang berubah warna menjadi keruh itu tumpah dari mulut putriku masuk kedalam mulutku, glekk.. kutelan dengan penuh rasa nikmat cairan yang sedikit hangat itu.
********
Setelah selesai sarapan pagi yang istimewa itu, sarapan pagi yang lebih tepat dikatakan sebagai aktifitas seksual ketimbang sebagai aktifitas untuk mengganjal perut, sehingga bukan cuma rasa kenyang yang kami rasakan, melainkan birahi kami justru yang bertambah meletup-letup minta dilampiaskan, terutama istriku yang pada pagi ini belum memperoleh orgasme, bahkan liang vaginanya itu sama sekali belum merasakan sodokan penis-penis kami untuk minggu pagi ini
“Ayo, sekarang giliran mama yang minta jatah… uugghh mama udah gatel banget nih” ujar istriku, yang langsung menarik pegelangan tanganku dan Doni untuk menuju keruang keluarga tempat dimana kami berasik masuk sebelumnya.
“Aduuhh… sabar dikit kenapa sih ma, hampir papa terjengkang dari kursi nih..” protesku, betapa tidak, aku yang masih terduduk dikursi makan langsung ditariknya dari arah membelakangi hingga kursi yang kududuki nyaris terguling kebelakang.
“Mama gak mau tau, pokoknya sekarang kalian harus puasin mama…” balasnya, sambil terus berjalan menarik lenganku dan Doni dengan langkahnya yang tergesa-gesa, sedang dari belakang kulihat Nanda berjalan mengikuti kami dengan langkah santai
Sesampainya diruang keluarga, istriku langsung mendorong tubuh Doni, hingga bocah itu jatuh terduduk diatas lantai.
Bagai singa betina yang lapar, diterkamnya putraku itu, diikuti dengan melumat bibirnya hingga bocah abg itu tampak gelagapan melayaninya.
“Uuuggghhhhh… kamu yang entotin memek mama ya sayang…” ujarnya, setelah puas melumat bibir putranya itu, bersamaan dengan itu pula digenggamnya batang penis Doni yang telah berdiri tegak, seraya disumbatkan kedalam liang vaginanya yang sedari tadi telah basah oleh cairan syahwat.
“Ayo pa, sekarang papa yang toblos lubang anus mama..” perintah istriku, seperti yang telah kuduga istriku memang terobsesi dengan aksi DP yang sebelumnya kami lakukan pada Nanda, dan istriku memang belum pernah melakukan itu sebelumnya, kecuali dengan dildo yang memang cukup banyak kami koleksi. Namun dengan pria lain istriku sama sekali belum pernah, bahkan selama pernikahan kami dia belum pernah berhubungan seks dengan pria lain, untuk yang satu ini aku sungguh percaya dengan kesetiaan istriku, berbeda dengan diriku yang sering mencari kesenangan diluar dengan wanita lain, namun hubunganku dengan wanita-wanita itu sebatas hubungan seks semata, sebatas having fun, sama sekali aku tidak melibatkan perasaan yang lebih dalam, dalam artian hubungan asmara, apalagi cinta, semuanya murni sekedar hubungan seks alias hubungan syahwat semata, dan itu semua telah kuutarakan sebelumnya kepada wanita-wanita itu, sehingga merekapun juga tidak berharap lebih dariku, kecuali hanya toblosan batang penisku saja yang mereka harapkan.
Seperti yang dipinta istriku, kutancapkan batang penisku pada liang anusnya dengan posisi doggy style, dan tanpa menunggu lebih lama lagi, kupompakan bokongku maju mundur dengan berirama, sementara Doni yang berada dibawah hanya diam menikmati goyanganku yang tentu saja juga turut membuat bokong istriku bergerak maju mundur membuat penisnya juga turut berpenetrasi didalam liang vagina mamanya.
Sebagai pihak yang tak ikut berpartisipasi, Nanda hanya duduk diatas kursi sambil tangannya membidikan fokus handycam kearah kami.
“Mmhhhggghhhhhhh… goyang terus paaa… uuggghhhhhhh…” gumam istriku, sesekali mulutnya melumat bibir Doni yang berada dibawahnya. Posisinya yang menungging seperti itu membuat kedua buah dadanya yang besar ikut bergerak maju mundur bagai buah mangga bergelantungan yang tertiup angin.
Hingga beberapa saat liang anus istriku kurasakan mulai sedikit kurang nyaman, minimnya pelumasan membuatnya sedikit seret dan menghambat penetrasi yang tengah berlangsung, hingga timbul ide dikepalaku, seraya kupanggil Nanda.
“Nanda.. coba kesini sebentar sayang..” panggilku, tanpa banyak tanya lagi Nanda melangkah kearahku setelah terlebih dahulu diletakkannya handycam diatas meja.
“Ada apa pa…?” tanyanya, sambil duduk tepat disampingku
“Coba tolong kamu isepin dulu kontol papa ya sayang… Anus mama kamu udah seret banget nih..” pintaku, sambil menyodorkan batang penis yang telah kucabut dari liang anus istriku.
Tanpa menjawab, dengan sigap gadis itu langsung menggenggam dan mekasukannya kedalam mulutnya, untuk kemudian kepalanya mulai bergerak maju mundur untuk mengocok batang penisku didalam mulutnya.
Justru malah istriku yang kini protes karna merasa kesenangan yang tengah dirasakannya harus terhenti sesaat.
“Aduuuhh… cepetan ngisepnya dong Nanda, yang penting udah kena ludah kamu kan cukup, ngapain juga kamu lama-lama… Kan mama lagi nanggung nih…” protes istriku.
“Iya… iya… ini juga udah… iiihhh… mama ini rese’ banget deh kalo lagi horny…” jawab Nanda, setelah melepaskan kuluman batang penisku.
Kembali kutelusupkan batang penisku kedalam liang anus istriku, yess… kini batang penisku lebih leluasa bergerak setelah mendapat pelumasan oleh air ludah Nanda.
Aaaaggghhh… ternyata Nanda tidak tinggal diam, kini lidahnya bergerak menjilati liang anusku dari belakang, aaagghhh… nikmatnya.
“Iyaaaaa… terus pa… entotin lobang pantat mama pa… uuuggghhhhh… nikmatnya bo-ol sama memek mama dientotin bersamaan oleh suamiku dan anak kandungku… aaaggghhhhh…” oceh istriku, reaksi yang membuatku semakin bersemangat memacu pinggulku maju mundur dengan semakin kuat, dengan kedua tanganku meremasi buah pantatnya yang padat dan bulat.
Hingga beberapa saat kemudian terdengar pekikikan keras dari mulut istriku sebagai pengantar dirinya dalam mencapai puncak kenikmatan double penetrasinya untuk yang pertama kali itu.
“Aaaaaaaaagggghhhhhhhhh… enaaaaaakkkkk…” pekiknya, diikuti dengan gerakannya yang mengejang dan tersendat-sendat dengan wajah yang mendongak keatas dan bola mata hanya putihnya saja yang tampak.
Hingga akhirnya istriku hanya tertelungkup diam setelah tuntas menikmati puncak birahinya. Namun goyanganku tetap berlanjut membombardir tubuh diam istriku.
Namun hanya sekitar lima menit berselang istriku mulai terlihat bergairah lagi, itu ditandai dengan lidahnya yang mulai terjulur saling berpilin dengan lidah Doni.
“Mau mama ludahin sayang?” tawar istriku pada Doni
“Mau ma… Aaaakkk..” jawab Doni, diikuti dengan membuka mulutnya lebar-lebar, dan gumpalan air liur bening dengan sedikit berbusa menetes jatuh dari mulut istriku kedalam mulut Doni, Agghhh… betapa mesranya ibu dan anak itu.
“Ma, Doni mau keluar ma… aaaaagghhhhh…” Dalam beberapa menit kemudian, Doni kemberikan isyarat bahwa dirinya hendak mencapai orgasme yang kedua untuk pagi hari itu.
“Tahan dulu ya sayang… tahan dulu deh..” ujar istriku, seraya dirinya beralih posisi berbaring telentang disamping Doni, sehingga membuat batang penisku tercabut dari liang anusnya.
“Ayo Don, masukin kontol kamu kedalam memek mama sekarang, mama mau kamu keluarin peju kamu begini..” pinta istriku, dengan posisi kedua paha terbuka lebar, memperlihatkan liang vaginanya yang merekah siap menampung sperma yang akan ditumpahkan putra kami itu.
Sepertinya istriku merubah posisinya seperti itu dengan maksud agar sperma putra nya itu bisa lebih leluasa dan lebih efekstif menaburi rahimnya. Ah, dasar.. Apa maksud istriku itu, apa dia sungguh-sungguh serius ingin dihamili oleh putra kandungnya itu.
Doni segera bangkit dan memposisikan diri diatas tubuh istriku, sleepp… dengan mudah batang penisnya menembus liang vagina ibu kandungnya itu.
“Ayo sayang… Mama sengaja merubah posisi seperti ini supaya peju kamu lebih gampang menaburi rahim mama… Ayo, keluarin peju kamu dirahim mama… Biar mama cepet hamil ya sayang… kamu suka kan punya anak dari mamamu ini sayang… aaaggghhhhhh… iya.. bagus sayang.. Iyaaa… heghh… heghh…
“Aaaaagggggghhhhhhhh… Doni keluar maaaaa… aaaaaggghhhhhh…” Hanya beberapa detik bocah abg itu melenguh keras, seiring semburan sperma kedalam rahim istriku.
“iyesssss… terus yang banyak sayang… pejuin memek mama yang banyak… buntingin mamamu ini… uuuggghhhhh…” oceh istriku, dengan kedua tangannya memeluk erat pinggul Doni.
Sementara Nanda yang sebelumnya menjilati liang analku kini telah kembali asik dengan handycam ditangannya, dengan fokus kearah Doni yang tengah menanamkan benihnya dirahim istriku.
Dan beberapa saat kemudian tubuh Doni ambruk diatas tubuh istriku, yang disambut dengan kecupan sayang istriku pada keningnya.
Sadar Nanda tengah menshooting dirinya, istriku memalingkan wajahnya kesamping, tepatnya kearah kamera.
“Hai pemirsa… tadi anak saya ini baru saja menaburkan spermanya didalam rahim saya, rahim mama kandungnya ini… doakan saya ya pemirsa.. semoga saya cepat-cepat hamil dari benih anak saya ini… muaaacchhh..” oceh istriku, diakhiri dengan kembali mengecup kening Doni yang masih menindihi tubuhnya.
“Kamu pindah dulu ya sayang, mama masih mau ngentot lagi nih sama papa kamu… nanti terburu papa kamu ngentotin Nanda lagi deh.. soalnya si Nanda keliatannya udah mulai horny lagi tuh.. Dah dulu ya..” ujar istriku, dan dengan malas bocah itu berdiri, seraya duduk diatas sofa dengan batang penis yang mulai mengecil.
“Ayo pa.. hajar anus mama lagi pa… papa udah gak sabar kan… cepetan pa… Biar si Nanda jadi penonton aja.. sori ya Nanda… kacian deh lu..” oceh istriku, sambil memposisikan diri menungging diatas lantai dengan pipi sebelah kirinya bertumpu menempel pada lantai, sedang kedua tangannya digunakan untuk menyibak liang anusnya hingga tampak membuka lebar siap untuk ditoblos..
“Awas ya ma… nanti Nanda kerjain lho..” balas Nanda yang masih memegang handycam dengan fokus kearah istriku.
Bless… batang penisku kini telah kembali menoblos liang anus istriku, kedua tanganku memegang pegelangan tangannya yang digunakan menyibak liang duburnya, sehingga istriku hanya bertumpu pada kepalanya saja dengan pipi sebelah kirinya ditopangkan pada lantai, praktis saat bokongku bergerak maju mundur, pipinya itu bagai kain pel yang bergerak maju mundur mengelap lantai dibawahnya.
“Pa.. pa… lepasin tangan mama pa… jangan begini pa.. aww…” pinta istriku, namun aku tak memperdulikannya, aku tetap membombardir liang anusnya semakin kuat dan cepat.
“Enggak… Biar kamu tau rasa… he.. he.. he…” godaku, kadang aku memang suka iseng dalam berhubungan seks dengan istriku, begitu juga dengan dia, istriku pernah mengikat kedua tanganku ditiang tempat tidur sambil dirinya bebas “mengerjai” ku sampai aku klimaks, namun itu semua hanya sekedar fariasi saja, sama sekali tidak untuk menyakiti.
“Iya pa, betul pa… jangan dilepasin pa… hi.. hi.. hi… rasain kamu ma…” sambung Nanda.
Namun betapa tetkejutnya aku saat secara tiba-tiba gadis itu menginjakan kaki kanannya pada kepala istriku.
“Nih, rasakan pembalasanku… dasar lonte sialan…” ujar Nanda, sambil memberi isyarat dengan mengedipkan sebelah matanya padaku, bahwa yang dilakukannya hanya sekedar main-main. Ah, sepertinya anak ini menirukan apa yang sebelumnya dilakukan istriku padanya.
“Eh.. eh.. apa apaan sih kamu, jangan kurang ajar ya.. awas kamu…” ancam istriku kepada Nanda.
“Hih… kamu sukakan diperlakukan seperti ini, dasar pelacur…” ujarnya lagi, sambil menekan-nekan kakinya yang menginjak bagian pipi istriku. Dari ekspresi wajahnya memang aku dapat menilai kalau istriku sebenarnya oke-oke saja atas perlakuan putrinya itu, itu dapat kulihat dari senyum yang tergambar dibibirnya, walaupun sebelumnya dia sepertinya protes.
“Nih, makan nih… jempol kakiku pelacur…” hardik Nanda sambil menelusupkan ibu jari kakinya kedalam mulut istriku yang langsung dikulum olehnya.
“Sudah aku duga kamu memang suka… cuiihhh…” kali ini diikuti dengan meludahi wajah istriku dengan posisinya yang sambil berdiri.
Seolah kurang puas, gadis itu berjongkok dan menjambak rambut mamanya itu.
“Kamu masih mau aku ludahin, pelacur..!” ujar Nanda, sambil menjambak rambut istriku.
“Ya, mama mau… mau…” ujar istriku, sepertinya istriku juga mulai ikut larut dengan permainan yang dibangun oleh putriku itu.
“Buka mulut kamu…” perintah Nanda, yang segera diikuti istriku dengan membuka mulutnya lebar-lebar
“Nih terima.. dasar lonte..! cuiiihhhh..” gumpalan ludah dari mulut Nanda melesat masuk kedalam rongga mulut mamanya, yang langsung ditelannya. Namun sepertinya istriku masih belum puas.
“Lagi… lagi dong Nanda… ludahin mulut mama lagi… Aaaaakkkk..” mohon istriku
“Nih.. cuuiihhh… dasar babi rakus” umpat Nanda, aku hanya tersenyum melihat aksi anakku itu, dan tentunya sambil terus menghujamkan penisku maju mundur didalam liang anus istriku, namun kali ini goyangan bokongku tak terlalu keras dan cenderung santai, karna perhatianku justru tertarik melihat aksi yang tengah dilakukan putriku ini.
“Eh, lonte… sekarang akan aku berikan sesuatu yang lebih indah, sesuatu yang pasti membuat kamu tergila-gila hi… hi.. hi…” oceh Nanda, entah apa lagi yang akan dilakukannya pada istriku. Kini gadis itu kembali berdiri dan menginjakan kaki kanannya dikepala istriku.
“Eh, Doni… sini kamu..” panggilnya kepada Doni, yang sedari tadi hanya berbaring santai sambil menyaksikan ulah Nanda.
“Apaan sih?” tanya Doni, setelah menghampiri Nanda, namun Nanda hanya menjawabnya dengan cara membisikannya sehingga aku tak dapat mendengar apa yang dibicarakannya, kecuali hanya reaksi Doni yang seperti menahan tawa sambil menutupi mulutnya.
“Gimana? Mau enggak?” tanya Nanda, sepertinya meminta kepastian
“Oke deh, siiipp…” jawab Doni, sambil mengacungkan ibu jarinya.
“Kalo gitu udah, cepetan…” desak Nanda, aku masih penasaran dengan apa yang tengah direncanakan kedua kakak beradik ini.
“Nih ma, Doni kasih hadiah yang spesial untuk mama… dan mama pasti suka kan. he.. he.. he…” Astaga, ternyata rencana yang mereka susun adalah mengencingi wajah ibu mereka, itu dapat kupastikan saat Doni berdiri diatas istriku sambil memegangi penisnya yang telah tak lagi berdiri itu dengan ujungnya mengarah pada wajah istriku, dan suuurrrrrrr…
“Aaaawwwwww… enggak begini juga kali… kalau gini kena mata mama dong… aawwwww… aaaauuufffhhh… bbbfffrrrhhh… aaaaahhhh… aaauuufffhh… glekkk… aaahhh… glekkk… aahhh…” istriku tampak gelagapan dengan kucuran air hangat berwarna kekuningan yang menyemprot kewajahnya itu, yang dapat dilakukan hanya memejamkan matanya agar percikannya tak mengenai bola mata, namun mulutnya justru terbuka menampung tumpahan air seni yang memancur deras, dan beberapa kali kulihat diteguknya cairan yang memenuhi rongga mulutnya itu, sepertinya istriku memang menyukainya, seperti yang diceritakannya tadi malam bahwa dia pernah melakukan hal yang serupa dengan Doni, hanya bedanya tidak dengan cara seperti ini, yaitu dengan kepala diinjak oleh putrinya, sedang kedua tangannya kupegangi dari belakang, sehingga dirinya tak kuasa untuk bergerak, dan tak berkutik.
“Hi… hi… hi… Ayo terus don, kencingin yang banyak… supaya mama puas tuh, hi.. hi.. hi…” ujar Nanda, dengan kaki kanannya masih menginjak kepala ibunya itu.
“Iya kak.. mama emang paling suka koq minum air kencing Doni, waktu di Bandung dulu mama juga minum air kencing Doni..” terang Doni, sambil terus memegangi penisnya yang masih mengucurkan air seni.
“Iya, tadi malam mama udah cerita, makanya aku suruh kamu kencingin mama…” ujar Nanda.
“Iya, tapi enggak begini juga dong Nandaaaaa… aauuufffff… aaahhhh… tadi kena mata mama perih juga tau… uuufffhhh… fffuuuaaahhh…” protes istriku, dengan susah payah.
“Ya udah, mama merem aja kalo gitu…” jawab Nanda enteng.
Hingga beberapa saat kemudian kucuran air yang keluar dari penis Doni mulai menurun intensitasnya, dan akhirnya hanya tinggal tetesan-tetesan kecil hingga akhirnya berhenti sama sekali.
“Gantian don… Nih, kamu sekarang yang injek kepala mama..” pinta Nanda.
Kini giliran Doni yang menginjak kepala mamanya dengan kaki kanan. Berbeda dengan Doni yang sebelumnya hanya berdiri disamping istriku, sedangkan Nanda berdiri mengangkangi wajah ibunya itu.
“Nih ma… sekarang nikmati air kencing Nanda, pasti lebih nikmat deh… hi… hi.. hi…” dan surrrrrr… tumpahlah air seni dari vagina Nanda kewajah istriku, berbeda dengan air seni Doni yang memancur kencang, air seni yang keluar dari vagina Nanda hanya tumpah begitu saja, bahkan beberapa bagian justru mengalir kepahanya sendiri, namun sebagian besar tetap jatuh kewajah dan mulut istriku yang juga diminumnya.
“Gimana ma? Lebih enak kan?” goda Nanda
“Tau, Ah… Haaauuufff… glekk.. fffuaaahhh…” jawab istriku sambil menenggak cairan dimulutnya itu.
“Gimana ma? Pasti puas dong, dikencingin sama dua orang gitu lho…” Goda Nanda, setelah tuntas membuang air kecil kemulut dan wajah istriku.
“Awas ya kamu Nanda…” ancam istriku, namun ekspresinya sama sekali tidak menunjukan suatu ancaman apalagi kebencian, melainkan hanya senyum kepuasan.
“Nih, Nanda kasih bonus, cuiiihhh…” balas Nanda, yang diikuti dengan meludahi wajah istriku, rupanya hal itu memancing Doni untuk juga melakukan hal yang sama.
“Nih ma, bonus dari Doni, cuiiihh… he… he… he…” ujar Doni, yang kini telah melepaskan injakan kakinya pada kepala istriku.
Beberapa saat setelah itu, kurasakan diriku akan mencapai klimaks hingga kupacu bokongku dengan lebih kuat, tanganku yang sebelumnya memegang pegelangan tangan istriku kini beralih meremas bokongnya dengan kuat.
Plekk… plekk.. plekk… Suara benturan pahaku dengan bokong istriku terdengar semakin keras, hingga akhirnya aku memekik keras menyongsong orgasme yang akan kurasakan.
“Aaaaaaagggghhhhhhh… maaaaa… papa keluar maaaa…” pekikku.
“Papa… tahan dulu pa… plis deh…” pinta istriku, seraya mendorong perutku hingga aku jatuh terduduk.
“Papa tahan ya pa… Nanda, kesini kamu sayang… cepetaaann…” perintah istriku, seraya menyuruh Nanda untuk berbaring telentang diatas lantai.
“Pa… sekarang papa keluarin peju papa dimemek Nanda aja pa… ayo cepetan dong pa… awas ya, kalo sampai keluar diluar duluan…” seperti halnya tadi malam, rupanya istriku menginginkan lagi kalau aku menaburkan spermaku didalam rahim putriku itu, terpaksalah dengan ekstra terburu-buru, kawatir “kawah” yang telah mendidih ini meletus diluar, segera kutobloskan batang penisku kedalam liang vaginanya yang menganga disibak oleh tangan istriku.
“Aaaaggghhhhh… aaggghhhhhh… aaaaggghhhhhhhh…” erangku, semburan sperma yang menaburi rahim putri kandungku seolah mengiringi rasa nikmat yang kurasakan diminggu pagi itu untuk yang kedua kalinya, dibantu oleh istriku yang ikut menekan-nekan bokongku dari belakang, yg seolah ingin sebanyak-banyaknya aku menumpahkan sperma kedalam rahim putriku itu.
“Horeeeeee… terus pa.. yang banyak pa… sampai tetes terakhir… buntingin anakmu ini pa… yeeeeessssss…” oceh istriku, dengan gayanya yang khas, sambil sesekali menatap kearah handycam yang diletakan diatas meja namun masih dalam posisi on recording.
“Iya pemirsa… Papanya Nanda baru saja menaburkan benih-benihnya didalam rahim putri kandungnya ini… do’akan juga ya pemirsa… semoga Nanda cepat hamil mengandung anak dari papanya… Eh, Nanda kamu mau kan punya anak dari papa kamu? Mau enggak?” oceh istriku
“Tentu mau dong ma…” jawab Nanda, yang liang vaginanya masih tertancap oleh batang penisku.
“Aaahhh… kamu memang anak mama yang pinter ya… Nih mama kasih hadiah buat kamu.. hi.. hi.. hi…” ujar istriku, seraya meraup dengan tangannya genangan air seni yang masih membanjiri l Ayo Don, masukin kontol kamu kedalam memek mama sekarang, mama mau kamu keluarin peju kamu begini.. antai itu untuk kemudian disiramkannya diwajah Nand Aaaaggghhhhh…
“Aaaaawwwww… mama gitu deh… aaawwwww…” pekik Nanda, bukannya istriku berhenti, malah justru semakin banyak yang diraupnya lalu diguyur dan diusapskan kewajah putriku itu.
“Hi… hi.. hi… rasain kamu… oke pemirsaaaa… sekian dulu ya… salam incest selalu… mmuuuaaaacchhh…”