31 Oktober 2020
Penulis — Mekiver
Joko terbangun karena sinar matahari sore menyeruak masuk dari jendela kamar itu, matanya yang masih terasa berat mencari cari ibunya yang sudah tak ada di sampingnya.
“ibuk sudah bangun rupanya” pikir joko, selangkanganya terasa lengket karena setelah persanggamaan hebat tadi joko tidak ke belakang untuk mencuci burungnya. Joko bangun dan memakai bajunya, ini kamar ibunya, jam dinding sudah pukul 3, lamat lamat joko mendengar perbincangan perempuan dari ruang tamuJoko bangun, suara tamu itu seperti dia kenal.
“kaya suara ibu dirgo” pikir joko, ia menyibakkan kelambu yang menjadi pembatas ruang tamu dan ruang tengah.
“eh nak joko, baru bangun tidur ya?” sapa merdu tamu perempuan yang ternyata memang ibu dirgo, sahabatnya.
“iya bu, kok tumben? Dirgo gak ikut?” kta joko sambil menyalami tangan halus tamunya. Ibu dirgo memang tak kalah cantik dengan ibunya, sambil duduk di samping ibunya joko mengira ngira besaran susu tamu di depanya yang terlihat menggelembung padat.
“dirgo di rumah, td jg masih tidur, ini lho td kan ibu dengar kabar ibumu sakit kambuhnya pas di kelurahan, jadi ya nyempatin jenguk, syukur ibumu sudah sehat lagi.”
“oow.. “joko mengangguk angguk pasang muka bloon, tp dalam hati tertawa, mengingat td sakit ibunya karena hp yang masuk dalam vagina. Sumini yang melihat ekspresi blo’on kesel juga, apalagi ia tahu dari td mata anaknya itu selalu menempel di dada tamunya, dibawah meja dengan gemas tanganya mencubit paha joko, lumayan keras hingga membuat anaknya meringis kesakitan.
“km mandi dulu sana, tampangmu berantakan gitu” hardik sumini pada anaknya
“iya iya.. Bu atik, joko mandi dulu ya” pamit joko pada tamunya sambil meringis menahan sakit cubitan ibunya. “iya silahkan, biar seger dan tambah ganteng” ucap atikah.
“anak anak sekarang males males dek atik, jangankan disuruh nyangkul, diam di rumah aja gak betah” kata ibu dirgo.
“tapi kan mbak sum kuat bayarin orang buat nyangkul di sawah, lha pake dirgo nyangkul sendiri mbak, dirgo mana mau bantu.”
“ah ya sama aja to dek, nyangkul sendiri kan hasilnya gak usah dibagi, aku bayar orang juga terpaksa dek, suami gak punya, joko masih sekolah”
“eh mbak sum gak nyari lg toh.. Eh di desa sbelah ada duda kaya loh”
“halah tidak dek, sudah tenang hidup bersama joko, dari hasil sawah sudah lumayan kalau buat makan. “jawah sumini pelan, pikiranya menerawang jauh dimasa ketika suaminya masih hidup. Atikah memandangi perempuan di depanya yang tampak merenung, dari kelambu yang terbuka, ia melihat joko yang baru selesai mandi membawa tumpukan baju yang rupanya baru saja ia ambil dari jemuran.
Joko bertelanjang dada hanya bercelana kolor, dengan kesan basah habis mandi, ruangan tengah itu cukup gelap karena tak ada jendela, cukup luas juga, dengan tv 21 inchi di sudut ruangan. “klik” meski pelan atikah bisa mendengar joko sedang menyalakan tv, ruang tengah itu nampak temaram oleh cahaya tv dan joko berdiri disana di depan tv dengan posisi menyamping sedang memilah milah pakaian, kolor yang dipakainya ternyata tipis, dengan sinar tv disampingnya seakan membuat celana kolor itu menjadi transparan.
“ada apa dek atik, kok gelisah kelihatanya?” tanya sumini yang heran melihat perubahan wajah tamunya.
“gak pa pa mbak.. Inget ayam ayam di rumah, dirgo mau masukin ke kandang apa gak” jawab atikah ngawur mencari alasan, karena melihat seekor ayam nakal mengais ngais sandal sandal di teras rumah, sumini keluar mengusir ayam nakal itu dan menata lagi sandal sandal yang berantakan, sejenak mengagumi sandal atikah yang cantik, terlihat masih baru dengan motif bunga.
“halah.. Dirgo kan udah gede, pasti tau tugasnya, dek atik duduk sini dulu biar tak buatin minum”
“sudah mbak, gak usah repot repot.”
“gak pa pa, tunggu sebentar ya” ucap sumini, sambil bangkit dari duduknya, ketika melewati ruang tengah dan melihat joko di depan tv, sumini sadar apa yang membuat tamunya sampai merah wajahnya tadi.
“atikah rupanya nafsu juga liat anakku” pikir sumini, hatinya tergelitik juga ingin tahu respon tamunya bila digoda anaknya. Di pintu penghubung antara ruang tengah dan dapur ia berhenti dan memanggil anaknya dengan suara pelan.
“ssst.. Jok sini..”
joko menoleh, heran juga dengan ibunya yang melongok dari pintu dapur dan melambai ke arahnya.
“ada apa sih..?” ia menghampiri ibunya dan menjawab sambil berbisik pula.
“kolormu tuh.. Tipis” bisik sumini sambil mendelik ke arah kolor joko.
“emang kenapa?”
“dari td diliatin ibu dirgo”
“masa sih?” tanya joko gak percaya, tp ibunya sudah ngeloyor pergi. Joko kembali lagi ketempat tadi dia berdiri, memisahkan baju baju miliknya dan milik ibunya, ia berlagak cuek seolah tak ada apa apa dan gerakan tiba tiba menoleh pada atikah yang duduk sendirian di depan. Perempuan itu nampak gugup mengalihkan pandanganya.
“joko toples di lemari makan kluarin buat bu atikah!” teriak ibunya dari arah dapur.
“ya buk” jawab joko keras, joko berpikir ada sesuatu yang lain di perintah itu, joko menghampiri lemari makan yang memang ada di ruangan itu. Ada 3 toples yang masing masing berisi jagung, kacang dan kedelai yang telah digoreng kering oleh ibunya. Ada perasaan dag dig dug di hati joko mengingat harus berdiri dekat bu atikah dengan celana kolor tipis tanpa celana dalam, gelantungan burungnya tercetak jelas di kolor itu.
“halah kok repot repot to nak joko” kata atikah, sekilas matanya melirik kearah benda yang terlihat menggelantung di celana kolor anak muda itu.
“gak kok bu atik” kini joko berdiri di samping wanita cantik, kontolnya mulai menghangat karena terbawa suasana. Joko meletakan kedua toples itu dimeja tepat di depan tamunya. Posisi joko yang berdiri membuat kontolnya dekat sekali dengan wajah bu atikah yang sedang duduk di kursi.
“silahkan bu atik seadanya, cm gorengan gak ada yang seger seger”
“liat dek joko udah seger kok” jawab atikah genit sambil mengerling ke arah kolor joko.
“yang itu juga disuguhkan kok buat bu atik” ucap joko nekat. Kepalang basah, pikir joko.
“masa sih.. Dah pengalaman ya” kata atikah pelan menggoda, matanya kini lekat di kolor joko, seakan menunggu bangkitnya sang raksasa dari tidurnya.
“gak pernah bu” jawab joko berbohong, sedikit gemetar ia di suasana itu, ada perasaan aneh yang timbul akibat sorot mata dari wanita matang yang menggoda ini. Seakan wanita itu menguasai dirinya dan tatapan bu atikah yang nakal itu membuat burungnya mulai bangun setengah tiang.
“maaf lho dek atik nunggu lama” sumini ibu joko tiba ti muncul dari ruang tengah dengan baki dan 2gelas teh, joko tersentak kaget dengan kehadiran ibunya, buru buru ia balik badan menyembunyikan tenda di kolornya.
“loh jok ini kacangnya mana? Kok cm jagung dan kedelai?” ucap ibu joko yang melihat cm ada 2 toples di meja.
“aduh lupa buk, masih di lemari.” jawab joko yang buru buru masuk menuju ke lemari di ruang tengah.
“dek atik maaf tak tinggal lagi ya, tak mandi dulu, kalau malem2 takut rematiknya kambuh lagi”
“silahkan mbakyu, memang sakit rematik gak boleh mandi malem mbakyu”
“dek atik jangan pulang dulu, aku masih ingin ngobrol sama dek atik nanti”
“iya mbakyu, aku gak kmana mana kok” ucap atikah santai, sumini lalu masuk ke dalam, di ruang tengah ia melihat joko sibuk mengelap toples berisi kacang goreng.
“jok tmani buk’e dirgo, ibuk tak mandi dulu”
“beres buk” jawab dirgo sambil pura pura sibuk mengelap sambil membelakangi ibunya, ia tak mau ibunya melihat tonjolan di kolornya. Begitu ibunya menghilang di balik pintu dapur joko pun segera ke ruang tamu. Tenda di kolornya nampak terguncang guncang ketika ia berjalan.
“maaf lho bu atik kacangnya lupa” ucap joko sambil nyengir khasnya. Sebenarnya bisa saja joko mengitari meja dan menaruh toples di sisi yang tidak membuat ia harus mepet mepet pada tamunya, tapi joko memilih untuk berdesakan dengan wanita cantik itu.. Atikah sendiri sejak joko masuk juga tanpa malu malu memperhatikan selangkangan bocah tanggung tersebut.
“diminum bu atik tehnya” kata joko sopan, saat itu atikah duduk dengan tangan kanan terletak diatas sandaran tangan kursi, joko yang disisi kanannya, membungkuk dan menaruh toples kacang jauh di sisi kiri bu atik, akibatnya kontol ngacengnya bergesekan dengan tangan bu atik yang diatas sandaran tangan, atikah berdesir.
“sudah nak joko jangan repot repot” ucap atikah basa basi, lengannya terasa panas terbakar panas kontol muda joko. Joko merasa mendapat angin jadi berlama lama di posisi itu.
“kok gak dibuka bu atik toplesnya” kata joko dengan masih membungkuk, ia lalu membuka satu persatu tutup toples sambil membuat gerakan maju mundur di pantatnya. “Aduh anak gila.” Pikir atikah, “kepalang basah..” atikah kemudian membalas gerakan kontol joko dengan menggesek gesek kontol yang nempel di lenganya.
“pisang yang ini disuguhkan apa gak nak joko” tanya atikah genit, sambil menggesek kontol joko agak kuat.