31 Oktober 2020
Penulis — Mekiver
“Lho kamu kok sudah pulang nak?” tanya Sumini yang melihat anaknya di ruang tengah, ia baru saja selesai mandi dan hanya berbalut handuk. Buah dadanya terlihat menggelembung indah karena tertekan belitan handuk yang dipakainya. Joko tercekat pemandangan itu membuatnya harus menelan ludah.
“A.. Anu buk gurunya rapat..” jawab Joko asal, matanya kelayapan di sekujur tubuh ibunya yang setengah telanjang.
“Itu jidatmu kenapa? Merah.. benjol lagi.. kenapa ini?” tanya Sumini kuatir sambil memeriksa jidat Joko. Joko diam tak menjawab ia asyik menikmati gelembung lembut susu ibunya yang begitu dekat di mukanya, basah dan harum lembut bau sabun begitu menggodanya.
“Kenapa ini? Sakit ya?” tanya Sumini lagi, ia tahu anaknya sedang menikmati susunya yang setengah terbuka, rasanya bangga juga di usia yang tidak muda tubuhnya masih mampu memikat anak muda.
“Gak pa pa buk, tadi kejedot jendela kelas,”
“Lain kali hati hati nak, ibuk tak ganti baju dulu,” ucap Sumini, entah kenapa setelah ijin dari suara yang mengaku arwah suaminya, ia malah ingin selalu dekat dengan anaknya.
“Iya buk, Joko juga mau ganti baju.”
Joko menunggu ibunya sampai masuk kamar, niat hatinya ingin mengintip tapi ditahanya karena Joko yakin nanti akan lebih dari sekedar ngintip. Akhirnya ia masuk ke kamarnya merebahkan tubuhnya sambil cengengesan membayangkan gelembung padat susu dan mulus paha ibunya yang tadi hanya tertutup handuk.
“Jok.. Eh kok kamu blum ganti baju?”
Suara ibunya diambang pintu kamar membuyarkan lamunan jorok Joko. Ia gelagapan dan terbengong menatap ibunya yang bergamis biru dan kerudung biru muda, terlihat cantik dan anggun.
“Ibuk mau kemana?” balas Joko balik bertanya.
“Eh jok.. antar ibuk ke salon bude Nur ya, ibuk mau potong rambut dan cuci muka, ibuk pengen tambah cantik..” jawab Sumini agak malu malu.
“Ibuk kan sudah cantik…” jawab Joko spontan karena memang menurutnya ibuknya memang cantik banget.
“Ayolah Jok.. rambut ibuk udah lama banget gak dipotong.”
“Iya deh..” jawab Joko ogah ogahan, gagal semua rencananya mau berduaan dengan ibunya. Bude Nur adalah sepupu Sumini, bapaknya adalah kakak dari ibu Sumini, ia mempunyai usaha salon satu satunya di desa ini, suaminya juga sudah meninggal 2 tahun yang lalu, bude Nur mempunyai 2 putri Nuri dan Nisa, dua duanya kuliah di kota.
Rumah bude Nur tergolong kecil, mereka disambut bude Nur yang kebetulan baru saja membuka pintu salonya. Mereka berbasa basi sebentar kemudian masuk ke ruang potong rambut dan meninggalkan Joko bengong di teras. Joko mengeluarkan hape kecilnya dan melihat beberapa sms yang masuk dari teman sekelasnya.
“woy ngapaen?”
Sebuah suara perempuan mengagetkan Joko, Nuri anak bude Nur kini sudah duduk di kursi yang berbatas meja kecil dari kurs Joko. Nuri 21 tahun, tingginya tak lebih tinggi dari Joko, langsing, cantik dengan hidung mancung dengan mata dan bibir berkesan judes, memakai celana pendek jins ketat dengan kaos tanpa lengan warna merah cukup ketat hingga Joko bisa menduga kalau payudaranya tak terlalu besar tp terlihat kenyal.
“Gak kuliah mbak?” tanya Joko berbasa basi.
“Libur” jawab Nuri singkat tanpa menoleh sedikitpun pada Joko, Joko kesal juga dibuatnya dengan sikap sombong gadis itu.
“Mbak Nisa kemana?” tanya Joko lagi ia berusaha mencairkan suasana yang kaku dengan mengajak ngobrol.
“Tauk.. Udah ah males, nanya nanya terus dari tadi!” jawab Nuri ketus sambil bangkit dan ngeloyor masuk ke dalam rumah. Joko melongo dengan muka merah kata kata itu mengusik harga dirinya sebagai laki laki. Tanganya meraba cincin di saku celananya, dengan cermat ia mengamati situasi di sekitarnya, ada ruang kosong disamping kanan rumah yang cukup terlindung dari pandangan orang orang yang berlalu lalang di jalan.
Langkahnya menuju di ruang salon, bangunan kecil yang terpisah dengan rumah induk, dimana ibunya sedang potong rambut, masih lama, pikir Joko. Ia berlalu dari situ dan mulai masuk ke rumah, kamar depan diketuknya, tak ada reaksi dari dalam, Joko membukanya, kosong. Ia menghampiri kamar kedua, perlahan diketuknya.
“tok.. tok..”
“Siapa?” terdengar sahutan dari dalam, Joko berdebar, terdengar kletak kunci pintu kemudian pintu itu terbuka dan wajah cantik nan ketus melongok keluar. Kemudian ditutupnya lagi dengan keras ketika melihat tak ada siapa siapa. Joko garuk garuk kepala melihat kelakuan gadis cantik itu. Tak ada kesempatan untuk masuk tadi, ia mengetuk lagi kali ini agak keras ia ingin membuat emosi Nuri jadi tambah tinggi.
“Tok.. Tok.. Tok!”
“Brengsek!” terdengar umpatan dari dalam, dan tak lama wajah ketus itu muncul lagi, jelas sekali raut muka kesal dari wajah itu, ia keluar melihat kiri kanan kemudian melangkah ke ruang depan. Joko masuk ke kamar Nuri, kamar itu dicat orange lembut dengan beberapa poster artis korea di dindingnya, meja rias kecil penuh dengan alat make up, lemari pakaian besar, dan spring bed besar di sudut ruangan.
“Ternyata galak galak juga hobi bokep,” desis Joko sambil terkikik di layar tablet itu memang ada filem bokep jepang yang sedang di pause. Joko buru buru menjauh dari kasur ketika ia mendengar langkah kaki Nuri mendekat, si muka judes itu muncul, masuk dan langsung mengunci pintu kamarnya.
“Pasti bocah ndeso itu yang ganggu, huh awas kalau ketemu,” gerutunya kesal. Joko yang mendengar gerutuan yang ditujukan padanya hanya nyengir garuk garuk kepalanya. Nuri sudah naik lagi keatas kasurnya dan kembali asyik dengan filem bokep kegemaranya. Joko memperhatikan gadis molek di depanya, Nuri putih dan mulus pahanya, gadis itu mulai gelisah karena terbawa nafsu dari bokep yang ditontonya.
Nuri mulai tidak nyaman dengan pakaian yang dipakainya, birahinya menuntut penyaluran, ia meletakan tablet disamping badanya kemudian mulai melepas seluruh pakaianya dan dalam hitungan detik ia telah telanjang bulat. Joko menelan ludah tubuh mulus di depanya sungguh tanpa cela susunya bulat meski tergolong kecil dibanding punya ibunya, perut rata tanpa lemak dan lembah di selangkanganya ditumbuhi bulu bulu halus yang belum begitu lebat, Joko bergerak mendekat mencium aroma dari memek Nuri yang telah basah.
“Apa ada semut ya?” gumam gadis itu, ia membuka belahan memeknya yang membuat joko menelan ludah melihat isi memek yang merah basah dan kelentit kecil yang mungil. Nuri kembali berbaring dengan posisi semula tapi kini tanganya berada di atas memeknya dan mulai mencari nikmat dengan mengusap usap itilnya yang mengeras dan bertambah besar, Joko sudah tak tahan lagi serta merta ia naik menindih tubuh molek itu, mengunci kedua tangan Nuri dengan menindihnya dengan kakinya tangan kirinya membungkam mulut gadis itu.
“DIAM!” bisik Joko tapi cukup jelas terdengar dan dengan suara yang sengaja ia besarkan. Nuri serentak terdiam kengerian terbayang di matanya. Ia memang judes dan akan judes pada siapa saja, tapi sebenarnya Nuri adalah penakut, matanya membelalak dan bibirnya gemetar, terasa sekali di telapak tangan Joko.
“Aku adalah jin, turuti kata kataku atau aku akan merasukimu dan membuatmu gila.” gertak Joko dengan suara dibesar besarkan. Nuri menggigil wajahnya pucat pasi. ia berusaha mengangguk meyakinkan.
“Kenapa kamu begitu jahat pada tuanku Joko?” tanya Joko dan Nuri jelas mendengar tapi tak dapat melihat asal suara itu, tanganya mulai sakit seperti tertindih benda keras. Ia hanya bisa ah uh karena sesutu menutup mulutnya, wajahnya terlihat panik karena kesulitan untuk bernafas. Joko perlahan melepas bekapan di mulut gadis itu tapi tetap bersiaga kalau kalau gadis itu berteriak minta tolong.
“Kenapa?” suara itu bertanya lagi.
“A.. Aku tidak tahu.. memang sifatku buruk, a.. aku mi minta maaf jin.. a aku akan minta maaf pada tuanmu sekarang,” jawab Nuri terbata bata.
“Ha.. HaHA.. Memang kamu harus minta maaf.. Tapi tidak sekarang, tuanku sudah menyerahkan dirimu kepadaku..”
“Apa maksudmu jin?” kembali teror ketakutan mendera Nuri. “jangan sakiti aku..”
Joko tak menjawab, jemarinya menjangkau susu mengkal dan ranum itu, meremas remasnya lembut dan mempermainkan putingnya yang kecil. Nuri mendesah geli dan nikmat, meskipun dibawah ancaman tapi ia tak memungkiri kalau payudaranya meras nikmat.. Nuri dengan takjub memandang susunya yang bergerak gerak sendiri seolah ada tangan gaib yang meremas dan memberi nikmat di susunya.
“Ouuh.. “Nuri mendesah ketika merasakan sesuatu menindih tubuhnya, tanganya terbebas tak terasa sakit lagi. Nuri dapat merasakan suatu benda bergesekan dengan bibir memeknya, “ah itu kontol jin,” pikir Nuri antara takut dan penasaran sampai sebuah bibir dan lidah yang tak terlihat menyerbu bibirnya, Nuri gelagapan, ia akhirnya memejamkan matanya dan merespon ciuman itu dengan nafsu, lidah mereka saling melilit, Nuri merasakan bibir bawahnya disedot sedot makhluk itu.
Nuri benar benar sudah takluk, ia membuka lebar lebar pahanya berharap kontol jin itu segera memasuki tubuhnya. Joko pun tak mau berlama lama, ia mengarahkan kontolnya di bibir memek Nuri, sejenak memandang gadis cantik di depanya, matanya terpejam, titik titik keringat di ujung hidungnya dan bibir yang bergetar.
“Kamu cantik..” bisik Joko
“Trima kasih..” jawab Nuri ada perasaan bangga di hatinya, Nuri menahan nafas ketika perlahan sebuah batang besar mencoba menguak bibir memeknya, Nuri sudah tak perawan, ia pun sering bersanggama dengan pacarnya, meskipun tak terlihat Nuri tahu kontol itu jauh lebih besar.
“aduh… Uuh..”Nuri merintih ketika benda itu telah masuk ke memeknya, sejenak berhenti, masuk lagi, diam dan masuk lagi, Nuri merintih sakit tapi nikmat ia menaikan pantatnya ketika batang itu ditarik, ia merasa seakan seluruh rahimnya ikut tercabut.
“Pelan pelan Jin.. Aduh nikmatnya..” rintih Nuri tanpa malu malu, Joko tersenyum mendengarnya, gadis cantik itu sudah jatuh dalam irama birahinya dan pelan tapi pasti ia mengayuh memek rapat itu.
“Aduuh.. Oooh gila.. Gede banget Jin kontolmu.. Ouuuh enak tempekku jiiin…” Nuri mulai meracau dan tak lama gelombang itu datang.. Kaki Nuri meregang tanpa malu malu tanganya memeluk erat erat tubuh kasat mata yang menindihnya dan melepas orgasme terhebat dalam hidupnya.
“Akhu.. Keluar… Ouuhh…” Nuri mengerang panjang tangannya dengan erat mendekap lawan mainya, memeknya berdenyut denyut menyemprotka cairan nikmat, dan tentu saja berimbas pada Joko yang kontolnya tertanam di vagina Nuri, “memek yang luar biasa..” batin Joko yang merasakan empotan memek Nuri, ia menunggu Nuri meresapi sisa orgasmenya.
“oooh.. Uenake jin… Ooh lagi.. Lagi.. Ooh tidaaak..” kembali tubuh Nuri mengejang oleh orgasme keduanya, Joko tak membuang kesempatan itu puncaknya juga sudah dekat dengan cepat ia mengayuh kontolnya ketika Nuri orgasme dan memeknya mengempot empot kontolnya. Nuri membeliak menahan nikmat dari gempuran batang besar di vaginanya, sampai sebuah hunjaman terdalam dalam rahimnya dan laksana meriam batang itu memuntahkan bola cair panas dalam dirinya, Nuri merintih menggigit bibir bawahnya dan melepas orgasme ketiganya.
Hening… Joko memandang wajah cantik di depanya, matanya terpejam dan nafasnya terengah engah, perlahan ia bangkit dan melepaskan batangnya dari jepitan memek itu. Gadis itu terlentang lemas dan pasrah.
“Datanglah kemari kapanpun kamu mau…” bisik Nuri seakan pada dirinya sendiri. Joko tersenyum mendengarnya, ia menunduk dan berbisik di telinga Nuri.
“Tentu, tapi ingat janjimu pada Tuanku” Nuri mengangguk, joko segera keluar dari kamar itu, di ruang tamu ia berpapasan dengan Bude Nur, perempuan 45 tahun tp tetap cantik dan modis. bulatan dadanya tampak lebih besar dari milik Nuri anaknya. “Lain waktu aku akan nyoba kamu.. “pikir Joko cengengesan sendiri, ia langsung menuju ke tempat dimana tadi ia melepas bajunya dan dengan cepat memakainya.
“Eh ibuk potong yang gimana? Kok pake kerudung lagi?” tanya Joko penasaran, ia takjub juga melihat perubahan wajah ibunya lebih mulus pipinya, alisnya juga rapi dan nampak segar menggemaskan.
“Nanti di rumah juga tau jok,” jawab Sumini sambil tersenyum penuh arti.
“Ibuk tambah cantik loh..” puji Joko, Sumini tersenyum senang sambil mencubit kecil lengan anaknya. Mereka berdua lalu berpamitan pada Bude Nur.
“Joko tunggu!” teriak Nuri.
Joko menghentikan motornya padahal tadi sudah akan meninggalkan halaman rumah itu. Gadis itu nampak kusut seperti habis bangun tidur tapi masih terlihat cantik, dengan kepala tertunduk ia mendekat.
“Jok maafkan aku ya, tadi sudah gak sopan,” ucapnya pelan.
“Sudah mbak gak pa pa,” jawab Joko santai.
“Ada apa sih? Sodara kok bertengkar?” sahut ibu Joko menyahut.
“gak papa buk cuma salah paham,” timpal Joko.
“makanya Nuri dolan donk biar bisa maen sama Joko, nanti juga akrab, kalian kan sodara,” ucap ibu Joko lagi.
“Iya bulek,” Jawab Nuri sopan.
“Bener mbak aku kan juga pengen maen sama mbak,” ucap Joko sambil mengedipkan sebelah matanya, sontak membuat Nuri tertunduk dengan muka merah.
“Sudah ya Nur bulek pamit dulu,
“I.. Iya bulek hati2..”
Motor Joko melaju perlahan di jalanan desa itu. Ibunya yang duduk terlalu ke belakang membuat setir Joko tidak nyaman.
“Buk boncengnya pegangan Joko ntar jatuh,” ucap Joko ketika melintas di sawah sawah. Sumini menurut ia bergeser maju dan merangkul perut anaknya, sehingga otomatis susunya menempel di punggung anaknya.
“Begini ya?” tanyanya.
“Siiip.. Empuk buk,” Jawab Joko cengengesan.
“Dasar!” celetuk ibunya sambil mencubit perut anaknya, ia tambah merapatkan pelukanya. Joko tersenyum… Pelangi pun bisa dibuat tanpa menunggu datangnya hujan.
Mekiver 27_10_2014