31 Oktober 2020
Penulis —  perjoko

Dari liburan sampai ke ranjang

Hubungan sek ku dengan mama, kakak sepupuku, dan bibiku berjalan terus tanpa kak dewi mengetahuinya hingga aku SMA dan Kakakku Dewi sendiri saat itu 19 tahun dan baru saja kuliah jurusan Psikologi. Sering nggak tentu datang ke rumahnya, lebih banyak di kota B di rumah nenek ku. Kakakku ini amat sayang padaku, juga pada mamaku.

Orangnya sendiri supel, terbuka. Kakak amat memanjakan aku, juga paling senang becanda sama aku. Hubungan kami sangat dekat dan akrab. Biasanya kalau kakak datang, kami bertiga pergi makan keluar, terus jalan-jalan ke mall, cafe atau nonton bioskop. Tentu saja aku dan mama harus menahan diri dan berhati-hati kalau ada kakak, untungnya kakak tahu kalau dari dulu kadang-kadang suka tidur di kamar mama, jadi tak akan curiga kalau aku di sana, paling berpikir aku masih kolokan, namun secara umumnya sih jatahku berkurang.

Kalau untuk fisiknya, kakakku juga cantik, berambut panjang, tinggi juga hampir 170 cm, bodinya seksi, dadanya juga besar. Jujur saja, aku tidak terlalu memiliki niat atau hasrat melakukan hubungan seks pada kakakku ini. Kalau untuk urusan seksi, iyalah, sama seperti mama, kakak juga nggak terlalu memperhatikan busana kalau di rumah, di depan aku juga tidak canggung untuk memakai daster atau baju tidur yang mini, juga kalau berenang tidak canggung memakai bikini.

Bohong kalau aku bilang tongkolku tidak tegang kalau sedang melihat kakak berbikini, tapi itu kan wajar saja, aku kan lelaki normal. Tapi untuk melakukan hubungan seks, rasanya aku nggak terlalu memikirkannya, karena aku sudah bahagia dan cenderung menyukai melakukannya dengan mama yang kuanggap sudah matang dan sedang dalam kondisi tubuh sempurna sebagai Alita.

Aku benar-benar lebih suka melakukan dengan mama. Semua hasratku bisa tersalurkan bersama mama. Kalau sama mama aku benar-benar tidak bisa mengontrol hasratku, tapi kalau sama kak Dewi, entah kenapa aku masih bisa menahan diri sengaceng-ngacengnya tongkolku. Tapi kadang jalan kehidupan memang tidak dapat ditebak, akhirnya aku juga melakukannya dengan kak Dewi.

Pagi itu aku libur sekolah, biasa katanya ada rapat guru, mama sudah berangkat ke kantornya. Suntuk benar campur capek sisa menggarap mama tadi malam. Si Mbak yang biasa nyuci kayaknya datang hari ini dan lagi nyuci di belakang, mungkin tadi sudah ketemu mama. Aku lalu sarapan sambil membaca koran olahraga.

Nggak lama kemudian aku nyalain TV, nonton acara musik. Sejam kemudian si Mbak pamit pulang. Bosan juga, mau internetan malas… terus aku ingat ada kaset PS3 yang belum aku coba, segera aku ke kamar, ngambil PS3 dan kasetnya, main di ruang keluarga saja deh. Lumayan juga, game balapan mobil jedar jeder ini bisa bikin hati senang.

“Hei…!” tiba-tiba terdengar suara jeritan ceria dan tangan yang menutup mataku. Terasa ada empuk-empuk tetek menempel di bahuku.

“Aduh kak Dewi ngagetin saja nih.”

“Kok nggak sekolah Al?”

“Libur. Kakak juga tumben datang nggak kasih kabar?”

“Sengaja kok, kakak lagi libur semesteran.”

“Naik apa kemari kak?”

“Tadinya sih mau bareng sama temanku, tapi mereka baru balik besok, akhirnya naik kereta api tuh.”

“Coba telepon dulu, kan bisa Aldi jemput di stasiun.”

“Hehe… biar suprise ah. Mama juga nggak tahu tuh.”

“Gimana kabar nenek kak?”

“Baik, kamu tuh jarang nengokin, padahal kan ke sana sebentar.”

“Iya.. iya cerewet amat.”

“Gimana sekolahnya? Sudah punya cewek belum?”

“Ih… nih orang cerewet deh, mending kakak istirahat dulu, terus telepon mama.”

“Oke boss..”

Kakak lalu mencium pipiku dan segera berdiri, lalu berjalan ke dalam, nggak lama terdengar suara yang ceriwis juga ketawa-ketiwi, rupanya kakak lagi nelpon mama.

Akupun kembali meneruskan main game. Dari dalam terdengar suara kakakku berteriak “Al, kata mama nanti nggak usah jemput. Mama pulang sama supir kantor. Terus nanti malam kita makan di luar.”

Aku hanya mengiyakan saja, masih asik sama game balapku. Nggak lama suasana kembali sepi, kayaknya kakakku yang bawel itu sedang istirahat tidur. Senang sih aku dengan kedatangan kakak, tapi itu berarti aku dan mama tidak bisa begitu bebas lagi… oh nasib berkurang deh jatahku.

Sorenya aku bangun, kembali teringat kak Dewi yang baru datang, akupun membereskan mainanku kembali ke kamar, lalu berjalan ke arah kulkas, cari makanan. Sambil mengunyah kue, kulihat di kaca belakang, kak Dewi lagi tiduran di bangku di pinggir kolam renang. Wah enak juga nih sore-sore berenang.

“Kak, kok nggak bangunin aku?”

“Ngapain, kamu sih mentang-mentang libur, maunya malas-malasan terus.”

“Sudah makan belum kak?

“Sudah, tadi masak spaghetti.”

“Jahat amat, makan sendiri, nggak bagi-bagi.”

Kakakku hanya tertawa, aku yang sebel segera loncat ke kolam dan berenang. Segar rasanya, bolak balik dari sisi satu ke ujung lain. Puas berenang, aku naik ke atas, menuju lemari handuk, mengeringkan tubuh, lalu berjalan ke bangku lain di samping kakak. Kak Dewi masih bermalas-malasan. Akupun ikut berbaring di bangku berjemur.

Matahari masih agak terik. Mataku kembali mengantuk, karena angin sepoi-sepoi. Tiba-tiba kak Dewi bangkit dan kini dalam posisi duduk, kulihat dia membuka kaosnya, nampak keteknya yang bersih sedikit ditumbuhi bulu yang halus dan jarang. Kulihat BH bikininya bergoyang saat kak Dewi mengangkat kaos.

Ugh… tongkolku langsung mengeras, kuarahkan pandangan mataku terfokus ke daerah dada kak Dewi. Wow… nampaknya kakak sudah tumbuh berkembang dengan baik dan menjadi Alita yang seksi, seingatku dulu BH bikini kakak nggak seketat sekarang, nampaknya tetek kakak bertambah besar, sudah hampir seukuran mama.

“Woiii… ngapain bengong, ngelihatin apa kamu?”

“Nggak… mata Aldi nggak bisa nolak rejeki kan”

“Dasar baru gede kamu, sini, tolong dong usapin lotion ke punggung kakak.”

Wah sungguh tawaran yang menggiurkan, lumayan buat menghibur adikku yang lagi mengeras di balik celanaku ini. Sekalian jahilin kakakku ini. Kak Dewi lalu segera tengkurap. Akupun segera memulai tugasku, Posisiku berdiri membungkuk dengan kaki mengankang di atas pantat kak Dewi. Segera kutuang lotion ke tanganku, akupun segera mengusapkannya ke punggung dan badan kakakku.

“Enak Al, rasanya nyaman, bikin pegel kakak hilang. Sekalian deh kakinya.”

“Wek… maunya, memangnya tukang pijit.”

“Segitunya, sekali-kali kenapa mijitin kakaknya.”

“Iya deh, tapi itu tali BHnya dibuka ya, biar nggak nyangkut-nyangkut.”

“Ya sudah, kamu tarik sendiri.”

Akupun segera menarik tali BH bikini tersebut. Kuambil lotion kembali, sengaja aku memulai dari kaki, kuusap lotion dan memulai memijit dari telapak kaki, lalu betis, naik lagi ke paha, lalu tanganku sampai ke daerah CD, sengaja aku lebarkan kaki kakak pelan-pelan. Nampakbelahan pantatnya yang montok.

Kupijit dengan lembut kedua belahan pantatnya, jariku juga dengan perlahan dan sesekali menyentuh “tanpa sengaja” bagian terluar daerah memiaw kakak yang tertutup CD. Kak Dewi juga diam saja, entah tidak tahu atau sangat menikmati pijitanku. Cukup lama aku memijat daerah pantat kakak. Samar-samar aku mencium bau aroma menyenangkan yang sudah lama kukenal, masa sih memiaw kak Dewi mulai basah.

Akupun meneruskan pijatanku dengan khidmat. Kak Dewi berdehem sambil tertawa dan mengatakan kalau yang harus kupijit seluruh badan, bukan pantat. Aku pun mengambil kembali lotion, kali ini aku duduki pantat kak Dewi, lalu aku mulai memijat punggung kak Dewi. Kuusap-usap dan kubelai dengan lembut dan bertenaga bergantian.

Saat sampai bagian tengah punggungnya, sengaja aku lebarkan jari-jari tanganku, dan sedikit menyentuh bagian pinggir teteknya. Nampaknya kak Dewi benar-benar enjoy dengan profesiku sebagai tukang pijit, membiarkan saja semua pijatanku. Tanpa terasa tongkolku makin mengeras dan berdenyut-denyut.

“Kak, sudah ya capek nih.”

“Yah.. pijatan kamu enak lho, pegel kakak hilang nih, bentar lagi deh.”

“Ogah ah, capek. Memangnya bagian depan juga mau dipijit?” tanyaku belagak lugu.

“Yehh… itu mah kakak bisa sendiri. Ya sudah, makasih ya adikku saying.”

Kak Dewi lalu segera berbalik, tangannya memegang BH bikininya, lumayan agak ke bawah sedikit sih, sehingga gunung kembarnya terlihat seperti meloncat keluar. Makin ngaceng deh… mending ke dalam deh. Baru saja aku berjalan, kudengar suara kak Dewi sambil tertawa.

“Al, benar lho pijatanmu enak, makasih ya, tapi kok tadi rasa-rasanya ada benda aneh terasa di atas pantat kakak… ha.. ha.. ha.”

“Sialan… kan aku lelaki normal, ini kan juga salah kakak… huh.” balasku tengsin.

“Makanya cari pacar sana…”

“Bawelah… sudah deh berenang sana.”

Akupun segera menuju ke dalam rumah, gawat nih, tongkolku benar-benar nggak kompromi, terpaksa deh pakai cara tradisional. Segera aku masuk ke dalam, berdiri di tempat yang tidak terlihat dari arah kolam renang, namun aku bisa melihat ke sana. Kulihat kak Dewi sedang duduk, nampaknya sedang mengoleskan lotion pada bagian depan tubuhnya.

Celanaku segera kupelorotkan, tangan lumayan licin sisa lotion mijit kaki tadi, aku segera mengocok tongkolku, kulihat kak Dewi sedang mengoleskan lotion pada area teteknya, nampak teteknya bergoyang, tangannya masuk ke balik BHnya, duh kenapa nggak diangkat sedikit saja sih pikirku. Kocokan semakin kencang.

Lalu kak Dewi nampak melebarkan kakinya, kini sedang mengolesi wilayah sekitar paha dan selangkangannya. Kukocok tongkolku makin cepat, Denyutan terasa makin kencang… Creet… creet.. ah akhirnya keluar juga, lega rasanya. Segera saja kubersihkan muncratanku dengan celanaku, lalu segera menuju kamar mandi.

Tak lama kemudian mama pulang, setelah mama istirahat dan mandi, kami pun pergi jalan ke luar. Malamnya Kak Dewi minta tidur di kamar mama, biasalah sudah lama tidak ketemu, juga karena dia semangat menceritakan kegiatan barunya di dunia perkuliahan… puasa deh malam ini. Besoknya juga sama… duh banyak banget sih ngegosipnya, tinggal aku merana sendiri di kamarku.

Untunglah hari ketiga kak Dewi merasa bahan gosipannya sudah berkurang dan memutuskan tidur di kamarnya, aku sengaja memutuskan untuk tidur di kamarku sendiri, untuk kemudian nanti masuk menyerang ke kamar mama. Sewaktu kami nonton TV malam itu, saat kak Dewi tidak melihat, aku mengedipkan mata ke mama sebagai kode nanti malam aku kepingin, Mamapun balas mengedip dan tersenyum.

Tidak lama kemudian aku bilang sudah mengantuk, dan segera ke kamarku. Di kamar aku nyalakan laptopku dan mulai browsing, biasa pemanasan dikit buat adikku. Lega rasanya sebentar lagi bisa bermesraan kembali dengan mamaku tersayang. Huh… tersiksa berat aku, 3 hari ini mama sibuk kerja, juga tidak bisa aku datang ke kantornya, karena sedang rapat terus membahas proyek baru, sehingga tidak ada waktu buat nyolong-nyolong melakukan hubungan.

Belum lagi tongkolku ngaceng terus kalau lihat kak Dewi dengan bikininya di kolam renang tiap sore. Setengah jam kemudian aku dengar TV dimatikan, dan suara kak Dewi mengucapkan selamat tidur ke mamaku. Sabar bentar lagi dik… kamu akan menemukan lubangmu… sabar. Aku meneruskan menjelajahi situs-situs porno favoritku.

Satu jam kemudian aku matikan laptopku, kubuka pintu kamar pelan-pelan, mataku melihat ke arah kamar kak Dewi, kamar kami bertiga memang terletak di lantai dua, mengendap aku ke sana, kutempelkan telingaku di pintunya, selama satu menit aku konsentrasi mendengarkan, nampaknya tidak ada suara apapun.

Yakin bahwa kak Dewi sudah tidur, aku segera menuju kamar mama, membuka pintu, nampak mama mengenakan baju tidur mininya, sedang membaca. Mungkin karena birahi kami yang sedang dahaga, dan juga karena biasa bebas saat kak Dewi tidak di rumah, maka aku jadi agak sembrono saat itu, aku hanya menutup pintu sebatas tertutup, tanpa melihat apakah sudah tertutup rapat, apalagi menguncinya.

Mama yang melihatku masuk, segera menghentikan kegiatan membacanya, ditaruhnya bukunya ke meja di samping ranjang. Aku segera naik ke atas tempat tidur, tanpa basa-basi aku segera mencium bibir mama dengan gairah yang membara.. sementara tanganku meremas-remas tetek mama yang masih terbungkus baju tidurnya.

“Ma, aku kangen banget nih…”

“Iya sayang, mama juga.”

Kami berciuman dan saling meraba satu sama lain, mama meremas-remas tongkolku yang sudah mengeras di balik celanaku. Dengan cepat aku segera membuka kaosku, lalu segera menelanjangi mamaku, mamapun membantu aku melepaskan celanaku. Segera saja aku gumuli mamaku. Aku peluk dan ciumi bibirnya, bulu keteknya, lalu aku segera turun ke daerah teteknya, mulutku dengan rakus segera menciumi dan menghisap puting susu mama yang besar bergantian, tanganku pun mulai meraba dan membelai-belai rambut kemaluannya yang lebat, Kuremas-remas rambut kemaluan yang tebal dan menggairahkan itu, lalu kuusap-usap memiawnya, jarikupun mulai dengan lincahnya mencari lubang memiaw mama, segera kutusukkan ke dalamnya.

Mama nampaknya juga memahami gairahku, dan menerima semua rasa dahagaku yang tertahan selama 3 hari ini. Tangan mama memeluk punggungku, membelainya dengan lembut, wajahnya menunjukkan ekspresi bahwa ia mau aku memuaskan semua dahagaku. Tangannya pun mulai turun ke arah pantatku, dibelainya pantatku, lalu mulai menuju ke arah tongkolku, diraihnya kedua biji pelerku, diusap-usap dan dimainkan dengan amat lembut.

Lalu ia mulai mengelus dan mengocok tongkolku. Ugh… nikmat sekali rasanya, saat tangan halus mama mengocok tongkolku, aku pun terus menciumi dan memainkan tetek mama, sudah basah tetek mama oleh ludah dan keringat. Puas dengan tetek mama, kembali kuangkat ke atas sebelah tangan mama, bulu keteknya sungguh merangsang birahiku, aku kembali mengaeahkan lidahku ke sana, kujilati dan kuciumi sepuas hatiku, aroma Algi dari mama yang rajin merawatnya menggelitik hidungku dan makin membuat tongkolku mengeras.

Puas bermain-main, aku segera mengarahkan tongkolku ke tetek mama, Mama sudah paham apa yang kumau dan segera mengapit kedua teteknya, aku segera memaju mundurkan pantatku untuk menggerakkan tongkolku yang sedang dijepit dengan nikmat di antara tetek mama yang besar itu. Puting mama yang kecoklatan nampak mengeras dan mencuat ke atas dengan mempesona.

Lalu tanpa merubah posisi, tangan mama segera menarik dan mendorong pantatku ke depan, sehingga tongkolkupun kini berada tepat di depannya, tangan mama segera memegang batang tongkolku dan mulutnya mendekat, lidahnya mulai menjelajahi dan menari-nari di atas tongkolku, Ooohhh… rasanya tiada tara.

Perlahan mulutnya mulai menelan kepala tongkolku, lalu batangnya, sampai ke pangkalnya, dihisap dan dikulum-kulum dengan kuat namun nikmat. tongkolkupun berdenyut-denyut nikmat saat mulutnya mulai memompa tongkolku. Pelan lalu cepat bergantian ditimpali dengan permainan lidah yang lihai, membuatku hanya bisa mendesah menahan kenikmatan ini.

Nampaknya mama benar-benar ingin melumat habis tongkolku dengan mulutku, saat aku hendak menyudahi Oral Seks ini, tangannya menahannya, ya sudah aku biarkan saja, mama makin semangat dan mengulum dan menghisap tongkolku dengan sangat panas. Kadang mulutnya menghisap dan mengulum biji pelerku sambil tangannya mengocok tongkolku, lalu kembali mulutnya bermain dengan tongkolku.

Lama kelamaan tongkolku semakin berdenyut kuat, rasanya mau keluar nih sebentar lagi. “Ma… aku sudah mau keluar nih.” Mama makin mempercepat hisapannya, dan paa timing yang tepat membuka mulutnya di depan kepala tongkolku, sementara tangannya memegang kuat batang tongkolku. Dilepasnya sesaat saja, Creeettt…

spermaku keluar dengan perlahan ke mulutnya, Lalu digenggam lagi dengan kuat, sesaat dilepas lagi… spermaku kembali menetes perlahan, dan mama kembali menggenggam kuat, kali ini agak lama, akhirnya mama melepaskannya, kali ini kepala tongkolkupun memuntahkan sperma dengan jumlah agak banyak dan kental, Mama menampungnya ke dalam mulutnya.

“Sudah lama mama nggak ngerasain sperma kamu sayang.”

“Ma tadi enak banget, mama pintar banget waktu bikin Aldi keluar bertahap gitu, rasanya enaakkkkkk bangeet.”

“Siapa dulu dong mamanya, nah nanti gantian kamu yang puasin mama.” Mamapun mengelap mulutnya dengan tissue yang tersedia, lalu meminum air di gelas yang ada di meja samping ranjang. Walau baru keluar namun tidak butuh waktu lama bagi tongkolku untuk tegang kembali… tongkol ini pasti akan cepat tegang bila sudah berada dekat mamaku Santi yang telanjang dan mempesona ini.

Saat itu kami benar-benar dibakar api birahi yang menyala, sehingga tidak menyadari pintu kamar mama sedikit terbuka, karena di luar agak gelap dan kami sedang sibuk dan panas-panasnya, kami tidak menyadari ada sepasang mata yang sedang melihat dengan mata terbelalak.

Kak Dewi berdiri terpaku di depan pintu, kaget dan terkejut dengan kenyataan yang dia lihat sedang terjadi di dalam kamar mamanya. Tadinya dia bermaksud ke kamar mama untuk meminjam buku sebagai bahan bacaan karena dia belum bisa tidur, dia membuka dan menutup pintu kamarnya juga dengan pelan, agar tidak mengganggu adik dan mamanya.

Begitupun saat hendak masuk ke kamar mamanya, ia bermaksud melakukannya dengan pelan, agar tidak membangunkan mamanya. Namun ia heran karena pintu kamar mamanya tidak tertutup rapat, dan saat ia mendekat terdengar suara desahan dan rintihan yang sudah ia hafal benar sebagai suara apa. Penuh keheranan dan tanda tanya ia mendorong sedikit pintu itu perlahan sekali, dan ia kaget dan terkejut mendapati adik dan mamanya yang telanjang, juga mamanya yang sedang menghisap tongkol adiknya.

Aldipun segera turun ke daerah selangkangan mamanya, mamapun segera menaikkan lututnya dan membuka lebar kedua kakinya, nampaklah memiaw mama yang mempesona. Segera saja Aldi menciumi rambut kemaluan mamanya, lalu mulai menjelajahi permukaan memiaw mamanya dengan lidahnya, dijilati semuanya. Kemudian perlahan jarinya mulai melebarkan memiaw mamanya, kembali lidahnya menjilati dengan buasnya seisi memiaw mamanya, lidahnya ditusuk-tusukkan ke lubang memiaw mamanya, lalu lidahnya mulai menuju ke arah itil mamanya, kacang enak itupun mulai dijilati dan dimainka dengan lidahnya, itil mamapun mulai membesar, makin bersemangat saja Aldi memainkannya, mamapun mendesah penuh kenikmatan.

“Jiiilaaat terusss Al.”

“Ya… ya… mainin itil mamaaa, terusss yang..”

“Oooohhh… Aaahhhh… Awww…!”

Dewi melihat adegan yang berlangsung tersebut dengan berdebar-debar, dari arah pintu dilihatnya adiknya sedang menjilati memiaw mamanya, terlihat juga tongkol adiknya yang besar bergoyang-goyang, Ada sensasi dan perasaan aneh yang menjalar pada diri Dewi. memiawnya di balik celana dalam terasa berdenyut-denyut dan panas, tanpa sadar tangannya mulai meremas-remas teteknya sendiri, memainkan putingnya, lalu tangannya bergerak ke bagian bawah baju tidur mininya, mulai mengelus-ngelus celana dalamnya, perlahan lalu makin kuat…

kini tanganya pun mulai memasuki celana dalamnya, terasa rambut kemaluannya yang lebat, lalu tangannya pun mulai mengusap-ngusap memiawnya, semakin lama semakin cepat, sementara ia berusaha menahan suaranya agar tidak terdengar. Lalu ia pun mulai menurunkan celana dalamnya, kini ia segera berlutut, kedua kakinya agak ia lebarkan, jemari tangannya segera mencari itilnya, lalu mulai menggosok-gosok itil tersebut…

Mama Santi terus menggelaitkan badannya, mulutnya mendesah-desah keenakkan, sementara pinggul dan pantatnya bergerak semakin liar… Aldi semakin ganas saja memainkan itil mamanya, jarinya juga ikut menusuk-nusuk lubang memiaw mamanya, semakin lama-semakin cepat, tongkolnya sudah mengeras menikmati rintihan dan desahan kenikmatan mama.

Lidahnya bergerak amat cepat menyapu dan membelai itil mamanya, desahan dan erangan mama mulaitidak beraturan dan keras, pertanda mama sudah tiba pada pertahanan terakhirnya, benar saja, tak lama kemudian dengan tubuh mengejang dan pantat yang sedikit terangkat, terasa memiaw mama menyemburkan cairan hangat orgasmenya.

“Wah… libur 3 hari membuat permainan lidah kamu jadi ganas yang..” Baru saja mama selesai mengucapkan kalimatnya, Aldi segera menarik kaki mamanya, diangkatnya kedua kaki mamanya, sementara ia berlutut di depan memiaw mamanya. Tampak olehnya memiaw mamanya yang memerah karena permainan lidah dan jarinya, segera ia menurunkan pantatnya sedikit, lalu memajukan tongkolnya ke depan, karena memiaw tersebut sudah basah, mudah saja tongkolnya menerobos lubang memiaw mamanya, terasa hangat dan nikmat.

Dimaju-mundurkan tongkolnya dengan seirama, kedea kaki mamanya menggantung di bahunya, sementara dari pantat ke kepala tetap dalam posisi membaring, mama mengangkat kedua tangannya dan mengapitkannya di belakang kepalanya sendiri, terlihat bulu ketek mamanya yang lebat dan mulai basah oleh keringat, makin bernafsu saja Aldi jadinya, pompaan tongkolnya semakin cepat dan ditancakan sedalam mungkin, tetek mama bergoyang dengan cepat…

plok… plok… plok… bunyi tongkol yang sedang memompa memiaw mamapun terdengar jelas. Mamapun mendesah dengan nikmat. Aldi pun mulai mengubah tekhniknya, sengaja ia memompa dengan pelan beberapa kali dulu, lalu mulai menarik tongkolnya perlahan sampai batas ujung kepala tongkol, lalu blesss… membenamkannya lagi, terus berulang-ulang.

Setiap kali akan menerobos masuk dilakukan dengan cepat dan bertenaga sehingga langsung menancap sedalam mungkin, terasa sampai ujung liang memiaw mamanya. Mama pun makin bergeliat keenakan, merasa nikmat sekali setiap kali kepala tongkol Aldi kembali menghujam lubang memiawnya dengan kuat, sementara menghujam, tongkol tersebut membelai lembut itilnya, nikmat tiada tara.

“Lagi dong yang… kok berhenti capek yah?”

“Enggak.. ganti posisi ya ma, aku duduk, mama di pangku, aku mau mainin tetek sama ketek mama.

“Boleh…”.

Aldipun segera menyandarkan badannya ke kepala ranjang, kakinya lurus di atas ranjang, mama segera duduk di atas tongkol Aldi, posisi tubuhnya membelakangi Aldi, tangannya dinaikkan ke atas mengapit kepala Aldi. Perlahan mama meregangkan kakinya, memiawnya sudah merah karena hujaman tongkol Aldi, lubangnya sudah membuka, perlahan diturunkan pantatnya, lalu Jleb…

tongkol Aldipun menerobos denga leluasa ke lubang kemikmatan mama tersebut, dari belakang tangan Aldi segera meremas-remas kedua tetek mamanya, diremasnya dengan kuat dan gemas, dimainkan dan dipilin-pilinnya puting mama yang sudah membesar, sementara lidahnya mulai menjilati ketek mamanya.

Mata Dewi terpaku melihat ke arah ranjang, kini terlihat posisi mamanya yang menghadap ke arahnya, Aldi yang sedang menjilati ketek mamanya dan meremas-remas tetek besar mama. Juga terlihat tongkol adiknya yang besar sedang bergerak naik turun memompa lubang memiaw mama yang sudah merah karena dipompa oleh tongkol besar tersebut dalam waktu lama.

Diperhatikan wajah mamanya, Dewi belum pernah melihat ekspresi mama seperti itu, wajah mamanya terlihat penuh kebahagiaan. Kembali Dewi melihat ke arah tongkol adiknya yang sedang menghujami memiaw mama. Jemari Dewi semakin cepat memainkan itilnya pada memiawnya yang sudah sangat basah menyaksikan adegan seks antara Aldi dan mama.

Dewi merasakan kenikmatan menjalar di sekujur tubuhnya akibat rasa enak yang dia dapati saat memainkan itilnya. Itilnya sendiri memang agak besar, lebih besar dari mamanya dan menonjol keluar. Semakin cepat dan tanpa henti ia memainkannya. Gairahnya juga sedang terbakar. Saat ini ia tidak dapat berpikir mengenai mengapa adik dan mamanya bisa melakukan persetubuhan yang harusnya tidak boleh terjadi, namun itu bisa menyusul, saat ini ia sedang sibuk memuaskan dirinya akibat menyaksikan adegan panas yang terjadi.

Aldi masih memainkan ketek dan tetek mamanya. tongkolnya kini mengeras sekeras-kerasnya, aroma ketek mama menimbulkan rangsangan tersendiri yang tidak bisa dilukiskan. Kini iapun mulai ikut menaik turunkan pantatnya, mengimbangi goyangan mamanya, semakin lama semakin cepat dan seirama seiring deru nafas kenikmatan yang terjadi, kini ia menjilati leher mamanya, mama menggelinjang kegelian, lalu ia mencari bibir mamanya, mama balas menciumnya dengan tidak kalah panas, lidah mereka bertautan dengan cepat, saling menarik, goyangan tongkol dan memiaw semakin cepat, tangan Aldi semakin kuat meremas-remas dan memainkan tetek mamanya yang besar, semaikn kuat ia merasakan denyutan pada tongkolnya, mama sendiri semakin menggelinjangkan tubuhnya, berbarengan dengan Aldi menyemprotkan spermanya, mamapun memuntahkan orgasmenya yang kesekian kali.

Di luar kamar Dewipun terkulai lemas, memiawnya sudah basah kuyup, ia juga baru mengalami orgasme yang hebat, memiawnya masih berdenyut-denyut nikmat sehabis memainkan itilnya. Matanya tetap mengawasi yang terjadi dalam kamar, nampaknya tidak ada tanda-tanda adiknya akan keluar, dilihatnya adiknya dan mamanya terdiam lemas, masih berciuman dengan mesra, nampak sperma menetes keluar dari lubang memiaw mamanya membasahi tongkol adiknya yang masih menancap di dalamnya.

Dilihat wajah keduanya yang nampak bahagia dan puas. Dewi membiarkan dirinya berdiam diri sebentar, beristirahat, otaknya mulai bisa berpikir jernih kembali, kalaupun ia tetap di sini juga, adegan berikutnya yang akan terjadi juga sama saja, tetap saja adegan adik dan mamanya yang bersetubuh dengan panasnya, jadi lebih baik aku kembali ke kamar.

Di dalam kamar mama, Aldi dan mama masih tetap dalam posisi seperti tadi. Lemas dan puas. Berdiam diri memulihkan tenaga yang terkuras sehabis memuaskan dahaga yang sempat tertahan 3 hari ini. Kemudian terdengar suara mama memulai percakapan.

“Mama puas dan nikmat sekali sayang.”

“Aldi juga ma, rasanya terobati deh puasa 3 hari ini.”

“Ya… nggak apalah Al, kan ada kakakmu, kita juga harus hati-hati. Toh kalau Dewi sedang tidak pulang kita bisa melakukan kapan saja kita mau.”

“Iya ma, Cuma kadang-kadang Aldi suka nggak kuat.”

“Maklumlah kamu masih muda, masih penuh semangat dan mudah terangsang.”

“Mama juga kan.”

“Ah… nakal kamu.”

Lalu mama segera mencabut tongkolku dari memiawnya, menjilat sisa sperma yang masih ada di tongkolku, aku melao keringat di tubuhku dan mama dengan handuk yang tersedia. Setelah itu kami berbaring dan berpelukan, saling berciuman dengan mesra. Malam itu Aldi kembali menggarap memiaw mamanya sebanyak 2 kali lagi, sebelum kembali ke kamarnya.

Sebelum masuk e dalam kamarnya, dilihatnya kamar kak Dewi, tetap tenang tak ada suara, masih tidur pikirnya, lalu Aldi pun masuk ke kamarnya dan tidur. Senyum puas tersungging di wajahnya. Karena kelelahan dan terlalu panas semalaman memuaskan birahi bersama mama, Aldi kecapekan dan bolos sekolah besoknya.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan