31 Oktober 2020
Penulis — perjoko
Namaku Andi. Aku lahir, besar, dan tinggal di Bandung.
Aku selalu bersyukur kepadaNya, meski umurku baru 29 tahun tapi aku telah dikaruniai berbagai anugerah. Aku telah mapan dengan pekerjaan yg baik dan penghasilan yang memadai. Rumah yg luas di perumahan elit Alamanda dan mobil bagus keluaran terbaru menjadi salah satu bukti kemapananku.
Anugerah lain yang tak henti hentinya aku syukuri adalah isteriku yang cantik. Clara namanya. Rara, biasa dipanggil. Umurnya terpaut 8 tahun denganku, atau tepatnya 21 tahun. Mengingat saat ini ia masih menyelesaikan kuliah di sebuah PTN ternama di Bandung, kami memutuskan untuk menunda mempunyai anak sampai istriku lulus kuliah.
Awal perkenalanku dengan Rara terjadi tanpa sengaja. Januari satu setengah tahun yang lalu, saat itu aku tengah memburu buku buku kebudayaan kesukaanku di sebuah toko buku ternama di mal Paris Van Java. Entah bagaimana kejadiannya, saat aku sedang membaca sekilas buku yg mau kubeli, tas buku belanjaanku yang mulai penuh tiba tiba terjatuh.
Aduh! Ternyata tas belanjaanku menimpa kaki seorang gadis.
Aduh maaf Mbak tidak sengaja, aku terkaget dan segera minta maaf. Sejenak aku termanggu menatap sosok gadis luar biasa cantik di hadapanku. Mantanya yg sipit tapi bening tak mampu disimbunyikan di balik kacamatanya yg mungil. Rambutnya yang lurus tergerai, hidungnya yg bangir, kulitnya yang putih mulus, plus postur tubuhnya yg begitu proporsional.
Oh ngga apa apa Mas, mungkin salahku juga tadi tidak lihat lihat, jawabnya bijak.
Setelah berbincang beberapa saat, akhirnya kuberanikan diri dgn santun utk meminta no hp nya. Syukurlah Rara memberikannya.
Sepanjang jalan pulang ingatanku tak pernah lepas dari sosok gadis yg begitu mempesona itu. Sesampai di rumah aku pun langsung meneleponnya. Setelah beberapa kali hubungan lewat telepon, aku mulai tahu bahwa kecantikannya itu menurun dari dara sunda-manado-china yang mengalir dlm tubuhnya. Ibunya sunda-manado sedangkan ayahnya keturunan Tionghoa.
Hubunganku dgn Rara makin akrab seiring dgn janjian kami utk bertemu kembali. Genap pada usia perkenalan kami yg menginjak bulan kedua, aku memberanikan diri utk mengungkapkan perasaanku pdnya bahwa aku jatuh cinta. Gayung bersambut, ia menerimanya.
Selama pacaran kami menjaga agar hubungan kami tidak keluar dari jalur agama yg kami yakini. Aku hanya pernah mengesun pipinya, tdk lebih.
Aku sampaikan pdanya bahwa aku serius dgn hubunganku padanya. Aku tdk mau berlama lama pacaran. Genap di bulan ke 6, akhirnya kami melangsungkan pernikahan. Meskipun awalnya orangtuanya agak berat krn Rara masih kuliah, namun akhirnya mereka merestui setelah melihat keseriusanku, terlebih aku telah mapan.
Sampai akhirnya, malam pertama tiba di sebuah hotel menawan di kawasan Dago.
Ra..
Iya A.. Setelah perkenalanku dulu, Rara memanggilku Aa tidak lagi Mas karena aku dari bandung.
Aa senang sekali krn kini kita jd suami istri. Kita hrs jaga sama sama agar kita tidak pernah terpisah sampai kakek nenek..
Iya Aa sayang Sebelum Rara melanjutkan perkataannya, kututup matanya lembut dgn jariku. Lalu bibirku tak tahan lagi utk segera melumat bibirnya. Bibirnya terasa begitu hangat dan kenyal.
Aahhh.. Rara mulai mengerang. Itulah ciuman pertama kami. Lalu mulai kumainkan lindahku bertemu dengan lidahnya. Kadang sedikit kugigit bibirnya. Ciuman kami bertambah liar. Rara pun mulai melakukan hal yang sama.
Pada saat yg sama tanganku mulai mengarah ke arah dadanya. Dari luar baju aku mulai meraba payudaranya. Kuelus dgn lembut. Meski dalamnya masih pakai bra tapi kurasakan pasti payudaranya yg seukuran mangkuk itu masih begitu kenyal tanda blm pernah diraba.
Ahhh Rara kembali mengerang. Kont*lku yang dari tadi mulai berdiri di balik celana semakin mengeras.
Bole aa buka bajunya sayang?
Iya Aa..
Akupun mulai melepas bajunya. Kini atasannya tinggal tersisa bra. Luar biasa, tubuh istriku begitu putih mulus. Aku sudah benar benar tak tahan. Langsung kulucuti saja branya.
Dlm posisi duduk di pinggir ranjang, kulihat dua gunung payudara yg begitu indah. Pentilnya yang kecil memerah membuatku tak tahan utk melumatnya. Sungguh luar biasa. Kujilati pentinya. Sementara tanganku yang kiri memijit mijit payudara kirinya, benar benar kenyal. Tangan Rara dengan erat mencengkeram kepalaku tanda ia semakin terbuai kenikmatan yang menjalari seluruh tubuhnya.
Aku pun semakin tak tahan. Kubimbing tangan kanan Rara utk membuka resleting celanaku. Lalu tersembullah kont*lku yang sudah berdiri keras. Rara mulai mengelus dan mengocok, sungguh nikmat tiada tara. Aku melayang seakang dibawa ke langit ketujuh.
Ra, bole kont*lnya diemut?
Iya sayang.. Rara lalu menekuk kaki di depanku dan mulai mengulum batang kemaluanku.
Ahhhhh Enak banget sayang Rintihku pelan tertahan.
Rara semakin ganas mengulum dan menjilat kont*lku. Tangankupun tak mau diam sambil meremas kedua payudaranya yng sungguh kenyal.
Akupun semakin tak tahan. Lalu aku segera melucuti seluruh pakaianku. Aku bugil. Dan kubimbing Rara untuk rebah di kasur. Kubuka celana dan cd nya. Untuk pertama kalinya kulihat mem*knya.
Ya Tuhan, indah sekali mem*knya. Bentuknya yang mungil, ditumbuhi bulu bulu halus yg belum begitu banyak.
Segera saja aku rebah di depan mem*knya dan mulai kujilati. Kubuka kedua kakinya, lalu kujulurkan lidahku utk mencari iti*nya. Dan sembulan daging kecil itu pun kutemukan.
Aahhh Geli bgt sayang.. Rintih Rara. Mem*knya makin membasa tanda ia makin terangsang. Begitupun aku yang sudah tak tahan.
Sekarang ya sayang kumasukkan kont*lku? Pintaku.
Iya A..
Tanpa basa basi lagi aku segera menyerang mem*k Rara dengan kont*lku yang sudah mengeras sekeras baja Blesss.
Ahhh.. Pelan pelan sayang..
Rara sepertinya sedikit ngilu karena untuk pertama kalinya mem*knya dimasukin kont*l. Aku mulai memompa kont*lku keluar masuk secara perlahan, dan Rara mulai menikmati. Rasa ngilu itu hilang diganti kenikmatan yang tak terbandingkan. Dinding dinding vagina Rara mulai memilin milin kont*lku menimbulkan efek kenikmatan yang luar biasa.
Aku sudah ga tahan sayang.. Bisik Rara.
Aa juga Ujarku dengan nafas memburu.
Dan cairan kenikmatan itu makin terdesak ke ujung batang kemaluanku. Mengingat saat itu Rara sedang masa subur sementara kami berkomitmen untuk jangan dulu punya anak, maka segera kutarik kont*lku dan crotttt. Crottt Air mani yg begitu banyak tumpah di payudara Rara.
Pada saat yg sama cairan vagina membanjiri kemaluan Rara tanda ia juga mengalami orgasme.
Setelah membersihkan air pejuh, kamipun saling berpelukan. Sedikit bercak darah tergambar di kasur tanda keperawanan Rara kureguk dengan indah malam itu. Malam itu kami terus bercinta hingga 3 kali dlm berbagai posisi.
****
Lima bulan lepas dari pernikahanku, hubungan dengan Rara semakin harnonis saja. Apalagi dia juga memiliki libido yang tinggi. Hampir tiap hari kami berhubungan badan. Kalau sedang masa subur kutumpahkan air maniku di luar atau pake kondom, sedangkan kalau sdg tidak masa subur kusemprotkan air maniku di dalam vaginanya.
Hampir semua tempat di rumahku sudah pernah dijadikan tenpat bercinta. Kalau tempatnya di luar kamar, kami pastikan dulu pembantu kami, Sari, gadis manis berusia 16 tahun asal Tasik itu sudah tidur atau sedang di luar rumah. Tak hanya di ruang tamu atau dapur, kami pun sering bercinta di taman belakang dgn berbagai posisi, kadang sambil berdiri atau duduk di sofa.
Sampai kemudian Rara mengutarakan maksudnya bahwa dua adik perempuannya yg ada di Manado sebentar lagi akan masuk SMP dan SMA. Icha umur 12 tahun dan Cinta umur 15 tahun. Rara menuturkan niat baiknya utk membantu orangtua agar kedua adiknya itu melanjutkan sekolah di Bandung dan tinggal di rumah kami serta seluruh biaya hidupnya termasuk sekolah kami tanggung.