31 Oktober 2020
Penulis — perjoko
Malamnya aku melamun. Setelah petualanganku dgn Icha aku jd terinspirasi utk melakukan hal serupa dgn Sari dan Cinta. Namun tinggal sehari besok aku tanpa isteriku. Bagaimana caranya bisa bercinta dgn dua orang dlm satu hari? Itupun belum tentu mereka mau. Lalu aku berpikir, mengapa malam ini aku tdk mencoba Cinta, dan besok Sari.
Malam itu sudah pukul 21.00. Lalu aku mencoba sms Cinta.
“Sudah tidur cin?”
“Belum kak lagi ngerjain PR matematik, susah bgt nih. Kakak mau bantu?”
“Ok. Kakak ke situ ya?”
“Ok kak.”
Saat berharap, kesempatan itu datang. Barangkali itu kalimat yang cocok untuk disebutkan. Segera aku bergegas ke kamar Cinta. Ia sedang khusus di meja belajarnya, kuhampiri dia. Akupun berdiri di sampingnya.
Cinta memakai celana pendek biru dan kaos putih dengan bagian bagian leher yang cukup lebar. Otomatis belahan dadanya yang putih indah terlihat dari atas karena aku berdiri. Namun sebelum aku sempat menikmati lebih jauh, Cinta keburu memberondongku dengan berbagai pertanyaan tentang PR Matematikanya.
Setelah selesai buka bimbel dadakan, kata kata nakal tak mampu kutahan lagi.
“Cin, indah sekali…”
“Apa yang indah kak?”
“Belahan dadamu…”
“Ih Kakak nakal…”
“Biarin… kamu juga nakal…”
“Apanya Cinta yang nakal?”
“Mhmmm… jujur aja deh, kamu udah pernah bercinta kan?” Aku berkata sekenanya. Tapi sejujurnya feelingku mengatakan memang Cinta sudah tidak perawan lagi.
Dikatakan demikian, Cinta terlihat kaget. Dia diam sejenak.
“Mhmm… kok kakak tahu?” akhirnya dia menjawab.
“Feeling kakak kuat Cin. Kalau boleh kakak tahu dengan siapa kamu pernah melakukan itu?”
“Tapi cinta mohon kakak jangan katakan sama Kak Rara yah. Cinta melakukannya dengan pacar cinta.. hanya satu orang itu kak, tidak kurang tidak lebih…”
“oh gitu yah.. tenang aja kakak ga akan bilang sama Rara. Tapi boleh tidak kakak minta satu permintaan padamu Cin?”
“Permintaan apa kak?”
“Boleh ga kakak minta bercinta dengan kamu?”
Cinta kembali terkaget.
“Kakakku sayang, bukannya Cinta ga mau tapi kakak kan udah punya Kak Rara. Lagian saat ini Cinta nggak tega ntar malah mikirin pacar Cinta. Jadi untuk sekarang tidak ya kak, entah kalau nanti… Tapi kalau kakak ingin sesuatu yang tak terlupakan dari Cinta, Cinta punya sesuatu yang spesial untuk kakak…
“Apa tuh Cin?”
“Cinta emutin barangnya kakak sampai keluar…”
Nggak ada rotan, akar pun jadi. Aku tak bisa menjawab, hanya tersenyum.
Tanpa dikomando, Cinta langsung menarik tanganku dan menundukkanku di kursi. Ia sendiri segera berlutut di depanku dan membuka resleting celanaku. Ia buka celana dan celana dalamku hingga lutut. Aku yang sedari tadi sudah berfantasi bersetubuh dengan adikku, jelas saja ketika celanaku dibuka senjatahu langsung tegak berdiri.
“Duh enak Cin…” erangku. Cinta hanya melihatku sambil tersenyum dan terus melanjutkan aksinya. Aku benar-benar dibuat melayang.
“Cin, kakak penasaran dengan payudaramu… Boleh kakak menyentuhnya?” pintaku dengan menghiba.
“Iya kak, tapi jangan minta lebih ya..”
Tanpa menjawab apapun tanganku segera menyelusuh ke dalam kaosnya dan mencari-cari puncak keindahan payudara bernama pentil. Ah benar saja, pentil Cinta juga masih kecil, dikelilingi payudara yang kenyal. Ingin aku segera mengulumnya, tapi aku tak berani takut Cinta merasa tersinggung. Lagi pula aku tidak mau melakukan hal, selama yang kuajak itu tidak menyukai atau menikmatinya.
Di saat aku sedang mereguk kenikmatan yang diberikan Cinta, tanpa kami sadari pintu kamar Cinta sedikit terbuka. Dan saat itu Sari yang baru beres-beres di dapur menuju ke peraduannya, melintasi kamar Cinta. Tanpa sengaja ia melihat apa yang sedang kami lakukan. Sejenak Sari terlihat begitu kaget.
“Ya Tuhan, apa yang sedang dilakukan Pak Andi dan Neng Cinta?” pikirnya. Sari lantas menjadi gemetar terjebak antara rasa kaget dan gairah yang dimunculkan dari adegan yang tersaji di depan matanya. Dan tanpa ia sadari, gelas yang tengah ia pegang terjatuh. Beruntung gelas itu terbuat dari sejenis kaca yang sangat kuat kuat hingga tidak sampai jatuh.
Glentrangggg…
Aku yang tengah terbuai nikmat langsung terperanjat.
“Siapa tuh?” ucapku.
“Maaf Pak ini Sari.. Maaf Pak Sari tidak sengaja lewat..” Kulihat Sari dibalik pintu dengan tubuh gemetar dan muka pucat.
“Sudah gak apa-apa, kamu jangan takut Sar. Sudah deh masuk saja,” ucapku. Cinta yang dari tadi sedang melakukan aksinya berhenti sejenak. Ia juga terihat kaget, tak menyangka aksi kepada kakaknya bakal terlihat orang lain.
“Apa yang terpikirkan di benakmu Sar saat meliat tadi? Jawab jujur sar, aku ga akan marah.”
“Mhmm… maaf Pak, maaf sari pak…”
“Iya aku maafkan. Asal kamu jangan bilang apapun ke istriku ya.”
“Iya pak, sari janji gak akan bilang-bilang ke siapapun.”
“ok makasih sar. Terus apa yang kamu pikirkan tadi?”
“Mhmmm… terus terang saja sari kaget pak, bukannya yang tadi itu harusnya dilakukan dengan Bu Rara, tapi ini dengan neng Cinta. Tapi sari juga penasaran…” ungkapnya jujur.
“Penasaran kenapa Sar?”
“penasaran akhirnya seperti apa…”
“Memang sari belum pernah melakukan yang seperti ini?”
“Belum…” jawabnya singkat.
“kalau aku meminta melakukan itu dengan sari boleh nggak?” pintaku, segera saja ke tujuan, kadung sudah ketahuan. Sari terlihat kaget dan sejenak termenung. Aku tahu, permintaan yang tidak memaksa itu bukanlah sesuatu yang tidak sopan bagi Sari. Aku merasa, aku sudah sangat baik kepada Sari. Aku sering memberinya uang karena dia sudah bekerja sangat baik di rumahku.
“Sari tidak tahu bagaimana Pak… tapi sari akan melakukan apa yang bisa membuat bahagia.. Bapak sudah baik sekali sama Sari.”
“makasih banyak sari… boleh dibuka bajumu sekarang? Tapi tolong pintu kamarnya ditutup dulu dan dikunci…” pintaku.
“kak, aku lanjutin yah…” sementara itu Cinta meminta melanjutan aksinya. Aku mengangguk sambil tersenyum. Cinta segera melanjutkan aksinya. kont*lku yang tadi sempat sedikit mengkerut kini tegak kembali. Sementara itu Sari kembali ke arahku dan mulai melucuti pakaiannya. Tanpa kuduga sari langsung melucuti seluruh pakaiannya hingga bugil.
Dan ternyata benar, meskipun kulit sari tidak seputih Rara, Cinta, atau Icha tapi tubuhnya benar-benar mulus. Mulus alami… susunya yang bikin penasaran kini tersaji dihadapanku. Benar-benar berukuran jumbo. Aku segera memanggil sari untuk berdiri di sampingku dan langsung kuemut payudaranya. Sementara tanganku yang kiri menjelajahi susu sari yang sebelahnya dengan lembut..
Nafas sari seperti tertahan, ia mulai dirasuki kenikmatan.
“Shhhhhhh…” desahnya. Tangannya mulai mencengram kepalaku.
Akupun tak tahan untuk segera melumat bibirnya. Kutarik sari agak membungkuk karena aku posisi duduk. Dan langsung saja kulumat bibirnya. Sementara Cinta terus saja mengulum kont*lku tanpa lelah. Dua kenikmatan yang membuatku kelojotan tak tentu arah..
Kini satu-satunya yang belum kulakukan adalah menyerah lubang kenikmatan sari dengan rudalku. Aku meminta izin pada Cinta untuk melakukan itu, dan iya mengangguk sambil tersenyum. Segera aku berdiri dan gantian Sari yang duduk di kursi. Belahan mem*knya kini terlihat jelas karena kakinya dibuat mengangkang.
“sakit pak…” erang sari.
“sebentar sayang… aku pelan-pelan, nanti juga enak…” dengan perlahan aku masukkan kont*lku ke dalam mem*k sari. Sementara Cinta sekarang mengulum pentil dadaku.
“iya pak enak pak… terus pak…” sari rupanya mulai merasakan sisi kenikmatan. Kini aku tak ragu untuk menggenjot kont*lku lebih kencang.
“aduh pak… aduhh… ahhhh…” rupanya Sari orgasme duluan. Dan akupun semakin tak tahan. Segera kucabut batang kemaluanku. Sari dan Cinta pun kusuruh berlutut didepanku. Dan cotttttt… cort… air pejuhku yang begitu banyak melumuri muka Cinta dan Sari. Aku pun merasakan kenikmatan luar biasa yang akhirnya berimbas pada rasa lemas yang luar biasa.
Kami bertiga saling berpelukan. Sementara pikiranku melayang, apa yang akan terjadi besok, sehari sebelum istriku pulang, sementara seluruh isi rumahku, Icha, Sari, dan Cinta telah kureguki kenikmaaannya, meskipun Cinta belum sampai pada bersetubuh karena ia belum sampai hati pada pacarnya.
***
Hari ini hari Sabtu. Pagi yang indah sekaligus menyenangkan karena sabtu artinya aku libur kerja. Sedangkan kedua adik iparku Icha dan Rara tetap sekolah. Kini di rumahku hanya tinggal Sari. Mungkin ia tengah sibuk di dapur.
Besok Minggu, istriku yang cantik Rara bakal pulang ke rumah. Meski dalam dua hari ini aku telah melakukan petualangan seks dengan adik iparku Icha dan Cinta serta pembantuku Sari, namun itu tidak menghapus kerinduanku pada istriku. Justru, entah mengapa, semua kejadian itu membuatku malah semakin membuatku menggebu-gebu bertemu dengan isteriku.
Karena sudah tak tahan dengan rasa rindu segera aku ambil hp ku dan kutelepon isteriku.
“Hal sayang… apa kabar aku kangen banget nih… gimana kuliah lapangannya lancar? besok jadi kan pulang?”
“Waduh suamiku sayang… ampe bertubi tubi nih pertanyaannya. Iya sayang, aku juga kangen banget… kuliah lapangannya lancar… iya dong besok pulang… udah ga tahan nih…”
“hayo nggak tahan apa…?” tanyaku menggoda.
“ngga tahan pengen segera melahap kont*lmu sayang…”
“hehehe… aku juga sama pengen segera menghujam mem*kmu…” ucapku segera.
“oh ya sayang… aku lupa, hari ini mamahku mau dateng dari Mando, beliau ada urusan dengan Tante Shanti sekalian mau ke klinik kecantikan langganannya di Bandung,” ucap Rara. Tante Shati adalah adik ibunya Rara alias mertuaku, Mamah Dina.
“Oh gitu.. ya sudah aku di rumah kok hari ini, nanti aku suruh Sari untuk menyiapkan makanan buat mamah.”
“Ok sayang, aku sudah bilang ke mamah, aku baru pulang besok. Tapi kamu ga usah cape jemput kok, mamah pake travel dari Cengkareng langsung dianter ke rumah,” ucap Rara.
“Ok sayang. Ya udah cepet pulang yah… aku kangeeennnnn banget… hati-hati di pangandaran dan besok waktu pulang… muachhhhhh…”
“Muachhhhhhh…” jawab Rara.