31 Oktober 2020
Penulis — perjoko
Hari ini hari yang luar biasa. Aku sudah bercinta dengan mertuaku Mamah Dina, pembantuku Sari dan keponakan pembantuku Dini. Kenikmatan demi kenikmatan yang telah kureguk ternyata tidak membuat aku segera puas, tetapi justru ingin kenikmati kenikmatan demi kenikmatan yang lainnya. Mumpung isteriku baru pulang besok.
Dan kini waktu sudah pukul 14.00. Mertuaku sepertinya masih terlelap di kamar habis perjalanan jauh dan kusetubuhi. Sari dan Dina juga istirahat setelah kusetubuhi pula. Sementara aku, dari kamar Sari hendak sejenak istirahat di kamarku sambil kupikirkan dari lubang vagina siapa lagi yang akan kureguk kenikmatannya hari ini.
Menuju kamarku, aku melewati kamar Cinta, adik iparku. Tapi tiba tiba aku tertarik pada suara sepasang laki-laki perempuan dari kamar itu. Sepertinya mereka sedang bercengkrama. Aku jadi penasaran. Lalu segera saja kuintip. Kebetulan sekali kamarnya tidak terkunci sedikit terbuka. Rupanya Cinta lupa mengunci dan menutup pintu.
Ternyata yang ada di dalam adalah Cinta dan seorang anak lelaki yang lebih muda darinya. Jika Cinta berumur 16 dan duduk di kelas 1 SMA, maka anak lelaki itu kutaksir bahkan lebih muda dari Icha atau Dina, mungkin sekitar umur 11-an. Selain dari perawakannya, ini jelas sekali dari baju seragam yang dipakainya: seragam SD.
Aku jadi makin penasaran. Aku terus memperhatikan di balik pintu. Mereka berdua ada di tepi ranjang. Setelah mereka saling melempar ktawa, mereka memulai aksinya. Tampak Cinta yang begitu agresif. Ia mulai menciumi cowonya dan mereka pun mulai bergumul berciuman. Selanjutnya Cinta mulai memelorotkan celana pendek cowonya yang berwarna merah itu.
Aku yang melihat kejadian panas itu otomatis terangsang. Senjataku mulai menegang. Meskipun aku juga baru bersetubuh tapi aku ingin mengulang dan mengulang lagi kenikmatan itu. Secara refleks tanganku mulai terarah ke batang kemaluanku dan mulai mengusap ngusapnya dari luar celana.
Sementara itu Cinta mulai melucuti satu per satu pakaian cowonya. Kini anak SD itu sudah telanjang bulat. Benar benar masih tubuh anak anak. Cinta kemudian menarik tangan cowonya dan mengajak berdiri kemudian menyandarkannya di dinding. Cinta benar benar agresif. Nafas keduanya kudengar semakin memburu.
Aku benar benar dibuat tak tahan. Aku segera membuka resleting celanaku dan mulai mengocok tongkolku dengan perlahan. Namun karena keasikan tanpa terasa siku tanganku mendorong pintu dan menyebabkan bunyi yang agak keras. “krekkkkkkk…”
Sontak suara pintu itu mengagetkan adik iparku dan pacarnya, padahal hampir saja tongkol anak SD itu mau masuk ke memiawnya Cinta. Aku juga ikut terkaget terlebih tongkolku sendiri sudah keluar dari resleting celana.
“Eh kakak…” ucap Cinta terbata-bata. Sementara cowo cinta terlihat pucat pasi melihat ke arahku.
“Lagi ngapain kalian?” ucapku sambil masuk ke dalam kamar dan kututupkan pintu. Sementara itu tongkolku tetap berdiri tegang di antara resleting.
“Mhmm… nggak kak, ini aku lagi sama cowokku. Ini kenalkan Nando..” ucap Cinta terbata-bata.
Lalu menghampiri Nando dan kami saling bersalaman memperkenalkan nama masing-masing.
Lalu kami saling duduk di pinggir ranjang.
“kakak tidak marah kok. Ayo teruskan saja apa yang tadi kalian lakukan. Tapi kakak boleh lihat kan?” ucapku.
“ah kakak yang aneh-aneh aja, kami malu dong kalau diliatin…” jawab Cinta.
“Gak usah dipikirkan nyantai aja lagi. Anggap saja nggak ada orang. Ayo lakukan lagi… Ayo Nando” pintaku.
Anak kecil itu tersenyum ke arahku. Lalu tanpa menunggu persetujuan Cinta ia berlutut menjura di hadapan Cinta. Ia membukakan kedua kaki cinta dan mulai menjulurkan lidahnya untuk menjilati memiaw Cinta. Rupanya anak SD itu sudah cukup pintar untuk memberikan kenikmatan kepada cewe buah hatinya. Cinta tak mampu menolak ia memejamkan mata mulai menikmati kembali permainan cowonya.
Setelah puas menjilat memiaw, anak SD itu kemudian bangkit berdiri. Ia kemudian meraih kepala Cinta dengan perlahan dan mulai mengarahkan ke tongkolnya. Kini giliran Cinta yang berlutut di dapan Nando dan mulai mengulum barang pacarnya yang masih mungil itu. Nando dibuat merem melek. Dengusan nafas dan erangan terdengar dari mulutnya.
Nando lalu merebahkan Cinta di kasur. Ia mulai menindihnya dan mengarahkan batang kemaluannya ke memiaw Cinta. Nando mulai menekan pantatnya. Dengan tongkolnya yang masih mungil, sepertinya ia tak kesulitan untuk membenamkan seluruh batang tongkolnya. Ia kemudian mulai memaju mundurkan. Sedangkan mulutnya sambil mengulum toket Cinta.
“Shhhhghhh… enak banget sayang…” jerit Cinta.
“aku juga sayang… enak bangett…” desah Nando di antara kuluman lidahnya ke susu Cinta.
Sementara itu tongkol Nando terus maju mundur mengeluarkan suara irama yang membuatkan semakin tak kuasa menahan birahi.
Kedua anak manusia itu nampaknya semakin tak tahan saja.
“aku udah ga tahan sayangggg…” erang Cinta. Setelah itu Cinta terlihat kelojotan rupanya dia sudah mencapai titik orgasmenya.
“ahhh…” ucapnya sambil mencabik dan menjambak rambut Nando karena tak tahan didera kenikmatan.
Beberapa saat kemudian Nando mencabut batang kemaluannya lalu mengocoknya di atas toket Cinta. Beberapa saat kemudian, “ahhhh…” Nando mencapai puncak kenikmatannya. Kulihat hanya sedikit tetes air pejuh ya keluar dari tongkolnya. Anak sekecil dia nampaknya memang belum banyak memproduksi air pejuh.
Sesaat kemudian kedua anak manusia itu berpelukan di atas ranjang. Sementara tongkolku semakin tegang meminta giliran. Meskin hari ini aku sudah bercinta dengan tiga orang yang berbeda, tapi aku ingin kembali bercinta untuk keempat kalinya. Dan aku sudah tak tahan lagi untuk tidak meminta.
“Ndo… boleh ga giliran kakak menyetubuhi pacarmu?” pintaku. Mendengar permintaan intu, sejenak Nando terdiam.
“mhmm… gimana ya kak? Tanya Cinta aja,” jawabnya.
“Gimana Cinta?” lalu aku bertanya pada Cinta.
“Kalau Cinta gimana Nando… kalau Nando ga apa-apa Cinta mau..” jawabnya. Sesaat kemudian Nando menanggukkan kepala tanda memberikan persetujuan. “tapi Nando tetap di sini ya ingin melihat,” ucapnya perlahan. Dan aku pun menjawab pula dengan anggukan sambil tersenyum.
Segera saja kubuka seluruh pakaianku. Lalu aku mulai menghapiri Cinta yang masih terletang. Kujilati toketnya dengan lembut agar dia kembali terangsang setelah bercinta dengan pacarnya yang masih anak SD itu. Sementara itu tongkolku yang sudah ngaceng dari tadi, kugesek gesekkan di permukaan memiawnya.
Aku tak henti hentinya menjilati toket Cinta. Kadang kugigit sedikit putingnya agar menimbulkan sensasi yang lebih dahsyat. Lalu kusapi dengan lembut seluruh permukaan pentilnya dengan lidahku. Sementara itu tangan kiriku meremas remas puting yang sebelahnya dengan gemas.
Usahaku tidak sia-sia, Cinta semakin terangsang. Ia mulai dibuai kenikmatan yang menyelusup ke sekujur tubuhnya. “Ahhh… kakak Cinta ga tahan…” erangnya.
“iya sayang… kakak masukin sekarang yah… tapi kamu tau sendiri kan tongkol kakak jauh lebih besar dari punya pacarmu itu… jadi tahan yah kalau agak susah masuknya…” bisikku perlahan lahan takut anak SD itu mendengar.
“iya kak, justu Cinta sekarang jadi penasaran…” bisiknya juga.
Tanpa pikir panjang aku mulai menyelusupkan tongkolku secara perlahan. Benar saja karena selama ini tamunya adalah barang milik anak SD maka lubang kenikmatan Cinta masih teramat sempit.
“enak sekali kak… masukan lagi terusssss…” pinta Cinta. Tangannya lalu meraih tongkolku dan memapahnya untuk masuk semakin kedalam. Semakin dalam jepitan dinding memiawnya makin terasa. Sungguh luar biasa. Ia mulai bereaksi seakan memilin milin. Kontaksinya semakin hebat. Dan tanpa terasa tongkolku sudah masuk seluruhnya ke dalam memiaw.
“ahh… memiawmu enak banget Cinta… kenapa nggak dari kemarin kamu serahkan memiawmu…” tanyaku.
“Cinta tidak akan menyerahkannya tanpa persetujuan pacarku kakakku sayang… ahhhhhh…” jawab Cinta di sela sela kenikmatan yang semakin dalam.
Sementara itu Nando terus menyaksikan pergumulan pacarnya dengan kakak iparnya itu. Terselip rasa bangga di dirinya karena Cinta baru mau bercinta dengan orang lain setelah dapat persetujuan pacarnya. Namun apa mau dikata, apa yang sedang ia lihat membuat Nando tersulut gairahnya kembali. tongkolnya yang mungil bangkit lagi.
“sayang… aku ingin lagi…” ujar Nando pada Cinta.
Pernyataan nando itu membuat percintaanku dengan Cinta terhenti sejenak.
“kesinikan tongkolmu sayang biar aku kulum aja…” ujar Cinta. Seperti seorang budak yang patuh pada majikannya, Nando menghampiri Cinta dan mengarahkan tongkolnya ke wajah Cinta. Lalu Cinta mengulumnya dengan lembut. Sementara aku kembali menyerang vaginanya. Semakin lama semakin kencang.
“aku udah ga tahan kak… ahhhhhhhh…” erang Cinta disela emutannya ke tongkol Nando.
“kakak juga sayang… tahan sebentar…” ujarku. Lalu semakin kupacu serangan tongkolku. Sesaat ketika kurasa cairan kenikmatan hampir ke ujung tongkolku lalu segera kucabut tongkolku dari memiaw Cinta. Lalu kuarahkan tongkolku di atas muka Cinta dan kokocok dengan kencang.
“crrooootttt… crooootttt…” air pejuhku membanjiri muka Cinta. Sementara itu tongkol Nando yang sudah lebih dulu dicabut dari kuluman Cinta dikocok cinta di atas toketnya. Dan sepertinya Nando semakin tidak tahan. Sejenak matanya memejam dan tangannya. Dan “crottttt…
Sejenak setelah istirahat dan membersihkan diri, aku segera berpakaian dan setelah berpamitan aku segera menuju kamarku. Tak lupa aku mendaratkan satu kecupan sayang di pipi Cinta sambil mengedipkan mata pada pacarnya yang masih SD itu.
“baik baik ya kalian berdua,” ucapku sambil berlalu.