1 November 2020
Penulis — thealfonso
Eh… aku bahagia sekali. Saat kupeluk tubuhnya, LUkman malah memelukku dan merapatkan wajahnya ke tetekku dan sebelah tangannya menggenggam tetekku.
Aku tahu sebelah tangannya tak mungkin bisa menggenggam tetekku yang besar.
“Kamu mau?” bisikky ke telinganya.
Akutak menunggu jawabannya.
Untuk apa aku menunggu jawabannya, karena sebenarnya aku yang mau. Kukeluarkan tetekku dari belahan lehen dasterku setelah mempreteli kancingnya.
KUnyonyotkan pentil tetekku yang besar ke mulutnya. Cepat Lukmat mempermainkan pentil tetekku. “Huh… ternyata cucu nenek ini nakal juga kataku mencubit sayang pipinya. Lukman terus mengisap- isap dan mebnggigity kecil pentil tetekku membuat aku benar-benar semakin bernafsu. Kok bisa, tanyaku dalam hati. Sudah 11 tahun aku tidak pernah melakukan ini, bahkan selama ini aku merasakan aku sudah mati rasa, kok tiba-tiba aku demikian bernafsu? “Kita ke kamar saja Nek..” ajaknya dan dia bangkit lalu menarik tanganku agar aku bangkit. Setelah aku bangkit, Lukman cepat menutup pintu dan menguncinya sedang aku menuju kamar tidur. Setelah kamar tidur ditutup dan dikunci, Lukman langsung menelanjangi dirinya. Duh… betapa bernafsunya aku melihat kontolnya yang besar dan panjang. Wajar kontolnya panjang, karena Lukman memang orangnya tinggi. “Kontolmu besar sekali sayang” bisikku setelah memeluknya.
Perutku yang gendut menempel pada tubuhnya. Lumman menunduk dan merapatkan bibirnya ke mulutku, lalu dia melumat bibirku dan aku merasakan betapa kerasnya kontolnya di perutku.
Perlahan dia membimbingku ke tempat tidur dan merebahkan tubuhku di tempat tidur. Aku tau Lukman sudah sangat bernafsu dan ingin menusuk kontolnya ke memekku. Tapi pahaku berlaga dan aku menguakkan kedua kakiku selebar- lebarnya, namun lubang memekku juga tak kelihatan. Aku menungging di atas tempat tidur dan Lukman berdiri di lantai. Kutuntun kontolnya untuk menusuk lubang memekku yang sudah basah kuyup dengan lendir dan beraroma mesum. Oh… baru ujung kontol lukman saja menenmpel di lubang memekku, aku merasa sudah melambung di awang-awang yang maha tinggi.
Saat kontolnya ditusuk, ambooooiiiii… aku merasa nikmat luar biasa. Aku merasakan betapa panjangnya perjalanan kontol lukman di dalam rahimku. Aku merasa kontolnya demikian hangat di dalam rahimku. Aku tak mampu berbuat apa-apa lagfi selain merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Lukman terus mengocoknya maju mundur.
Sedang pahaku dan perutku amasih berlaga dan tusukannya itu membuat dadaku yang tergantung ikut terayun-ayun. Aku sudah tak mampu membendung rasa nikmatku sampai aku mendesah- desah dalam jerit kecilku dan aku sudah membuncahkan lendirku yang banyak sekali keluar dari memekku. Lelehan lendir itu terasa pada pahaku sampai ke dengkulku.
Aku sudah keluar dan orgasme dua kali. Tak pernah rasanya aku merasakan orgasme demikian cepat. “Lama lagi sayang… Nenek sudah tak tahan menikmatinya. Ayo keluarkan spermamu yang banyak…” kataku dengan njerit kecilku. Lukman menekan kontolnya jauh ke dalam lubang memekku yang terdalam sampai aku merasakan ujung kontolnya menempel pada bagian tubuhku di dalam memekku yang terdalam.
Dan aku juga tak pernah merasakan itu selama ini dari suamiku. Croooootttttt. Semprotan panjang berkali-kali tarasa demikian hangat dan aku terangkat-angkat dalam nikmatku. Begitu kontol LUkan mengecil dan keluar dengan sendrinya dari memekku, aku langsung terkulai dan terhempas di tempat tidur. Aku mengatur nafasku.
Rasanya nafasku yang tersengal hampir putus, karena gemuknya aku, sesekali aku merasa susah bernafas. “Terima kasih sayang. Aku tak pernah merasakan hal seperti ini selama hidupku,” aku mengakuinya terus terang. Lukman tersenyum.
“Apakah kakek tidak hebat?” dia bertanya. Aku harus jujur. “Kamu jauh seribu kali lebih hebat dari kakekmu,” kataku jujur, walau di hatiku terselip juga rasa berdosa, kenapa aku harus membuka aib suamiku yang sudah almarhum. “Kapan lagi Nek?” Lukman bertanya.
“Kapan saja kamu mau, Nenek pasti mau,” jawabku jujur pula.
“Nanti malam setelah kita selesai jualan ya Nek,” katanya, sembari memakai kain sarungnya dan tertidur di sisiku. Aku menyanggupinya. Lima belas menit dia terlentang di sisiku, aku mendengar suara dengkurnya. Aku yakin dia terlalu menikmati kenikmatan bersetubuh, hingga tertidur pulas. Biarlah dia tertidur pulas agar tenaga pulih kembali.