1 November 2020
Penulis —  thealfonso

Nenek Gendut

Umur aku 52 tahun dan punya dua orang cucu dari anak pertamaku dan satu cucu dari anak keduaku.

Anakku ketighanya sudah menikah.

Aku tinggal tak jauh dari perkebunan teh dan aku membuka warung makanan untuk sarapan pagi dan makan malam. Setiap pagi ada saja orang hotel yang berkantong tipis datang makan ke warungku, bahkan pegawai hotel juga termasuk orang-orang berduit yang mau mencicipi makanan pedesaan yang khas aku jual. Kakakku punya beberapa cucu dan salah seorang di antaranya, tinggal bersamaku setelah dia tamat SMA,

untuk membantuku. Orangnya rajin dan suka menolong dan tidak pernah rewel dalam mengerjakan apapun juga. Lukman berusia 21

tahun, bertubuh tinggi seperti ayahnya dan ubun-ubungku hanya sampai bahunya saja. Kami tinggal di rumah di sebuah ketinggian yang dingin berkisar 2 Km dari warungku. Pukul 21.00 Wib, kami sudah pulang ke rumah yang kecil mungil dan asri. Sebenarnya sejak kedatangan

Lukman, aku sudah tertarik kepadanya, bukan sebagai nenek dengan cucunya, tapi lebih dari itu,

dia memang beroto dan aku pernah membayangkan kalau dia mau menyetubuhiku. Tapi pikiranku itu segera kutepis, karena dia adalah cucu kakakku, berarti dia juga adalah cucuku. Setelah dua bulan tinggal bersamaku, dimana keinginanku semakin menggebu, walau aku sudah setahun hampir tidak haid lagi, mungkin inilah puber ketigaku.

Dan aku meyakini apa yang kuinginkan dan mulanya kutepi,

karean tubuhku yang besar dan perutku yang berlipat karean berat tubuhku berkisar 88 Kg, akhirnya kuyakini, aku bisa mendapatkan cucuku ini. Saat aku membungkuk dan mengambil beberapa bumbu saat itu, aku melihat mata LUkman mengintip buah dadaku yang amat besar dari leher dasterku yang memang longgar. Persis ketika itu aku tidak memakai Bra. Nah ini dia pikirku. Kesempatan bagiku. Tapi bagaimana caranya aku mendapatkan kesempatan itu? Ketika aku mandi sore dan mau berangkat ke warung, selama ini aku tidak sadar, baru aku sadar setelah aku melihat tanda-tanda mencium aroma kretek. Aku rupanya diintip oleh Lukam ketika akui mandi. Jadi LUkman suka mengintipku selama ini. Aroma kretek yang menyengat itu,

membuatku sangat yakin aku diintip. Begitu keluar dari kamar mandi, aku mendapatkan puntung orkok kretek di sebuah sudut dan aku melihat tapak sendal Lukman pada lantai semen yang basah. Dan setelah kuteliti, aku melihat sebuah lubang kecil. Aku tersenyum. Pagi sekali saat mau jualan sarapan ke warung aku mandi dulu, dan aku yakini lagi Lukman mengintipku pula. Sejak sat itu setiap kali di rumah, aku mulai memancingnya.

Aku memakai daster longar tanpa bra dan tanpa celana dalam. Aku ingin Lukman benar-benar bernafsu,

hingga dia mau memperkosaku.

Aku sengaja duduk sembarangan hinga pahaku yang besar, walau berkerut membuatnya keblinger. Benar saja, matanya mulai jelalatan.

Aku mulai memancingnya, walau sebenarnya aku sangat berat memulainya. “Kamu suka ya melihat sesuatu dari tubuhku?” kataku lembut dengan suara gemetar, karena perasaan tak menentu. LUkman tersipu.

“Nenek tau, kalau selama ini kamu mengintip nenek waktu mandi,” kataku lebih lembut lagi dan semakin berani. Secara perlahan rasa grogiku mulai hilang.

“Jadi nenek tau?” katanya agak kemalu-maluan.

“Ya, nenek tau…” kataku lagi. Lukman diam tak mengeluarkan kata-kata apapun juga dan kami sama-sama mempersiapkan bumbu makanan untuk jualan malam hari dan biasanya pukul 17.00 kami sudah berada di warung dan siap- siap.

“Kamu sudah pernah begituan sama perempuan?” tanyaku seperti aku bertanya kepada anak kecil saja.

“Belum” jawabnya singkat. “Lho…”

“Kenapa Nek?”

“Sebagai laki-laki kamu harus tau,”

kataku lagi. Kami agak bebas berbicara, karean rumah kami paling di atas dibandingkan dengan rumah pebnduduk lain dan tetangga kami berkisar antara 50

sampai 70 meter dari tempat kami.

Jika ada yang datang ke rumah kami, kami pasti melihatnya karena kami berada di atas mereka. Lukan tertunduk. Apakah dai malu atau apa akui sendiri tidak mengetahuinya. Kuraih tengkuknya dan kurangkul. Inilah kesempatan itu atau tidak sama sekali, bathinku

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan