2 November 2020
Penulis —  ropek

Ku Goda Adikku

Selepas maghrib, suasana terasa sepi, hanya suara jengkrik dan binatang2 malam yg terdengar mendendangkan nyanyian-nyanyian alam diiringi angin semilir berhembus menerpa daun-daun bambu gemersik di belakang rumah.

Bulan sabit tampak menggantung mengintip dari balik jemari ranting pohon akasia, menghiasi malam yg kian sunyi.

Setelah selesai makan, kami mengobrol sambil nonton tv di ruang tengah, diiringi canda mesra dengan Hardi, walau sedikit sembunyi2 dari anakku. Aku tak mau anakku keceplosan ngomong sama suamiku, jika perbuatanku nanti terlihat begitu mesra dengan adikku, karena anak seumuran dia akn berkata jujur dengan apa yg dilihatnya.

“Ssstt…” sambil bibirku ku majukan ke arah anakku, saat Tangan Hardi menyelinap di bawah ketiakku, meremas lembut bukit kembarku.

“Nggak lihat kok… aku ngaceng lagi nih, mbak…”kata Hardi sambil tangannya tetap meremas-remas

buah dadaku yang perlahan putingnya tegak mengacung, karena rangsangan adikku.

Tangan kiriku kutumpangkan ke atas kemluannya yg menggelembung di balik celananya.

Birahiku perlahan meninggi juga, saat tangan Hardi menyusup dari bawah kaosku memilin -milin puting susuku, dan remasan tanganku makin agresif pada kemaluan Hardi yg kian mengeras bak sebatang kayu, diiringi desis pelan bibirku yg tak bisa menahan letupan rangsangan dari jemeri adikku. Sadar akan situasi yang kurang tepat, lantas aku minta Hardi untuk menghentikan dulu agresinya.

“Ntar aja Har, nunggu Septi tidur, sayang kalau dikeluarin sekarang.. nanti keburu loyo lho…?”

“Habis aku gak sabar, mbak…”

“Tahan dulu sayang.. nanti juga mbak kasihkan semuanya… nunggu dia tidur dulu, nanti kebablasan di sini malah kita yang repot… ya..” pintaku sambil kukecup bibirnya. Perlahan tangannya ditarik dari balik kaosku, septi tampak asyik dengan tv nya sambil membelakangi kami.

Nafsuku juga memang sudah menjalari peredaran darahku, namun kutahan sambil membujuk anakku agar cepat tidur.

“Bobo yuk sayang… ibu udah ngantuk nih…” ajakku pada anakku yg masih duduk depan tv.

“belum ngantuk, ma…” Jawab anakku sambil gelengkan kepala.

“Kan besok mau ke tempat mbah Siti… ayah juga kan di sana… jadi kita bisa berangkat pagi-pagi sayaaang..” rayuku agar anakku mau beranjak tidur.

“Bentar lagi ah… belum ngantuk…” rengek anakku

“Ya sudah nonton sendiri ya.. ibu mau tidur.. om Hardi juga mau tidur… besok kalu septi kesiangan bangunnya, ibu tinggal lho, biar Septi sama om Hardi di rumah…” Siasatku berhasil, Septi berdiri dan pergi ke kamar tidur mengikutiku.

Hardi tampak tak sabar menunggu saat-saat pelayaran mengrungi samudera asmara, sementara dibalik celananya sang adik masih tegang menanti… begitu juga memekku sudah berkedut ingin segera menyambut kedatangannya, ingin segera dielus dan diselami kedalamannya…

sekitar 20 menit kukeloni anakku, dan menahan himpitan birahiku, akhirnya anakku tidur juga, walau belum terlihat pulas. Perlahan ku beringsut dari atas kasur, dan keluar menghampiri hardi yg wajahnya tampak semringah…

“Sudah tidur, mbak…?”tanyanya gak sabar.

“Sudah… kayaknya sudah nggak sabar nih adikku ini..?”Jawabku sambil duduk di samping kiri adikku.

“Tahu aja… habis sakit nih… tegang terus…” sambil menunjuk ke arah penisnya.

“Kaciaannn… sini keluarin… biar gak sakit lagi dedeknya…” Kataku sambil membuka resleting celananya, kulorotin ke bawah, sekali tarik keluar rudal yg tegang dan keras serta berukuran super

mengacung-acung bebas.. tangan Hardi tak tinggal diam.. dia buka ikat pinggang yang melilit dan membuka pengait celana panjangnya lantas diturunin sebatas paha, membuat penisnya semakin nampak jelas makin membuatku horny, dihiasi bulu lebat sampai ke buah zakarnya. Tak puas dengan mengocok… lantas aku jongkok sambil kutarik lepas celananya, kusapu kepala penis yg memerah itu dengan ujung lidahku.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan