2 November 2020
Penulis —  ropek

Ku Goda Adikku

aku pun jd terangsang dan belum sirna sampai sekarang, bahkan aku jg punya ide gila untuk bisa merangsang adikku yg memiliki penis yg besar, dan ingin merasakan kenikmatan seperti yg adikku rasakan tadi.

Aku keluar kamar mandi dengan menampakan sebagian payudara montokku, bahkan lingkaran coklat muda yg menghiasi putingku yg mulai mengeras karena sudah horny semenjak tadi, nampak mengintai dari balik lipatan handukku. Dan paha putih mulusku sengaja kupamerkan untuk memancing libido adik laki-lakiku, yang tak bisa ditutup handuk mungil yg hanya bisa menutup pahaku sekitar sepuluh centi dibawah vaginaku.

“Oh.. kamu Har…” kataku setelah Hardi masuk rumah yang pintunya sengaja tak kututup, dan tampak oleh sudut mataku, bagaimana adikku memandang tubuhku tanpa berkedip. Aku terus masuk kamarku dan memanggilnya.

“Sini Har.. nih kipasnya.. tolong ya.. perbaiki… sayang kalo beli lagi, ini juga belum lama beli.. tapi kok sudah gak hidup…”

Hardi melangkah masuk kamarku, dan aku sedikit menungging, meraih kipas angin yg hendak diperbaiki, dan kuyakin saat ini Hardi pasti tengah melihat bagian intimku yg sengaja kuperlihatkan padanya, walau seolah aku tak menyadarinya. Terus terang aku pun tak pernah menyangka bisa senekad ini, pasti karena aku telah terbakar nafsu sejak di rumah orang tuaku tadi, dan tak punya rasa malu untuk mempertontonkan sebagian auratku pada adikku sendiri.

birahiku terasa bergelora dan ingin ada yg memuaskan hasratku, akal sehat telah tertutup oleh hawa nafsu yg menguasai batinku.

“Mas Bambang kemana mbak, kok gak kelihatan?” tanya Hardi sambil menerima kipas angin yang kusodorkan padanya, seolah untuk menutupi gejolak rasa yg tampak dari wajahnya.

“Mas mu kan lagi bantu-bantu di rumah budhe Siti… lusa kan mau mengadakan acara hajatan perni-kahan anaknya, si Marni…” jawabku sambil berbalik menuju lemari pakaianku dan menurunkan lilitan handukku ke pinggangku. Kubiarkan bagian atas tubuhku terbuka, dan mengambil baju kaos putih tipis dari dalam lemariku, terus kupakai tanpa menggunakan BH di dalamnya. Kubiarkan payudaraku tercetak dari balik kaosku yg tipis, memperlihatkan puting mungil yg tampak tegak mengeras, karena menahan gejolak nafsu yg tengah aku mainkan untuk mencoba memancing nafsu lelaki remaja yang tengah besar-besarnya gejolak birahinya, walau itu adikku sendiri.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan