1 November 2020
Penulis —  Eireon

Sensasi Bercinta Dengan Dosenku Yang Galak

PART 3

SENSASI BERCINTA DENGAN BU TUTI DAN DOSEN LAINNYA

Setelah beberapa kali bercinta dengan Buk Tuti, dosenku yang montok di berbagai kesempatan, membuat aku dapat melampiaskan semua birahi seks ku pada wanita ini. Buk Tuti dan aku bagaikan sepasang kekasih, namun kami berdua tidak menunjukan kemesraan kami pada public. Apalagi di lingkungan kampus. Untuk menjaga reputasi do’i sebagai dosen yang alim.

Demikian pula dengan kejadian ini. Keinginanku yang belum terpenuhi adalah menggenjot Buk Tuti di kampus, sebuah sensasi yang belum pernah aku lakukan dengan do’i. di lain pihak kuperhatikan Buk Tuti tambah hari semakin ketagihan dengan seks denganku. Bahkan dosen killer itu selalu mencari kesempatan untuk bercinta denganku, apalagi saat do’i pulang mengajar dari kampus.

Terkadang sehabis kami berhubungan badan, akumemberikan Buk Tuti sejumlah uang guna membayar sewa kost an nya, biaya hidupnya dll. Buk Tuti seperti telah menjadi gundik ku. Karena kutahu do’i hanya sendiri di kota ini, tanpa dibantu oleh saudara saudaranya. Maka nya selain kecanduan nge sexs denganku do’i juga sayang padaku.

Terkadang membuatku risih. Tapi karena kesibukan do’i mengajar, ditambah do’i berencana mengambil S3, aku bisa melepaskan diri dari do’i, terutama pada pagi dan siang hari. Malamnya do’i bersamaku atau aku yang datang menemani nya belajar di kost an nya. Semua yang kuberi kuanggap sebagai tanda terima kasih ku padanya karena telah mau menjadi selingkuhanku.

Awalnya Buk Tuti tidak mau menerima uang itu, mungkin do’i tersinggung. Setelah kubujuk dan ku rayu, kalo tidak diterima, aku pura-pura marah hingga do’i menerima pemberianku. Malahan sekarang aku memindahkan kost an nya dari tempat yang sempit itu ke sebuah kost an yang cukup mewah. Kiriman dari uang tuaku dan jatah dari usaha orang tuaku cukup untuk memenuhi kebutuhanku bahkan aku dapat membiayai kebutuhan Buk Tuti, termasuk biaya kuliahnya yang cukup mahal.

Selepas menyelesaikan urusan administrasi di biro kampus, aku pergi menuju ruangan Buk Tuti, jabatan Buk Tuti sudah cukup tinggi sekarang, menjadi dosen tetap beberapa mata kuliah dan memiliki ruangan tersendiri di kampus. Aku berinisiatif untuk memantaunya dari luar, sudah hampir 2 jam aku mengawasi hilir mudik ruangan nya terasa ramai sekali karena ada beberapa mahasiswa yang berdiksusi dengannya masalah proposal penelitian, baru ketika menginjak sore terasa sepi dan tinggal beberapa orang saja.

Aku langsung menutup matanya dengan kedua tanganku

“Hei… siapa ini ..??!! Lepas aaah “sungut Buk Tuti terkejut.

“Jangan keras keras honey…” kataku dengan pelan

Mendengar nada suaraku Buk Tuti langsung diam lalu membuka tanganku dan memalingkan ke belakang

“Kamu toh, Brian.. bikin saya kaget… dari mana kamu masuk?” tanya Buk Tuti geleng geleng kepala.

“Ya pintu depan donk “ “Nggak ada yang tahu?”

“Nggak.. orang sudah pada pulang.. paling ada ibu-ibu yang bersihkan halaman tuh. “ “Wuih kamu nakal.. ada perlu apa kesini?” tanya Buk Tuti dengan tersenyum

“Apalagi kalo nggak bercinta denganmu sayang.. “candaku nakal dengan menjawil buah dadanya yang tertutup kemeja putih dan blazer hitam.

“Nakal ah kamu .. “genit Buk Tuti dengan gemas.

“Tapi suka khan?” candaku lagi dengan gemas

“Kamu tunggu sini dulu.. saya mau periksa dulu yaaa ..” ujar Buk Tuti dengan meninggalkan aku namun ketika lewat sampingku, aku langsung meremas pantatnya

“Ssssst.. jangan nakal ah” bisik Buk Tuti dengan tersenyum menggoda

Buk Tuti keluar menuju pintu dan memastikan pintu sudah terkunci dari dalam, kemudian do’i memastikan lagi dengan melihat lihat melalui jendela.

Disaat itu aku memberanikan diri membuka baju dan celanaku hingga hanya mengenakan underwear saja. Aku sengaja bersembunyi di balik lemari besar di ruangan itu

Tak lama kemudian Buk Tuti membalikan badan kearah ku. Kudapati do’i kaget karena tak menemukanku diruangannya. Ketika Buk Tuti tampak bingung dan mencari ku, posisinya pas berada membelakangiku yang bersembunyi di belakang lemari rak buku nya, aku langsung memeluknya dari belakang

“Hahhh.. Ngagetin aja kamu sayang .. “semprot Buk Tuti merasa terkejut. Saat itu pula aku menusukan kontolku yang sudah ngaceng di pantatnya dari belakang namun Buk Tuti belum menyadari kalo aku sudah setengah telanjang.

“Ih.. kok ada yang aneh di pantatku, sayang “celetukBuk Tuti dengan menggoda

“Itu milik mu Buk Tuti sayangg ..” godaku

“Haaah.. nakal ah kamu ..” ujarnya terkekeh nakal.

“Copot deh seluruh baju kamu.. aku ingin melihat keseksian dan kesintalan tubuh mu..” ajakku dengan gemas

“Boleh…” sahut Buk Tuti dengan membuka jilbabnya. Saat do’i lalu kemudian berbalik.. do’i melotot melihatku hanya mengenakan underwear peniskusudah ngaceng mengacung dengan tegak dari balik underwearku.

“Iiihh… kamu buat aku nggak tahan deh sayanggg… ayoo.. sini ..” kata Buk Tuti membuka satu persatu pakaiannya itu dengan tergesa gesa tak tahan nafsunya yang semakin naik seiring melihat penisku yang besar dan ngaceng itu.

Pakaian itu akhirnya terlepas semua dan sisa BH dan Celana dalam warna putih bermotif bunga kesukaanBuk Tuti, dengan pelan pelan, kedua tangannya ke belakang dan membuka kaitan BHnya dan… alamak.. buah dadanya sungguh indah sekali menantang dan menggairahkan, di situlah aku sering bermain dan mempermainkan buah dadanya.

Dengan masih tersenyum kemudian melemparkan bra-nya kepadaku dan kutangkap lalu kucium pada cupnya, tak lama kemudian do’i membuka celana dalamnya, begitu celana dalamnya turun sebatas paha, terlihat rambut kemaluan di vaginanya yang rimbun dan eksotis itu. kemaluannya tampak mulai membasah, dilihat dari bercak di celana dalamnya.

“Ayo sayang… perkosa akuu…?” ujar ku, mengerling pada nya. Melihat itu Buk Tuti menarik tanganku menuju ke kursi kerjanya yang di depannya ada meja lumayan besar.

“Duduk disini sayang…” perintahnya menyuruhku duduk di kursi kerjanya. Dengan wajah mupeng, do’i memandang tonjolan di selangkanganku.

“sini dibukain celana dalam kamu ya..” ujarnya. Tanpa menunggu persetujuanku do’i melepaskan celana dalamku. Hingga penisku yang tegang itu menjulang.

Buk Tuti tersenyum dan mengelus elus batang kontolku. Terus kemudian diurut nya dari pangkal sampai ke kepala nya.

“gede nyaa… panjang lagi… ini yang bikin saya gak bisa lupain kamu..” ujarnya memuji betapa gede dan panjang nya kontolku sambil tertawa nakal.

Buk tuti terus memijit kontolku, tangannya menggenggam batang penisku dan sesekali tangannya satu lagi memainkan buah zakarku.

“Uuhhhh… sayaaangghhh… gelliii ouuhh… “desahku meringis merasakan nikmatnya tangan Buk Tuti mempermainkan penisku.

“Jilaatt sayaanngghh.. seperti biasaaa.. emuuuttt… kontolkuuu, mau khan?” godaku meringis menahan rasa nikmat yang mejalari seluruh syaraf rangsangku.

“Mauu..? “goda Buk Tuti makin nakal dan mulai mengocok batang kontolku.

“Mauuu sayanngghh… hisaaapp uuhhh…” ujarku merem melek.

“pernah saya menolak punyamu sayang ..? di mana pun ada kesempatan ngemut ini, saya lakukan dengan senang hati, silakan duduk sayanggg, akan ku servicepunyamu biar tambah gedhe lagi.. nikmatin aja ya… “pinta Buk Tuti dengan tersenyum menggoda dan nakal sekali, aku mengadahkan kepala di sandaran kursi, kedua kakiku aku pancalkan di kedua pegangan tangan kursi putar itu, lalu Buk Tuti membungkuk di depanku dan memegang penisku yang terasa semakin tegangitu.

Dari lututku, Buk Tuti mulai menjilati pahaku, uuuhh… terasa geli sekali saat lidahnya bersentuhan dengan kulit pahaku. jilatan itu terasa pelan, dan pelan pelanlidahnya menuju ke selakanganku, tangan Buk Tutimasih memegang penisku yang lingkaran tangannya tidak menjangkau besaran penisku, lalu sampai di selakanganku hanya menjilati bagian kepala penisku saja

“Yaaa.. enak Sayannngg.. Mmmhhh… enak sekali.. teruuussss .. “erangku sambil merasakan jilatan lidahBuk Tuti di kepala penisku. Sepintas kulihat tatapan mata Buk Tuti memandangku dengan nafsu tak tertahankan

“Nggak tahan ya sayangg..?? “canda Buk Tuti dengan gemas lalu menuju ke pahaku lagi sebelah kiri menjilati lagi, tak lama kemudian balik lagi menuju ke selakanganku dan memandang penisku yang mengacung tegak. Tak henti hentinya tampak raut wajah sumringah Buk Tuti menikmati pekerjaan nya.

“Sehari nggak ngemut punyamu ini rasanya gimanaagitu…?” keluh Buk Tuti dengan gemas lalu mendekatkan lidahnya ke penisku, tangan kanan yang memegang penisku terlepas dan penisku langsung dilahap dalam mulut do’i.

“Uuuuuh… kamu terlalu bernafsu yaahhh.. biasanya jilat jilat dulu di zakar atau batang.. kini malah langsung ditelan… aaaaaaaauuh.. pelan aah.. sayang.. kamu nakaaal sekali “erangku sambil tersengal sengaldengan tubuh yang terasa menggelinjang.

Buk Tuti tak mempedulikan eranganku. Terus disepongnya penisku lalu dipermainkan dengan lidahnya berulang ulang, lalu dikeluarkan dari mulutnya

“Kamu suka ya diginiin ..?” Tanya Buk Tuti dengan genit

“Jilatin aja dehs sayyyy.. ituuhh.. di telurku sama batang nya” ajakku dengan menekan kepala Buk Tutimenuju ke bawah.

Buk Tuti dengan patuh langsung menjilati buah zakarku dengan lidahnya secara gemas dan membuatku semakin suka dengan dosen cantik ini.

“Uuuuuh.. nikmaaat banget sayyy.. duh.. Kamu makin hari makin nakal saja… “erangku meremas kepala Buk Tuti, ingin rasanya aku meremas remas buah dadanya yang menggelantung dan menggoda untuk diremas. Namun aku menahannya untuk memberikan kepuasan pada Buk Tuti mempermainkan batang dan buah zakarku.

Buah zakarku itu secara nakal diludahi oleh Buk Tutilalu dijilati dengan lidahnya lagi. Buah zakarku menjadi semakin basah, dari bawah aku menggelesot terlihat vagina Buk Tuti yang rimbun itu sudah basah termakan birahi, pelan pelan buah zakarku dijilat dan naik menuju batangku, dengan gemas Buk Tuti menjilati ke atas dengan rakus sampai kepala penisku.

“Kamu kudu muncrat yaaa.. aku pengin nelan spermamu lagi ..” ujar Buk Tuti disela-sela jilatannya yang terasa semakin cepat.

“Tentu sayanggg.. Oh.. cantikuuu.. lakukan sepuasmuuuhh…!!!” sahutku membuat Buk Tutisemakin senang.

Berulang ulang batangku dijilat jilat Buk Tuti sampai basah dan membuatku semakin mengerang dengan gemas. Lalu dimasukan batangku ke dalam mulutnya dan disedot sedot dengan keras membuatku sampai berusaha membenahi dudukku. Setelah aku duduk dengan cara “tidak benar” karena aku telanjang bulat dan kaki masih berada di sandaran tangan kursi putar itu dengan penisku berada di dalam mulut Buk Tuti.

“Sayangkuuu.. jangan keras keras nyedotnya.. yang pelan biar nikmat “erangku terasa sekali sedotan mulut Buk Tuti di batangku terasa ganas. Namun Buk Tuti tidak mengubrisnya, tetap saja mengemut batangku dengan ganas

“Aduuuuuh… nakal sekali kamuuu… awas yaaa “candaku dengan nakal mulai menyelusupkan kedua tanganku memegang kedua buah dada Buk Tuti dan meremasnya membuat Buk Tuti melenguh

“Mmmmmmmffffff… mmmmmm .. “lenguh Buk Tutikarena mulutnya penuh dengan batangku itu.

Lama sekali Buk Tuti mempermainkan batangku dimulutnya, do’i begitu lihai mempermainkan dengan lidah dan giginya, ketika batangku keluar dari mulutnya, batangku dikocoknya dengan cepat berulang ulang, lalu dimasukan lagi ke dalam mulutnya

“Aaaaaaauh… hhhhssss… aaargggg.. enaaaak aaah.. nakaaal nyaa kamuuu.. “lenguhku dengan memajukan dadaku, namun tangan Buk Tuti langsung menahan dadaku dan membuatku kembali merapatkan punggungku ke sandaran kursi putar itu.

Tak terasa lebih seperempat jam Buk Tuti melakukan oral ke penisku dan tanda tanda aku mau orgasme semakin dekat

“Sayang.. mau sampai nih .. “erangku dengan nafas berat dan badanku sudah basah kuyub dengan peluh birahi.

Mendengar aku berkata demikian Buk Tuti langsung mempercepat kuluman di mulutnya keluar masuk, kemudian dikocok di luar dengan cepat

“Saaayy.. aaah… mau sampaaai.. bentar lagiiii aaah.. aduuuuh .. “erangku dengan memejamkan mataku merasakan oral Buk Tuti yang semakin cepat dan rakus

“Ooooooougghhhhh… aaah..!!! “erangku

Kurasa mulut Buk Tuti menyedot kontol ku dalam dalam, dan… aku merasakan orgasme luar biasa, kunaikan selakanganku sehingga batangku ludes dalam benaman mulut Buk Tuti

“Creeeeeeet.. creeeeeeeet… creeeeeet… creeeeeeet “batangku memuncratkan sperman menembak ke dalam mulut Buk Tuti, tak sedikit sperma yang keluar dari mulutnya, disedotnya spermaku ke dalam mulutnya batangku terasa bersih kembali, hanya di buah zakarku masih ada sisa sisa sperma, aku menegang dengan kaku lalu berkelonjotan tak karuan.

Buk Tuti menjilati sisa sisa sperma itu sampai ludes dan tersenyum penuh kemenangan melihatku terkapar dengan penuh orgasme. Aku memejamkan mataku rapat sekali, baru beberapa menit kemudian aku membuka mataku dan tak melihatt Buk Tuti yang semula jongkok di depan ku. Sekarang do’i terlihatmengambil sebuah kursi yang tak jauh dari tempat dudukku.

“Gimana sayang..? enak..? Puas gak dioral?” tanyaBuk Tuti dengan membuka laci mejanya dan mengambil tissue. Do’i terlihat membersihkan sisa muncratan sprema ku di mulutnya

“Pu.. Puas deh.. puas ..” sahutku senang dengan nafas berat dan masih lelah.

Buk Tuti tersenyum nakal, do’i sekarang sungguh nakal dan liar. Otaknya sudah penuh dengan fantasi sexs yang liar. Mungkin karena kuatnya otak nya berfikir hingga membuat libido sexs nya menjadi setinggi ini.

“Bagusss.. kamu istirahat dulu.. butuh minum?” tanya Buk Tuti

“Yaaa.. terserah minum apa saja.. susu juga boleh “candaku nakal

“Iih.. jangan susu dulu.. nanti aja, ngemut susu ini aja nanti” balas Buk Tuti tertawa sambil menolehkan matanya ke arah buah dadanya yang menggantung indah itu. kemudian Buk Tuti berdiri ke arah dispenser dan menuangkan minuman kemudian memberikannya padaku.

Puas dioral oleh Buk Tuti yang di mana kami berdua memadu birahi di ruangan kerja Buk Tuti, obsebsiku tercapai sudah dengan menggumuli do’i di kampus. istilah nya fast sex dan sex after lunch. He he he…

Dosen Killer nan catik ini sudah dalam kekuasaanku dan aku semakin bebas mengerjai Buk Tuti sepuasku, Dengan penuh tawa kepuasan setelah mengoral penisku Buk Tuti mengelus elus batangku lagi, dipermainkan batangku dengan tangannya yang lentik itu, disekanya peluh yang membanjir di wajahnya yang cantik itu.

“nggak tahan saya melihatmu bugil say .. “ajak Buk Tuti dengan langsung memanjat tubuhku yang masih berada di atas kursi itu. Buk Tuti langsung menghujani aku dengan lumatan ganas dan liar, sehingga aku kembali meladeni nafsu bejat Buk Tuti ini, kupegang kepalanya dan kami saling melumat dengan penuh keliaran, tangan Buk Tuti menekan ke dadaku, sedang aku memegang buah dadanya dan kuremas sekuatku

“Bryaannnn… aaaah… aaaah.. teruuuuss.. sayaaaaang.. remeesssss… “lenguh Buk Tuti tak tahan akan remasanku di buah dadanya, nafsu do’i amat liar, aku tak percaya bahwa nafsu do’i sekuat ini. dibalik penampilan nya yang alim ternyata kenakalan dan keliaran Buk Tuti semakin menjadi jadi.

Kami terus saling meraba raba di kursi kerja milik Buk Tuti, dengan bertelepak di sandaran kursi kerja itu Buk Tuti terus menyerbuku, kakiku mancal ke atas meja, Sekarang Buk Tuti menduduki selakanganku. Teriakan dan erangan kami bersahutan di ruangan yang sepi itu.

Tubuh Buk Tuti sudah berpeluh itu semakin rakus, dingin AC dalam ruangan itu menambah gairah kami untuk saling menggumuli. batinku Buk Tuti ingin melampiaskan semua beban emosinya dengan mencapai orgasme, dengan liar dan nakal do’i mundur menggeser posisi duduk nya kemudian memegang batangku dan dikocok lagi agar ngaceng, sedang vaginanya digesek gesekannya kepahaku.

“Masukin yuk Bryann.. saya nggak tahan nih.. pleasee..“ bujuk Buk Tuti dengan mengorek vaginanya sendiri agar melebar. Dengan gemas penisku diarahkan ke vaginanya dan menekan dengan mantap dan tenaga besar

“Uuuhhh… aaaah.. pelaaan aaah.. jangan dipaksa… “keluhku dengan ulah Buk Tuti yang sangat binal dan liar itu, Buk Tuti menggodaku dengan tersenyum

“Kamu ketagihan ama punya ku yaa?” tanya Buk Tuti dengan tersenyum dan pelan pelan menekan ke batangku sehingga penisku masuk ke dalam vaginanya yang becek itu

“Uuhh… sayaaang kuuuu..“ sapaku mesra

“Ya, sayaaang.. enak ya say …?“ goda Marissa Haque dengan gemas

“Iiyaaa hhh .. “balasku dengan gemas

Pelan pelan penisku melesak sampai setengahnya, Buk Tuti meringis keenakan.

“Aaaaauh… hhhhssss… mmmm… “lenguh Buk Tuti dengan bertalu talu

Aku merasakan batangku mulai terjepit luar biasa di vagina Buk Tuti. Menahan bobot Buk Tuti tak seberapa, namun tekanan dan jepitan di vagina Buk Tuti terasa berat juga, apalagi aku belum sempat mengoralnya, Buk Tuti udah minta dimasukin dan disetubuhi

“Ayoo.. sayangg.. turunkan pinggul muu..” ajakku pada Buk Tuti yang juga meringis merasakan besarnya kontolku yang menerobos belahan kewanitaannya.

“begini ya sayyy… ujar Buk lalu melumat bibirku dengan rakus dan langsung menekan pantatnya turun sehingga batangku semakin amblas. Tak terasa aku sendiri semakin kepayahan menghadapi libido selingkuhan ku ini. Nafsunya semakin meninggi semenjak aku sering menidurinya.

Dengan susah payah akhirnya batangku ludes dalam vagina Buk Tuti, dengan penuh tawa menggoda Buk Tuti dengan pelan pelan menaikan pantatnya, kakinya dipancalkan dengan membuka lebar ke sandaran tangan kursi itu, aku menjadi lumayan nyaman dengan posisi do’i yang mulai bergerak menggenjotku naik turun itu.

“Mmmmmmmmmffffffff… aaaah.. mmmmmaaaahhhh.. fffuuuuuuuh “lenguh Buk Tuti merasakan tusukan batangku keluar masuk vaginanya. Gerakan tubuh Buk Tuti tetap saja pelan dengan nafas ditahannya, penisku dibuat keluar masuk dengan lancar walau pelan pelan Buk Tuti menggenjotku.

“Kesalahan fatal sayy.. akibat ngocok penisku aku jadi susah keluar” kataku dengan memegang pinggang Buk Tuti.

“saya goyang yaaa…” ujar Buk Tuti dengan tersenyum dan tetap bergerak pelan pelan memberikan remasan pada batangku

“Oooh… sayang… terusssss… uugghh… enak nyaaaaa. Jepitan punyamu…” timpalku dengan menciumi bibir do’i dengan pagutan ringan. Mendegar itu Buk Tuti menggenjotku lebih cepat sedikit.

“Naaaah.. enak sayaanggg.. enaaak aaah.. yuuuk kita tuntaskan…” ajakku dengan memegang pantat Buk Tuti dan meremasnya lagi

“Yaaaaaaa.. remes sayanggh remassssss… terus bokong kkuuuuu… hhhh… “lenguh Buk Tuti dengan terus bertahan naik turun dengan mantap, gerakannya dipercepat lagi dan kini malah menjadi liar.

“Bu.. aaaaaaaah.. aahhhhhhh.. aaaah “lenguhku menghadapi gerakan Buk Tuti yang liar itu, badannya naik turun dengan liar dan cepat menghujamkan vaginanya di batangku yang tegak perkasa itu

“Ooooohhh… aaaaaaaaah.. biaaar aaaah.. biaaaar ..” teriak Buk Tuti dengan gemas dan nakal.

Kami terus saling memacu dengan liar, genjotan Buk Tuti semakin brutal. Sehingga aku langsung meladeni dengan meremas buah dadanya dengan keras dan kasar, Buk Tuti hanya menanggapi dengan tersenyum dan langsung bergerak lagi dengan menggenjotku secara liar. Gerakan naik turunnya sudah tidak hanya tegak namun kadang miring ke sana kemari, kepalanya mendongak ke atas kemudian dimajukan lagi dan memegang kepalaku.

Gerakan Buk Tuti semakin cepat dan seperti hendak mencapai orgasme.

“Aku hammm.. piiir sampaaai aaaa “ lenguh Buk Tuti dengan suara mulai melemah.

Aku langsung menggerakan pantatku ke atas menyambut vagina Buk Tuti yang menjepit penisku, jepitan vaginanya semakin menyempit, kuremas buah dadanya sekuatnya.

“Bryaaaa… aaaaaaaah.. nggaaaak kuaaaat” teriak Buk Tuti dengan keras dan kurasa tanggulnya sudah jebol, Buk Tuti melolong mendapatkan orgasmenya, vaginanya mengucur cairan deras, dipeluk nya aku dengan erat dan badannya kemudian berkelonjotan. Aku berhenti bergerak karena Buk Tuti sudah melemah dengan cepat, dadanya turun naik habis menggenjotku, matanya terpejam dengan erat.

Kami berdua diam dengan penuh peluh, mata kami terpejam dengan erat. Sepintasaku menoleh, dan… aku menyadari kalo ada sepasang mata mengintip kami dari jendela luar ruangan kerja Buk Tuti yang terbuka sedikit, aku sendiri sedikit kaget. Namun aku membiarkan saja mata itu menonton kami, kepalang tanggung.

Aku mengelus elus punggung Buk Tuti dengan menenangkan

“Puas sayang ..?” tanyaku

Buk Tuti mengangkat kepalanya dan berujar

“Terima kasih Bryan.. saya puaas.. enak banget Bryan sayanghh… yuuuk.. istirahat dulu“ ujarnya sambil beranjak dari atas pangkuanku.

Sementara aku masih penasaran siapa tadi yang mengintip. Ternyata si pengintip masih belum beranjak dari tempat nya. Samar samar aku melihat itu seperti seorang wanita. yang mengenakan kacamata. Posisi Buk Tuti membelakangi mata si pengintip di balik pintu. Hingga do’i tidak tahu kami sedang diintip dari luar.

Aku berusaha tenang. Kemudian aku berdiri dan membersihkan penisku yang penuh cairah cinta Buk Tuti dengan tisue.

Kubiarkan Buk Tuti yang tampak masih menikmati orgasmen nya duduk di lantai yang dialasi karpet. do’i terlihat kelelahan. Posisi do’i yang berada di bawah kolong meja kerja nya itu tidak terlihat dari posisi si pengintip. Kemudian aku beranjak ke arah sudut ruangan setelah sebelumnya aku mengenakan celana dalam dan mengambil pakaianku.

Aku menuju ke ruangan sudut, yang letaknya tidak memungkinkan untuk dipantau posisi si pengintip. Setelah aku mengenakan semua pakaianku. Aku diam-diam berjalan ke arah pintu dan dengan sangat hati-hati kubuka kunci pintu ruangan kerja Buk Tuti.

Setelah terbuka dengan cepat aku membuka gagangnya dan menuju keluar, mengejar si pengintip. Kulihat si pengintip kaget dengan kedatanganku yang begitu cepat tanpa disadari nya. Dan… ternyata wanita itu adalah seorang wanita setengah baya.. berusia sekitar 40 an lebih. Aku mengenali wanita itu…

Entah mengapa Buk Endang ini masih berada di kampus. Padahal kami memulai bercinta pukul setengah 4 sore saat semua mahasiswa dan dosen sudah pada pulang. Dan aku tak menyangka Buk Endang ini sedari tadi megintip semua yang kami lakukan dalam ruangan kerja Buk Tuti. Aku takut juga kalau skandal perselingkuhan ku dan Buk Tuti tercium oleh rekan kerja Buk Tuti dan juga dosen ku ini.

Aku sadar dari lamunanku saat Buk Endang mencoba untuk lari. Melihat itu kukejar dosen itu. jelas dia kalah tenaga dariku, dan dengan mudah aku merengut tubuh nya. Setelah dapat. Kuseret paksa Buk Endang ke dalam WC yang tak jauh dari sana

“apa maksud Bu Endang mengintip intip tadi haaaa..??!! “gertak ku membuat ekspresi wajah marah padanya.

Buk Endang tampak ketakutan. Dan menggigil saat kusandarkan tubuhnya ke didinding kampus.

“kamu telah melakukan tindakan asusila di dalam kampus Bryan.. kamu berbuat mesum dengan si Tuti Khairani ternyata.. saya baru tahu kalian ternyata sering berbuat tidak senonoh. Saya akan laporkan ini pada Dekan… “ancam nya dengan wajah marah tapi bercampur takut.

Terus terang aku ketakutan juga dengan ancamannya, otak ku mulai berfikir.. ya… aku masih menyimpan obat tidur si saku celanaku. Obat ini memang sering kubawa-bawa, buat jaga-jaga jika aku kepingin bercinta dengan wanita lain. Aku berfikir bagaimana membungkam dosen wanita yang satu ini.

“coba saja kalau ibu lapor saya akan…” ujarku. Belum sampai aku bicara kudengar Buk Endang sudah akan berteriak. Dengan cepat aku sumpal mulutnya dengan tanganku. Aku merapatkan tubuhnya ke dinding dan menekannya agak tidak bisa bergerak. Sementara satu tanganku merogoh saku celanaku. Untunglah botol kecil itu masih ada isi nya.

Lalu dengan cepat aku lepaskan tanganku itu dari mulut Buk Endang, karena aku butuh tanganku yang satu lagi untuk menuangkan nya ke tangan yang satu nya. Karena takut jika suara Bu Endang terdengar, maka mau tak mau kusumpal mulutnya dengan mulutku.

“Mpphhh..” terdengar suara Bu Endang disumpal mulutku. Setelah pekerjaanku selesai aku lepaskan mulutku dari mulutnya dan aku bungkam mulut dan hidungnya dengan tangan ku yang sudah kutuangkan dengan obat tidur itu.

Kulihat matanya melotot saat kusumpal. Namun tak lama kemudian matanya melemah sayu diiringi dengan tubuhnya yang melemah dan ambruk ke bawah. Untung nya aku dapat menahan tubuhnya.

Aku menghela nafas… “beruntung rencana ku berhasil”.

Namun saat bersamaan, tiba - tiba Buk Tuti sudah berada di depan pintu WC.

“kenapa Bryan.. loh.. kok kamu berpelukan sama Buk Endang..??” ujar nya sedikit marah mendapati posisiku seperti orang berpelukan dengan Buk Endang

“Bukan sayang.. tau nggak kamu… kenapa aku keluar.. kita diintipin sama dia… maka langsung saya kejar. Ternyata Bu Endang ini sedari tadi mengintip kegiatan kita dan malah dia mengancam akan melaporkan perbuatan kita sama dekan” tuturku.

“waduh.. bahaya..! Kamu sih… ngajak bercinta sembarang tempat “sungutnya kesal padaku. Buk Tuti tampak panik mengetahui apa yang terjadi.

“gak usah itu disesali.. sekarang coba fikirkan bagaimana dengan Buk Endang ini..” ujarku tegas mengalihkan pandangan pada Buk Endang yang pingsan di pelukan ku.

Buk Tuti terdiam saat aku setengah membentaknya.

“kamu apain dia Bryan..? dia gak mati kan..” tanya Buk Tuti sedikit tenang.

“gak lah.. cuma kubuat pingsan saja…“

“saya tadi kaget, kamu tiba tiba saja keluar ruangan saya.. belum sempat tadi saya pake pakaian. Saat mencari kamu saya lihat pintu ruangan terbuka.. saya kaget lah.. saya kira kamu ninggalin saya begitu saja. Makanya saya cepat-cepat berpakaian dan mencari kamu diluar. Trus, tadi saya dengar suara gaduh gaduh di WC, makanya saya kesini” tutur Buk Tuti.

“nah, sekarang kamu udah tau kan… jadi gimana nih.. mau diapain nih Bu Endang ini?” ujarku meminta saran do’i

“Duhh.. saya gak tauu… otak ku buntu nih..” kata Buk tuti tak kalah panik

Aku mulai berfikir keras dan akhirnya mendapat ide.

“gini saja.. Bu Endang ini kan masih pingsan… kita bawa aja dulu dia menjauh dari kampus. Daripada nanti dia keburu sadar disini dan bercerita tentang kejadian tadi pada sekuriti kampus. Saya mau ambil mobil dulu dan bawa ke dekat sini. Nanti saya beritahu satpam bahwasanya Bu Endang mendadak pingsan.

“o.. gitu yah.. terserah kamu lah.. yang penting kita aman dulu.” Ujar Buk Tuti pasrah.

“kamu tunggu disini ya..” ujarku dan langsung bergegas menuju parkiran. Sebelum menuju mobil aku sengaja bercerita pada satpam yang berada di kantor dekanat bahwa aku dan Buk Tuti akan mengantar Buk Endang ke rumah sakit karena mendadak pingsan’

“Iya Brian..?? .. waduh.. mana orang sudah pada pulang lagi…” ujar nya bingung mendengar cerita ku

“apa perlu saya cari bantuan sama satpam lain.. saya telepon dulu ya..?” ujar satpam itu menawarkan

‘ gak usah lah bang.. saya kan sama buk tuti. Kami berdua aja yang langsung antar buEndang ke rumah sakit” tolak ku halus.

“kalau sudah kejadian seperti ini kita harus bertindak cepat bang… biar saya aja dan Buk Tuti yang antar ke rumah sakit pakai mobil saya” ulangku.

“kalau begitu baik nya tidak apa-apa Bryan.. ya sudah.. terimakasih ya.. dan hati hati dijalan”

“ya.. tadi saya dengar Buk Tuti pun sudah mengabari keluarga bu endang juga biar mereka langsung ke rumah sakit”

“oke deh Brian.. tapi ngomong ngomong kenapa Bu Endang mendadak pingsan ..?”

“saya juga nggak tahu bang… saya kan baru keluar ruangan Buk Tuti barusan… habis konsultasi skripsi dengan Buk Tuti… Tiba-tiba tak lama saya keluar Buk Tuti histeris memanggil saya dari ruangannya. Setelah saya susul, rupanya Buk Endang yang tadinya juga berada diruangan Buk Tuti, sudah dalam keadaan pingsan ..

“iya ya.. mana kampus sedang sepi lagi… Baiklah hati hati ya Bryan, eh.. aku pura-pura gak tahu aja ya… mumpung kamu bantuin aku. Karena itu termasuk tanggung jawab kami juga sebagai sekuriti” ujar satpam itu nyengir.

Mendengar itu aku merasa keberuntungan memang berpihak padaku. Karena jika seandainya dia ikut mengantar Bu Endang kerumah sakit otomatis kerjaan dia akan repot. Belum lagi dia meninggalkan pos penjagaan atau memanggil rekan rekannya.

“sip.. aman itu bang. Kalau bisa dosen yang lain jangan tahu juga.. kalau terlalu banyak yang tahu kita berdua juga yang pusing meladeni pertanyaan mereka.. bantu tidak, tapi nanya nya banyak.. ya kan bang” ujarku mencoba mencuci otaknya.

“benar itu brian.. kamu atur aja” ujarnya menepuk pundak ku.

Melihat satpam kampus sudah bisa ku kelabui maka ku pun pamit untuk menjemput Buk Tuti dan Buk Endang di ruangan C, yakni ruangan kerja Buk Tuti. Aku pun membawa mobil ke arah kamar mandi. Disana Buk Tuti sudah menunggu dengan raut cemas.

“lama banget kamu Bry.. untung gak ada orang kesini .. “sungutnya.

“santai say… tadi aku lagi mengelabui satpam. Biar dia gak ikut dan gak kesini. Pokoknya semua sudah aman. Sekarang mari kita bawa dia ke dalam mobil” ujarku.

Aku membuka pintu samping belakang mobilku. Lalu aku menggendong Buk Endang yang masih tak sadarkan diri dan meletakan tubuhnya di jok belakang mobilku. Karena cuma ada dua jok dalam mobilku ini.

Buk Tuti mengawasi dengan wajah was was, do’i tampak gelisah dan melihat kiri kanan, mengawasi dan memastikan tidak ada orang yang melihat aku memasukan Buk Endang ke dalam mobilku. Setelah semua beres aku memberi isyarat pada Buk Tuti agar masuk ke mobil.

“bentar Bry.. saya kunci dulu kantor saya ..” ujarnya tergesa gesa masuk kedalam ruangannya. Tak lama kemudian Buk Tuti keluar membawa tasnya dan mengunci kantornya. Setelah itu do’i langsung masuk ke dalam mobil dan duduk disampingku.

“mau kemana kita bawa dia Bryan? “tanya Buk Tuti cemas.

“yang penting kita keluar dari kampus dulu baru kita fikir..” ujarku sambil menjalankan mobil beranjak keluar meninggalkan kampusku.

Sesampai di jalan aku dan Buk Tuti berfikir mau kemana dan mau diapakan Buk Endang yang masih pingsan itu.

“bawa ke rumah aku aja sementara say..” ujarku masih berfikir.

“trus mau diapain disana? “tanya Buk Tuti bingung

“kita paksa dia agar tidak membocorkan apa yang dia lihat tadi” tambahku sekenanya.

“Trus mau kamu apain? Kamu siksa? biar dia tidak mengadu.. percuma Bryan.. dia pasti bakal ngadu ..” ujar Buk tuti kesal.

“Benar juga ya.. atau gini.. kita buat kita dan dia sama-sama memegang kartu. Kalau dia ngadu kalau tapi nggak ada bukti juga gak ada yang percaya..” ujarku. Sontak aku dan Buk tuti berpandangan. Untung lah pada saat aku memapahnya ke mobil Buk Tuti ternayata mengamankan tas Buk Endang.

“saya periksa hp nya..” ujar Buk Tuti mengerti maksudku, Buk Tuti memeriksa tas Bu Endang. Didapati nya 2 buah handphone. Satu berkamera satu tidak berkamera. Buk Tuti membuka HP Buk Endang yang berkamera dan tampak memeriksa isi HP Buk Endang.

“saya sudah liat semua file di menu video nya.. gak ada kok rekaman dia tadi.. tapi biar lebih aman aku cabut aja memori HP nya..” ujar Buk Tuti dengan cekatakan mencabut memori HP Buk Endang dan memasukan ke dalam tas nya. Terkadang aku kagum juga dengan kepintaran do’i

“Trus, kita apakan dia?” ujarku meminta saran.

“bawa aja kerumah kamu dulu, baru nanti kita fikir” ujar Buk Tuti.

Aku fikir benar juga. Kalau seandainya Buk Endang ini sadar di mobil saat kami masih berjalan bisa repot jadinya. dia pasti akan berteriak minta tolong. Kalau dirumahku yang besar jeritanan nya bakal gak kedengaran dari luar. Persis kejadiannya sama saat aku memperkosa Buk Tuti pertama kali. Aku menjadi tersenyum sendiri mengingatnya.

Aku pun membelokan mobil menuju arah rumahku dengan kecepatan tinggi. Buk tuti sendiri masih mengawasi Buk Endang dan untungnya Buk Endang itu masih tertidur.

Sesampai dirumah aku membuka pagarku berikut garasi, lalu memasukan mobil kedalam. Setelah menutup kembali garasi.

Aku dan Buk Tuti keluar dari mobil, dan aku memondong tubuh Buk Endang ke dalam rumahku. Buk Endang kubawa ke dalam kamarku dan membaringkannya di ranjang.

Aku dan Buk Tuti berpandangan. Bingung apa yang akan kami perbuat.

Kemudian terlintas sebuah ide di otak ku, namun Buk Tuti tak boleh berada dirumah. Setelah lama berfikir aku mengutarakan pada Buk Tuti.

“Buk.. bagaimana kalau saya telepon kawan saya di sekitar rumah, lalu saya bayar dia, gunanya kita suruh dia tidur disamping Buk Endang ini seolah – olah mereka berselingkuh. Nanti kita foto mereka saat tiduran dan aku cetak.. Lalu saat Buk Endang sadar kita perlihatkan foto itu dan kita ancam kalau dia mengadukan perbuatan kita di kampus tadi, foto-foto dia tidur bersama temanku itu kita sebar di internet..

Buk Tuti hanya mengangguk angguk

“kamu memang licik Bryan..” ejek nya sinis. Mungkin dia merasa ingat saat aku menjebaknya untuk tidur kali pertama. Tapi do’i sampai sekarang tak sadar bahwa aku membiusnya bercampur obat perangsang hingga do’i menyerahkan keperawanan nya padaku saat itu.

“Lha.. Cuma cara ini yang bisa membuat nya bungkam bu..” ujarku.

“terserah kamulah.. kepala saya sudah pusing dan bingung memikirkan ini” ujarnya pasrah.

“tapi kalau bisa Ibu jangan ikut serta. Jadi biar seolah olah saya yang jadi tumbal. Saya yang memeras. kalau Buk Endang tahu. Hubungan Ibu dan Buk Endang jadi makin tidak enak.

“Iya sih.. Buk Endang ini kan dosen senior.. jadi saya pura-pura tidak tahu saja agar kedepan nya urusan saya lancar” ujarnya mengalah.

“benar… ibu pura-pura tidak tahu saja saat dia tanya saat sadar.” ujarku berbinar. Kata kata ku tampaknya termakan oleh Buk Tuti

“jadi sementara saya telepon teman saya, Ibu dikamar lain saja ya.. jangan sampai terlihat oleh Buk Endang kalau Ibu berada bersamaku dirumah ini.” Bahasku.

“kalau gitu saya pulang ke kost an sajalah.. pake taksi.. sambil ganti pakaian dan mandi… nanti kalau udah selesai kamu mesti kasih tahu saya..” ujar nya

“sip..” ujarku dengan mata berbinar.

“tapi kamu nggak ada niat bercinta dengan dia kan..?” selidik Buk Tuti curiga

“Ya elah sayangku… mana mungkin aku bercinta sama wanita yang udah mau jadi nenek-nenek kayak dia..??” ujarku tergelak dan pura-pura menepuk jidat sendiri.

“udah alot tau.. “ejeku Disambut tawa Buk Tuti.

Kami berpelukan erat… Setelah itu aku menelepon taksi untuk menjemput Buk Tuti, kekasih ku itu. Buk Endang yang masih pingsan itu kami biarkan terlentang di kasurku. Sambil menunggu kedatangan taksi, aku dan Buk Tuti menyempatkan untuk bercumbu. Pertama sebatas berpelukan dan french kiss. Kemudian karena gemas kulorotkan celana panjang nya dan jari ku meremas dan memijit daerah kewanitaannya

“iihh… hhhh.. ssshhhh.. nakal kamuuu Briannhh… Auuuuuhhhh…” desah Buk Tuti sambil terus menciumi dan menghisap mulutku. Tangannya dirangkulkan ke ke leherku dengan manja.

Setelah beberapa saat handphone ku bedering, rupanya supir taksi sudah berada di depan rumahku.

“Sial.. cepat banget datangnya taksi sialan itu..!” umpatku. Buk Tuti terseyum geli mendengarnya.

“kamu masih nafsuu aja say..”godanya

“sama kamu nafsu ku gak akan habis habisnya say..” ujarku balas menggoda.

Aku pun menaikan kembali celana katun nya, sebelumnya aku yang berposisi menunduk meraih celana nya dan menaikan nya keatas, saat wajahku berada di selangakannya dengan cepat kukecup vaginanya yang masih tertutup celana dalamnya itu hingga Buk Tuti kaget dan terpekik kecil

“iihhh… nakal.. kaget tau..” ujarnya mengangkat tubuhku hingga berdiri dan langsung kupeluk lagi do’i

“gitu aja udah basah ..” ujar menggoda. karena kuperhatikan tepat di lobang kenikmatannya itu tercetak cairan cintanya yang sungguh menggoda.

“Ihh.. nakal kamu gak habis abis ya… nanti malam ya say.. kita bercinta lagi ..” ujarnya tersenyum nakal

“saya pulang dulu.. kasian supir taksi nya kelamaan diluar…” tambahnya bergegas berbenah.

“ya say.. kalau supir taksi nya macam macam telepon aku ya..” tegurku

“gak lah say… kalau macam macam sama aku, aku menghajarnya duluan” ujar Buk Tuti tertawa.

Kemudian kami keluar dari kamar menuju pintu depan. Disitu aku lepas kepergian Buk Tuti hingga teras dan taksi itu pun melaju meninggalkan rumahku.

Aku kembali masuk kedalam rumah dan menuju kamar. Kuperhatikan tubuh Buk Endang yang terbaring di ranjang tidurku. Dosen setengah baya itu terlelap pulas, kuamati lekuk tubuhnya dengan dalam, Saat itu posisi rok span nya yang panjang nya selutut itu terbuka hingga kepangkal pahanya. Hmmm… Rupanya paha Buk Endang putih juga mulus…

Buk Endang ini adalah salah seorang dosen senior di jurusan dan fakultasku. Usia nya kutaksir sekitar 35 tahunan. Bodynya masih cukup montok dan bahenol. mungkin karena sudah bersuami. Kesehariannya beliau mengenakan pakaian tertutup dan jilbab seperti Buk tati. Buk Endang ini orang jawa berkulit putih mulus, dan yang seperti khasnya, ayu tenan…

Lama kelamaan aku menjadi tergoda juga untuk melihat lebih jauh sesuatu di dalam roknya itu. tungkai pahanya padat dan mulus. Kuperhatikan di wajah ayu nya itu ada tahi lalat kecil di bibirnya.

Aku mendekat ke arahnya dan perlahan kulepas jilbabnya. Nampak wajahnya yang ayu, walau sedikit berkeriput karena usia.

Mataku tak bisa berpaling ke arah paha putih nya yang tersingkap itu, aku tergelitik, rasa penasaran membuatku aku menaikan rok spannya keatas hingga sebatas pusarnya. Tampak sepasang paha Buk Endang yang putih… Selangkangan nya ditutupi celana dalam berwarna biru muda. Perlahan kuelus pahanya dari bawah, betis, lutut hingga kepangkal paha nya.

“wah.. masih kencang juga kulitnya” bathinku. Elusan tanganku sampai diselangkangan nya dan aku memijit bagian indah pada kelamin nya. Tubuh Buk Endang bergerak sedikit. Lalu kulanjutkan rabaanku ke bagian atas, kepusar dan di buah dadanya. Sesampai disana aku meremas pelan buah dadanya.

Buah dadanya ternyata cukup besar dan kencang. Aku meremas nya beberapa kali hingga kemudian aku melepaskan semua kancing bajunya dan melepaskan bajunya.

Buk Endang mengenakan BH berwarna hitam. Kemudian rok spannya yang sudah terangkat sebatas pinggang itu pun aku lepaskan, hingga sekarang Buk Endang terbaring hanya mengenakan BH dan celana dalam saja.

Kuraba lekukan tubuhnya, walau sudah memelar karena usia, untuk ukuran seusia Buk Endang, kulitnya masih kencang dan terawat. Diakhiri dengan kecupanku dibibir nya, terbayang oleh ku, saat aku membiusnya aku sempat mencium bibirnya agar tidak berteriak

Selanjutnya aku menjelajahi bagian leher Buk Endang dengan lidahku, aku mengecup leher nya dan memainkan lidahku di telinga nya. Lama kelamaan kurasa tubuh Buk Endang bergerak, pertanda do’i hampir sadar.

Melihat itu segera kujalankan rencanaku. Aku beranjak dari atas tubuh nya dan mengambil handycam. Kuletakan handycam itu di sebuah kursi yang lensa bidikannya mengarah ke ranjang. Setelah kuperiksa dan pengambilannya pas, aku menekan tombol rec untuk merekam kegiatan ku, kali ini dengan Buk Endang, dosen setengah baya yang hendak aku tiduri.

Setelah itu aku membuka semua pakaianku hingga telanjang. penisku sudah mengancung tegak, siap mencicipi lobang vagina Buk Endang, mangsaku berikutnya. lalu aku melihat ke kamera, setelah setelan nya pas, aku menuju ke ranjang dan menggumuli Buk Endang yang hampir sadar itu.

“Ummhh.. hhhhh..” terdengar desahan Buk Endang saat aku mencumbunya dengan buas. Tanganku masuk kedalam cup BH nya meremas remas dengan kasar payudaranya yang terasa montok dan kenyal itu.

“uuuuhhh.. mmhhhmh…” desahnya saat aku mulai menetek di payudaranya. Sementara tanganku yang satunya meraba dan mengelus elus tepat di kemaluannya.

Tubuh Buk Endang makin liar dan terasa dia memelukku dengan kuat. Tubuh nya terasa menggeliat geliat membuat ku makin birahi untuk terus mencumbui nya

“ohhh.. ohh… siapaa iniihh.. oohhhh.. ‘ desahnya. Kuhentikan aktifitasku dan melihat ke wajahnya.

Tampak Buk Endang kaget dan berteriak tertahan. Tapi dengan cepat kulumat bibirnya dengan mulutku. Setelah itu aku melepaskan pagutan ku dan dengan sigap aku membekap mulut Buk Endang dengan tanganku.

“dasar… bajingan kamu… Bryy… hentikaaaaaan… ibu mohon… aaaaaaaaahhhhh… Ibu gak mau Briaaa… ini dosa… aaaaahhhhh…” teriak nya berusaha berontak dari dekapan ku.

“Percuma berteriak Bu.. nikmati aja.. aku tahu ibu kepengen bercinta dengan saya… Saya juga nggak tahan nih Bu… kepingin ngentot ibu sejak di WC tadi. Sebentaaar saja, Bu.. ”. ujarku tenang,.

“Tidaakkkk..!!!! lepasskan akuu Briannn..!!!” ujarnya berontak namun kutahan tubuhnya kebawah hingga Buk Endang kembali jatuh ke ranjang kutindih tubuhnya. ciumanku merangsek ketiak dan bagian tubuh nyayang lain. Aku tak peduli Buk Endang menjerit jerit minta dilepaskan. Tetapi teriakan dan berontakan nyasia-sia.

Buk Endang tampak terus berusaha berontak danmenggeliat. Tapi aku menindihnya dengan kuat. Kemudian tanganku sekarang meremas remas mangkuk buah dadanya yang masih tertutup BH itu. tubuh Buk Endang menggelinjang hebat saat kuremas buah dada nya. Tangan ku terus mengaduk buah dadanya dan sekarang aku menaikan cup BH nya keatas hingga buah dadanya tersembul keluar.

“Iiihhh… Jangaan lakukaan Briannn… iiihh… Ibu mohon hentikaaann Ooohh.. Briaanh..” desah nya megap – megap saat ku urut buah dada nya.

“gak usah melawan.. nikmatin aja kenapa.. jangan bohongi birahimu bu..” bisik ku ke telinganya.

“Oooohh… mmphhh… sshhh… Ohhh… Briiaannhh.. Sshhh…” Desahan manja dan pasrah terdengar dari mulut Bu Endang. Kurasa dia berusaha menahan rangsangan yang sedang melanda nya. Lama kelamaan perlawanan nya mengendur hingga membuatku leluasa menjamahi buah dada nya yang lumayan besar itu.

Cukup puas menggarap payudaranya kini akumerangkak menuju perut Buk Endang. Aku melanjutkan menjilati udel nya. Buk Endang yang tampak sudah mulai pasrah itu membiarkan aku terus mencumbui tubuhnya. Setelah kurasa perlawanan nya berhenti, tanganku mulai melepasi BH hitam nya yang cup nya sudah terangkat keatas.

Payudaranya membetot keluar, sudah sangat menggunung. Payudara Buk Endang lebih besar dari punya Buk Tuti, namun memang sudah agak lembek dan turun, tidak sekencang punya Buk Tuti. Tapi itu cukup untuk membuat nafsu birahi ku menjadi makin kesetanan. Kemudian dari jilatan dan sedotan ku diperutnya kuarahkan cepat beralih mengenyot buah dada Buk Endang yang sudah keluar dari BH yang telahberantakkan ikatannya.

“Bryaannh.. Ohhh.. Bryannhh.. Uhh… “dia terus mendesah sambil memejamkan mata

“Ibu menggairahkan sekali bu… tenang.. nikmati aja…” ujarku. Buk Endang tampaknya sudah mulai tenang dan membiarkan aku terus mencumbunya

“Tapi Bryan… kamu gak boleh sepeti ini pada Ibu… saya ini dosenmu uuhhh …” desahnya. Aku tak memberi dia kesempatan. Tapi dia menolak aku yang terus mencumbunya

“hentikan Bryaaan.. jangan aaaah… ibu mohon jangaaannn…” rintih Buk Endang.. Dia hanya melarangku dengan kata – kata nya yang bernada marah tapi dia tak melawan bahkan tangannya diam tak berusaha mendorong tubuhku lagi.

Melihat itu perlahan kucoba menurunkan celana dalam biru muda yang masih melekat melindungi auratnya

“stoooopppp.. hentikan ini Bryan… kamu jangan kurang ajar sama Ibu.. aaaahhh… aaaahhh… hentikanBry!!! aaaahhh” kudengar nada kata katanya yang tadi seperti orang marah ternyata sekarang berubah menjadi lirih dan diiringi dengan desahan desahannya yang membuatku semakin bringas dan liar menetek di payudaranya.

.” aaahhhhh.. Ohhhhhh..” desah Buk Endang mengerang kenikmatan. Buk Endang membiarkan aku melorotkan celana dalamnya. Hingga dosen paruh baya itu telanjang bulat bersama ku sekarang. memejamkan mata sambil mendesah dan tapi sempat juga melarangku melakukan itu.

“Bryan… jangan… Bry… aaaaahhhhh… ini perbuatan dosaa… aaaahhhh… sekali lagi… ibu mohon… jangan lakukan ini ..” ujar Buk Endang mengatur nafas nya. mata nya menatapku dengan pandagan sayu. Masih juga dia malu –malu, mungkin malu karena dia berhasil kutelanjangi.

Aku menatap sejenak Buk Endang yang telanjang bulat dihadapanku, tubuhnya putih, susuya mencuat tegang walau sudah agak turun, pinggulnya agak lebar dan perutnya sedikit berlemak. Dosen ini memiliki sepasang paha yang padat dan besar. Dan bulu kemaluannya tercukur rapi. Ada sedikit lemak di pinggir pangkal pahanya.

“mari kita bercinta Buk Endang.. saya akan praktek an apa yang saya lakukan dengan Buk Tuti tadi dengan Ibu… mari kita lakukan Bu..” ujar ku menatapnya penuh nafsu. Tubuh nya yang montok walau berusia setengah baya memang membuatku gegitu bergairah dan penasaran melesak kan kontol ku kedalam vagina nya.

“Bryan… ibu ini hanya wanita tua berumur 40 tahun an… tak pantas… kau perlakukan ibu sperti ini… hentikan… hentikan Brian… Sebelum kita berbuat lebih jauh” pintanya memohon dengan nafas tersegal segal. Aku menangkap nya sudah bergitu bernafsu namun masih gengsi menunjukan nya padaku.

Aku tidak mengacuhkan nya.

“gak usah pungkiri bu.. saya tahu ibu sudah bernafsu.. saya bisa lihat titit ibu sudah basah tuh …” godaku sambil melirik pada kemaluannya yang sudah mengeluarkan pelumas di daerah kewanitaan nya. Kontan saja wajah Buk Endang memerah menahan malu.

Tanpa persetujuannya aku mengangkangkan kedua kakinya. Buk Endang coba menahannya. Tapi karena hal itu tidak dia lakukan sungguh-sungguh maka dengan mudah ku lebarkan kedua pahanya itu. sekarang kemaluan Buk Endang tersaji didepanku. Tampak kemaluannya yang bulu nya tercukur rapi itu sudah basah dan siap untuk disodoki kontolku.

Buk Endang memalingkan wajahnya dari ku, tapi dia membiarkan aku membuka pahanya. Buk Endang sekarang tampaknya sudah pasrah kusetubuhi.

Aku menyejajarkan batang kontolku medekat ke belahan kemaluan Buk Endang yang telah pasrah untuk ku setubuhi. Perlahan namun pasti kudorong kontolkumemasuki lubang vagina nya. Sebagai permulaan aku menggesek gesekan penisku ke selangkangannya yang menganga lebar.

“… Ooooooohh Bryaann hhhhh …” terdengar desahan meringis memanggil namaku, namun aku mengartikan nya sebagai panggilan mesra agar aku cepat memasukan kontolku dalam lobang surgawinya.

“Enak kan..? “goda ku.

“Gellyyyy.. hh.. Bryann.. Ohh..” rintihnya manja.

Dan ketika akhirnya ujung kontol ku mendesaki gerbang vagina Bu Endang. Sepintas tampak bibir vagina Buk Endang menebal dan menganga seakan menyambut kedatangan kontolku menembusi nonoknya. Kulihat juga Buk Endang mulai mengoyangkan pantat nya naik turun dan berputar cobek seakan tak sabar menunggu dan menangkap kontolku

Aku merasa Buk Endang melakukannya dengan naluriah, dan sekarang pasti minta segera kusodoki. sudah demikian kegilaan menunggunya.

“Buk Endang… anda memang STW yang menggairahkan…” bathinku

“maafkan aku Buk Tuti, ini bukan salahku,” dalam benak ku

Aku mulai menekan pinggulku hingga kepala kontol ku masuk menyeruak membelah lobang vagina Buk Endang.

“Blesss..” tanpa kesulitan kontolku berhasil amblas dalam liang kenikmatan Buk Endang

Diiringi dengan ringisan dari mulut Buk Endang, vaginanya menelan seluruh batangan kontol ku,

“aaauuuuuuhh.. “rintih Buk Endang sambil memejamkan matanya saat kontol ku berada dalam jepitan vagina nya, Aku dilanda gelinjang nikmat yang sangat dahsyat. Buk Endang terdengar lagi mendesah dengan hebatnya. Dan lebih konyol lagi, sekarangpantat Buk Endang yang malah bergoyang naik turun untuk menjemput kontol ku hingga terus menembusike liang lebih dalam lagi, Buk Endang menggoyangkan pantatnya seperti “ngebor”, memutar pantat ke kanan dan ke kiri, serasa melumat batang kontolku untuk menggaruk dinding vagina nya yang pastinya sudah sangat gatal.

“Oocchh, Oochh.. ampuni aku Mas Dibyoo.. Uhhhh… “terdengar teriak kecil Buk Endang, membuat aku menghentikan sejenak genjotan ku.

“siapa Mas Dibyo tu bu ..?” ujarku pura-pura tidak tahu. Karena kurasa itu adalah nama suaminya. Namu aku terus menggejotnya dengan penetrasi cepat hingga Buk Endang menjerit jerit kenikmatam.

“… aaaaahhhhh… aaaaahhhhh… aaaaahhhhh… oowwwwhh diam… Kamuuu.. hh..!! jangan banyaakk tanya kammuuu aaaaahhhhh.. genjot ajaaa.. occhhh.. enaakk.. oohh…” jerit Buk Endang terus menggoyang pantatnya mengaduk kontol ku. Kurasa dia malu saat keceplosan menyebut nama suaminya. He he he…

Aku faham sekarang Buk Endang telah berada di wilayah kenikmatan birahi nya dan tak mungkin berteriak-teriak kalau tidak merasa kenikmatan sepertiitu. Kontolku mulai ku pompa secara teratur dan cepat menembusi nonok nya. cairan birahi yang mengucur di dinding rahim nya tak lagi bisa menyembunyikan hadirnya nafsu birahi nya.

Bahkan kini Buk Endang benar-benar menggoyang-goyangkan pantat nya makin liar hingga kenikmatan menimpa diriku. Dari mulutnya terdengar racauanmenyemangati ku.

“Teruzzss Bryannhhh… Oohh.. terusszz… Oohhh… enhhaakk… oohh.. terusszzhh” dari mulutnya secara spontan.

“Bu, enak sekali ya, Bu… Bu enhaakk, yaa..”, balaskusambil menahan birahi ku yang sudah demikian tak terkendali. Aku merasakan enak dan nikmatnya pemerkosaan ini… Buk Endang tampak mengangkangkan kedua kaki nya lebar lebar seolah memberi ke leluasaan kontol ku keluar masuk nonok nya.

Genjotan kontol ku semakin kuat mengentot kemaluannya. Susu Buk Endang tampak tergoncang-goncang.

“aaahhhhh… aaaaahhhhh… aaaaahhhhh… aaaaahhhhh… aaaaahhhhh… aaaaahhhhh… aaaaahhhhh… aaaaahhhhh… aaaaahhhhh…” rintih Buk Endang saat tubuh semok nya ku genjot dengan penetrasi cepat. Rupanya dibalas Buk Endang dengan begitu liar, pantatnya digoyang kan nya seakan melumat kontol ku yang berada di dalam nonok nya.

Sekarang baru keluar aslinya Buk Endang. Dosen senior itu bagai kehausan sex yang amat sangat. “Brryy aann.. cium akkuuu Occhhhh…” ujar Buk Endang meminta ku menciumi bibirnya. Kami pun saling melumat dengan ganas yang disebabkan gelombang dahsyat yang menerpa birahi kami. Dan kini aku merasa seluruh urat dan otot-otot vagina Buk Endang meremas kontolku dari dalam.

Kulihat mata Buk Endang melotot, tangannya tampak berusaha menggapai dan meremas alas kasur. Vagina nya terasa makin mencengram kontolku. Tubuhnya menegang dan bergelonjotan. Goyangan pantatnya makin liar dan tak beraturan

“ooooh.. ooh… oooh.. iiihhhh..!!!!” jeritnya tertahan. Aku yakin Buk Endang sudah mencapaiorgasme nya. Matanya membeliak-beliak menahan dera nikmat, Dan kurasa Buk Endang menggigitipundak ku..

Aku mendapatkan pengalaman nikmat macam ini dari seorang dosen setengah baya yang ternyata amat hot di ranjang.. Buk Endang kini menjadi buas dan kehilangan perasaan malu. Kudengar Buk Endangmeracau dan mengeluarkan ucapan-ucapan yang sangat seronok dan kotor yang seharusnya tidak keluar dari mulut nya.

Aku menjadi terdorong, nafsu birahiku yang menggelegak hebat mengucapkan nikmat luar biasa sambil merintih. Dan berbareng dengan itu, Akusemakin keras dan cepatnya memompa nonok nyahingga kudengar suara bijih pelir ku yang memukul-mukul bawah nonok Buk Endang.

“Uuooooohh…” jeritku menyusul menyemprotkan air mani ku ke dalam nonok Buk Endang. Sperma ku menyemprot rahimnya beberapa kali.

“… aaaaahhhhh… aaaaahhhhh… aa… aaaaahhhhh… aaaauuuuuhh…”

Kudengar Buk Endang melolong bersamaan semprotan benihku memenuhi rahim nya. Aku tak bisa bayangkan lagi betapa banyak spremaku menyemprot lubang kemaluan Buk Endang. Air mani dan cairan birahiku membusa meleleh keluar membasahi pangkal pahanya. Dan akhirnya semua berhenti.

Kami mengatur nafas, terengah engah menikmati orgasme. Buk Endang memeluk ku dengan erat. Kedua kaki nya mengapit pinggulku dengan erat, seolah menyuruhku membenamkan kontol ku di dalam kemaluannya. Aku pun mengeggelamkan kepalaku di buah dada nya yang kenyal.

Setelah beberapa menit, aku bangun dan mengeluarkan batang kejantananku dari dalam lubang senggamanya. Buk Endang merintih dan begidik saat aku mencabut kontol dari dalam lobang vaginanya. Terlihat sedikit air maniku meleleh keluar melalui lubang kemaluannya yang masih berdenyut-denyut menahan kenikmatan.

Aku duduk bersila di atas ranjang dengan menghadap arah memandang wajahnya. Kepalaku sejajar dengan kepalanya yang masih terbaring di atas ranjang itu. Aku meremas dan memilin putting payudaranya.

“tak kusangka mimik Ibu ini masih montok” ujar ku melirik padanya.

Buk Endang membiarkan aku menjawil tetek nya. Dia bangkit dan duduk dihadapanku sambil tangannya membelai rambutku. Terasa seperti suami isteri.

“Terima kasih Brian…” bisik nya lembut, lalu Buk Endang mencium pipi ku.

Aku mengangguk dan tersenyum.

”Bu maafin aku… sekali lagi maaf…” bisiku ketelinganya.

“Gak apa – apa Bryan… kamu itu hebat Brian.. bisa membuat ku begini… kamu buat aku menggelepar Bryan.. kamu pandai membuat ku birahi… trus punya kamu tu gedhe bangeeett… aku puass Bryann…” ucap nya nakal.

Lalu aku kembali mengajaknya berbaring di ranjang, aku tiduran disamping Buk Endang sambil memeluk tubuhnya yang bahenol.

“kalau ibu janji jangan cerita perbuatan ku dengan Buk Tuti di kantor tadi aku janji akan memberi Ibu kepuasan kapan ibu menginginkannya.” ujar ku.

Buk Endang terdiam dan menatap wajah ku.

“Tapi ibu juga harus janji apa kita lakukan ini jangan sampai Buk Tuti tahu..” tambahku.

“iya.. aku janji.. asal.. jika aku butuh kamu, beri aku kepuasan seperti tadi Brian… aku siap melayani kamu.. “puji nya malu malu.

Aku tersenyum dan beranjak dari tempat tidur, begitu Buk Endang menoleh kemana aku pergi ekspresinya berubah menjadi marah

“apa apa an kamu brian..??!! kamu.. kamuu.. merekam kita tadi..?? adduuhh.. bodohnya aku tidak menyadarinya …” umpat Buk Endang kesal.

Aku hanya nyengir dan mematikan kamera ku. Ya!! semua adegan ranjang ku dengan Buk Endang sengaja kurekam, agar kalau dia macam-macam kuacam dia akan mengedarkan video mesum kami

“Untuk jaga-jaga aja Buk.. mana tau Ibu berubah fikiran” ujar ku sekenanya.

Buk Endang langsung bangkit dari ranjang, tapi aku keburu mengamankan kamera ku. Dan dengan cepat membereskannya.

“kemarikan Brian..!! brengsek kamuu.. jahat…!!” ujarnya berusaha merebut kamera ku. Aku berkilah dan mendorong tubuhnya hingga terjatuh di lantai.

“tenang bu… kalau ibu gak macam-macam dengan aku dan Buk Tuti ini aman..” tekanku.

“brengsek kamu,!! Licik..!!!!” bentak Buk Endang marah.

Aku menyimpan kamera di lemari kamar dan menguncinya

Setelah aman aku mendekati Buk Endang.

“ayo mandi Buk ..” ujarku mengalihkan perhatiannya, mendekatinya dan mengulurkan tangan mengajak nya berdiri.

Buk Endang masih menatapku dengan tatapan benci

“jangan sampai kamu sebarkan itu ya Bryan…” ujarnya emosi

“iya.. selagi ibu gak cerita hubunganku dengan Buk Tuti dengan orang lain, apalagi dengan dosen-dosen lain, rahasia ini kusimpan rapat-rapat.. kalau ibu butuh pelampiasan nge sex kayak tadi.. kan tinggal telepon aku. Tapi.. jangan sampai Buk Tuti tahu” ujarku.

Buk Endang hanya terdiam dan berfikir panjang.

“sudahlah.. gak usah difikirin… yang penting tadi kita sama-sama puas kan ..?” bujuk ku

Buk Endang bersungut kesal. Aku tertawa melihatnya.

Kemudian tampak Buk Endang berdiri dan menuju kamar mandi yang ada di kamarku. Kulihat dia masuk kedalam kamar mandi.

Agak lama juga aku duduk dikamar dalam keadaanbugil, menunggu Buk Endang keluar dai kamar mandisambil menantikan tenaga pulih kembali dan sampai jantung berdegup dengan normal.

Kemudian Buk Endang keluar dari kamar mandi hanya dengan memakai handuk menutupi badan bahenolnya. Aku diam saja sambil terus mengawasinya dengan pandanganku. Kemudian Buk Endang tampak memakai pakaian dalamnya dihadapanku.

Jam menunjukkan pukul 17:30 sore. Ternyata di luar hujan turun, terdengar cukup lebat tidak ada tanda-tanda mau berhenti. Sudah jam segitu belum ada Buk Tuti meneleponku. Mungkin do’i sedang bersitirahat di kost nya. Aku kenakan lagi celana dalam ku. tetapi baju tidak kupakai lagi. Karena masih letih, aku duduk bersandar di sofa kamar mengenang peristiwa tadi.

“Gila.. “bathinku.

Hanya dalam hitungan jam aku mengembat dua orang dosen. sebuah kenikmatan badan, apa yang kuidamkan selama ini akhirnya bisa kudapatkan. Aku memang tidak pernah berkhayal bisa bercinta dengan Buk Endang yang notabene sudah tua dan setengah baya itu, namun goyangannya yang hot masih terasa mengebor kontolku barusan.

Jika selama ini aku segan dan takut dengan Buk Endang yang merupakan dosen senior yang begitu berwibawa dan anggun di fakultasku hari ini aku melihat dapat sisa sisa kemolekan tubuhnya yangbahenol, setiap lekuk badannya, payudaranya dan kemaluannya. Semuanya kualami dengan menikmati pemandangan yang mempesona, malah tidak hanya itu, tetapi juga dapat merasakan kenikmatan yang ada pada tubuh itu.

Ketika aku melamun, aku dikejutkan dengan bunyi dentuman petir yang kuat. Aku melihat Buk Endang yang sudah selesai mandi itu sedang tidur tiduran di ranjangku sambil menonton TV. Jam sudah menunjukkan 16.00 sore.

Aku menuju ke arah Buk Endang. Kelihatan Buk Endang telah easy going, tidur tiduran dengan hanya mengenakan pakaian dalamnya saja.

“sebentar lagi kamu antar saya pulang ya..?” ujarnya lembut.

Setelah mandi tampaknya dia sudah melupakan semua perbuatanku padanya

“iya Bu Endang ku” jawabku ringkas sambil duduk disebelahnya dan memandang Dosen ku itu

Buk Endang tetap menonton TV

“diluar hujan.. dingin Brian.. matiin aja AC nya” ujar Buk Endang memecah kebuntuan kami

“iya… tapi kan salah ibu gak pake pakaian..” godaku.

Buk Endang tersenyum nakal. Dengan cepat dipeluk nya aku. Wajah tua nya tersipu malu

“kenapa kamu melakukan ini Brian..? saya kan sudah tua.. tidak menarik lagi.. kenapa kamu masih mau bercinta dengan saya..?“ujarnya sambil menatapku.

Kutatap balik wajah nya. Wajahnya mulai keriput, walau masih tampak anggun dan ayu., Dengan rambut ikalnya yang panjang. Entah kenapa aku bisa terpikat dengan dosen Bersuami di hadapanku ini.

“mungkin karena tubuhnya yang bahenol dan goyangannya yang hot “bathinku,

“aku membelai rambutnya yang keriting itu

“Ibu itu bahenol.. dan masih montok.. ini gara-agar aku lihat paha Ibu saat rok bu tersingkap tadi.. tapi sudahlah semuanya sudah terjadi.. asal ibu ingat kesepakatan kita tadi.. saya bersedia melayani Bu Endang dengan sepenuh hati” ujarku

Buk Endang hanya tersenyum kecut mendengar penuturanku.

“Terima kasih yah…” Ujarnya

“Terima kasih apa..?” tanyaku

“Yang tadi… Sebab tadi adalah pengalaman yang terindah buat saya… kamu.. membuat Ibu baru merasakan nikmatnya bercinta.. setelah lama menikah” Ujarnya malu - malu

“Ooo… tapi jangan kasih tau orang lain.” Ujarku tersenyum. Buk Endang mengangguk pasti.

“Janji.” Tambahku

“janjii..” balasnya.

Kami tersenyum berdua, dosen senior ini pun telah dapat kutaklukan

“Kenapa tadi Ibu marah..?” tanyaku penasaran

“Marah kenapa..?” ujarnya heran

“Iya… awalnya Ibu melarang, menolak Saya, tapi setelah itu..?” ujarku menjelaskan maksud pertanyaan

“Setelah itu Saya biarkan…?” sambungnya.

“Haaa…” jawabku dan langsung kusambung, “Apa sebabnya..?”

“Kalau Saya lawan pun Kamu pasti memaksa, Kamu pasti sangat menginginkan.”

“Belum tentu.” kelakarku

“Pasti begitu. Pertama jujur saya kaget, tiba-tiba sudah berduaan dengan kamu di kamar ini ..” ceritanya.

“tapi kan saya juga punya harga diri… melihat kamu ngotot, ya mana mungkin saya melawan. Jadi lebih baik saya biarkan kamu memaksaku. Padahal diam diam saya menikmati nya .” tutur Buk Endang polos

“tapi jujur.. sejak kapan Ibu mengintip kami di ruangan Buk Tuti tadi siang” tanyaku penasaran.

“oo… saya mau masuk ke ruangan Tuti, karena ada skripsi mahasiswa bimbingan saya tertinggal di ruangannya. Pertama saya mau masuk di jendela kelihatan kalian sedang bergumul.. penasaran, maka saya intip..” jelasnya

“trus Ibu gak konak..? “pancingku

“ya konak lahh… kalo gak konak gak bakal saya intip sampai selesai.. “tambahnya tertawa.

“saya berkhayal.. melihat ekspresi Tuti saat kamu gumuli.. begitu bergairah.. makanya saat saya sadar bahwa saya berdua dengan kamu disini serasa mimpi aja” aku nya malu malu. Wajah tua nya tampak bersemu

“Anda tidak menyesal..?” tanyaku ingin kepastian.

“Kalau rela, mana mungkin menyesal, buat apa..?” jelasnya lagi. Buk Endang semakin nakal dan berani dalam menjawab pertanyaanku yang sebenarnya pancingan padanya.

“Lagian walau kamu seperti memperkosa saya, saya menikmatinya… gak tahu kenapa., Saya jadimenikmatinya. Ditambah lihat body kamu yang atletis… mungkin lain cerita nya jika saja orang lain yang berbuat begini ke saya, Saya pastilah menolak.” Tambahnya lagi

“Habis, anda kelihatan nya gak betul betul berontak… Iya nggak..?” tanyaku meyakinkan

“kan sudah saya katakana… Saya juga konak Briaann makanya saya biarkan kamu menyetubuhi Saya.” Ujar Buk Endang mencubit lenganku

Kami berdua tertawa,

“Kalau suami Anda tahu.. tadi sempat saya dengar anda bilang mas Dibyo.. itu suami anda kan?” ujarku lagi

“benar.. tapi Gimana dia akan tahu.. kecuali kamu jahat, melihatkan rekaman tadi kesuami saya?” ujar Buk Endang menatapku tajam

“Lho, kan udah saya bilang.. Ini hanya rahasia kita saja kan..?” Ujarku menenangkannya. Buk Endangmengangguk.

“Jadi, janganlah beritahu orang lain.. tentang skandal ku dengan Buk Tuti karena kita berdua juga memiliki skandal!” ujarku tersenyum penuh kemenangan.

Buk Endang mengangguk lagi tanda paham.

“iya iya.. gak usah dibahas lagi” ujar Buk Endang

Kemudian Buk Endang mendekatkan tubuhnyakepadaku. Merebahkan kepala nya ke dadaku.

“Wanginya…” sapaku manja. Buk Endang mencubit pahaku dan aku berkata,

“Saya mau lagi…” rengeknya

“Mau apa..?” tanyaku pura-pura bodoh

“Yang seperti tadi.” rajuknya

“Tadi kan sudah…” ujarku

“Tak puas…” ujarnya akhirnya

“Aiii… nggak puas juga..?” ujarku tertawa

“Suami Saya sekali saja langsung lelah dan tidur, masak kamu sama kayak dia..?” tantang Buk Endang

“Soalnya… peluang seperti ini susah saya dapatkan… nanti kamu pasti sama Tuti mu itu” ujarnya sinis.

Aku tertawa mendengarnya.

“Buk Endang seperti ABG saja.. pake acara cemburuan” ujarku menertawakannya

Tampak Buk Endang melongos tidak senang.

“Ibu cantik ku.. sini ..” ujarku meraih satu tangannya.

“pegang ini ya… Saya ingin merasakan Ibu pegang ini .” Jawabku sambil mengeluarkan penisku dari celana dalam dan aku mengarahkan tangan Buk Endang hingga tangannya sekarang menggengam batang kemaluanku. Buk Endang begidik karena tangannya tak cukup menggengam diameter kontol yang panjang dan tegak menjulang itu

“Ihh.. gedhe banget punyamu.. dikasih apa sih” tanya Buk Endang sambil mengurut urut batangnya dengan gemas.

“Uuhh.. enakk Buu… terusiinn… Ohh..” desah ku mengadah merasakan enaknya pijitan tangan Buk Endang mengurut kontolku. Lama kelamaan Buk Endang melepaskan celana dalamku. Sambil terus mengurut batang nya, wajah Buk Endang memandangku dengan genit, membuatku birahi ku naik kembali.

“Jilat Bu… Mau kan..?” Ujarku tak tahan

“Jilat..? Mau meniru cerita BF yach..?” balasnya tersenyum.

Aku mengangguk membalas senyumannya. Kemaluanku yang tambah menegang, membuattenagaku pulih. Aku genggam tangan Buk Endang yang terus mengurut kontolku yang mengeras itu. Buk Endang seperti paham dan meraba batangku. Aku biarkan saja, sedap rasanya.

Setelah itu, aku dengan telanjang berdiri di hadapanBuk Endang. Dia hanya tersenyum memandangku. Perlahan-lahan, kemaluanku yang menegang itu dipegangnya, dibelai dan diusap ke atas dan ke bawah. Nikmatnya tak terkira, tangannya yang lentik terasa amat memanjakan anganku, birahiku dan nafsu liarku…

Aku mendesis karena nikmatnya. Aku berharap Buk Endang akan menghisap dan mengulum batang kejantananku. Memang sepertinya Buk Endang sudah tahu keinginanku. Diciumnya ujung batang kemaluan aku, dan ujung lidahnya dimainkan di lubang kepala kejantananku. Aku terasa ngilu, tapi sedap. Perlahan-lahan Buk Endang membuka mulut dan memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya.

Oohhh… Terasa kehangatan air liurnya membasahi batang yang setengahnya berada di dalam mulutnya. Dihisapnya penisku, dikulumnya ke atas dan ke bawah. Terasa seperti tercabut ketika itu. Kupegang dan remas rambutnya yang tipis itu. Aku dorong batang kemaluanku jauh ke dalam mulutnya, terasa ujung kejantananku terkena dasar tenggorokannya.

Setelah itu, aku pegang bahunya. Buk Endang berdiri memandang dengan penuh kesayuan. Aku pegang dan belai rambut nya. Perlahan-lahan kulepaskan BH nya, berikut melorotkan celana dalam Buk Endang.

Sekarang aku dan Buk Endang sama samabertelanjang. Berdiri diatas ranjang. Aku lingkarkan tangan di pinggang nya dan mulai mendekapnya lembut. Kami berpelukan dan bertautan bibir sambil jari-jariku meraba dan menggosok seluruh badan Buk Endang. Sekarang baru aku bisa merangkul tubuh yangbahenol dan padat itu dengan pinggul yang besarsepuas-puasnya.

Setelah puas bermesraan sambil berdiri, lalu aku baringkan dia di atas ranjang sambil terus memberikan kecupan demi kecupan. Kali ini aku tidak berlama-lama mencium payudaranya sebab sasaran mulutku adalah ke liang kenikmatannya. Aku turunkan ciumanku ke bawah, kulihat kemaluannya masih kering.

Buk Endang mengerti dan menaikan punggungnya. Aku pun melorotkan celana dalamnya, setelah lepas diantara kedua kakinya, Buk Endang membuka kedua kakinya lebar lebar, hingga kemaluan nya menganga indah di hadapanku.

Aku mendekatkan wajahku ke kemaluanya. Perlahan kukecup bibir kemaluannya,

“Ahhhhh… Bryaannn hh… “Sontak Buk Endangmendesis keenakan sambil menggeliat manja saat lidahku kujulurkan ke labia mayora nya itu. Aku terus mencium kemaluannya itu dengan lembut. Terangkat punggungnya menahan kenikmatan itu.. tanpa menunggu Bibir kemaluannya itu kujilat, kujulurkan lidah dan menusuk ke dalam lubangnya..

Terdengar suara Buk Endang merintih rintih kenikmatan. Vagina Buk Endang mulai basah dengan air ludahku, aku tak peduli, aku terus jilat dan hisap sambil tanganku meremas-remas puting payudaranya.

Tiba-tiba, saat menikmati sedapnya menjilat, Buk Endang meraung dengan tubuhnya terangkat. Serentak dengan itu, habis mulutku dibasahi dengan simbahan air dari dalam liang kewanitaannya. Ada yang masuk ke dalam mulutku sedikit, rasanya agak payau dan sedikit asin. Aku berhenti dan mengelapkan mulutku yang basah karena air maninya.

Selanjutnya aku mainkan dengan jari saja lubang vagina itu. Entah karena apa, timbul nafsu untuk menjilat air maninya lagi. Aku kembali membenamkam wajahku dan mulai menjilat lembah yang basah berair itu. Lama-lama rasanya menjadi sedap, habis kujilat, kuhisap vaginanya.

“Uuuuuuhhh.. Briaannnhh.. Ennaakkk Ooohh… Occh… “terdengar Buk Endang merintih manja sambil meliukkan tubuhnya. Ketika aku menghisap kelentitnya, kumainkan lubang kenikmatannya dengan jari. Tiba-tiba, sekali lagi dia terkejang kepuasan, dan kedua kali jugalah air maninya menerjah ke dalam mulutku.

Dengan mulut yang basah karena air maninya, kucium mulut dia. Air maninya bercampur dengan air liurnya apabila aku membiarkan lidahku dihisap. Buk Endangmenjilat air maninya sendiri tanpa mengetahuinya. Ketika sudah habis air mani di mulutku karena disedotnya, aku mulai menghentikan pemanasan. Tubuhnya kutindih, dengan sauh dihalakan ke lubuk yang dalam dan dilepaskan layar, maka jatuhlah sauh ke dalam lubuk yang selama ini hanya dilabuhkan oleh sebuah kapal dan seorang nakhoda saja.

Aku menghimpitkan tubuhku ke atas tubuhnya dengan lembut sambil mencium wajahnya. Secara otomatis Kemaluanku bergesekan dengan kemaluannya. Terasa ujung kejantananku bertemu dengan bulu dan air mani yang membasahi lembah kenikmatan itu. Setelah mendapatkan kedudukan yang tepat, kupegang kejantanan dan mengarahkan ke lubang senggamanya. Tanpa disuruh Buk Endang membuka dan meluaskan kangkangannya pahanya sedikit. Setelah berada di ujung muara, aku pun melabuhkan tongkat nakhodaku ke dalam lautan birahi dengan perlahan-lahan diikuti oleh desisian dan raungan kami berdua yang bergantian, mengiringi terbenamnya tongkat ke dalam lembah di lautan.

“Aaarrrghhh… mmm…”

Aku menekan sampai pangkal kemaluan dan membiarkannya sekejap karena terasa seperti terjepit. Aku mencium leher dan mulutnya berulang kali. Bila keadaan sudah agak tenang, aku mulai mendayung, atas, bawah, pelan dan teratur. Kenikmatan pada waktu itu adalah sangat indah, susah untuk dapat dikatakan, kemudian aku menggerakkan ke atas dan ke bawah berulang kali.

Aku dorong dan tarik kemaluanku dengan diiringi suara mengerang yang agak kuat sambil melihat pemandangan indah di bawah. Sungguh pemandangan yang indah jika dapat melihat kejantananku sendiri sedang masuk dan keluar dari lubang senggama wanita, dengan bunyi yang cukup menawan.

Buk Endang memeluk erat pinggangku ketika bergoyang mengimbangi tubuhku, punggungnya bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti arus irama. Sesekali dia menggoyang-goyangkan punggungnya untuk membantu daya dorongku, terasa kenikmatan yang tiada bandingnya. Kulajukan dayungan, semakin laju dengan suara yang semakin kuat.

Buk Endang hampir mengeluarkan suara erangannya, dan aku merasakan hampir keluar seperti gunung berapi hendak memuntahkan lavanya. Aku lajukan lagi, dengan sekuat tenaga kutusukkan sedalam-dalamnya diikuti dengan teriakan Buk Endang yang nyaring, terpancurlah air maniku jauh ke dasar lubang senggamanya.

Ketika kubuka mataku, aku melihat mata Buk Endang menutup serta dadanya yang naik turun dengan cepat, ada tetesan peluh di dadanya. Begitu juga badanku, terasa peluh meleleh di belakang. Kejantananku semakin menekan ke dalam lubang kenikmatanya yang semakin lembab akibat muntahan yang terjadi bersamaan.

Kukecup dahi Buk Endang, dia membuka mata dan tersenyum memandangku. Aku membalasnya dengan mengecup mesra bibirnya. Akhirnya aku tindih tubuhnya di atas kasur itu dengan kepalaku kuletakkan di atas dadanya. Terdengar bunyi degupan jantung yang kencang di dada Buk Endang, dosen semok yang mengajar Dasar dasar logika di Jurusanku itu

Setelah beberapa menit, aku bangun dan mengeluarkan batang kejantananku dari dalam lubang senggamanya. Terlihat sedikit air maniku meleleh keluar melalui lubang kemaluannya yang berdenyut-denyut menahan kenikmatan. Aku ambil tisue di tepi meja kamar dan kubersihkan air mani yang meleleh itu. Buk Endang hanya memandang sambil melemparkan senyuman mesra ke arahku.

Buk Endang membiarkan sambil tangannya membelai pahaku. Terasa seperti suami isteri.

“Terima kasih sayang…” bisiknya lembut.

Aku mengangguk tersenyum

“sekali lagi ya..” bisiku ke telinganya

“Bry.. a… aaan.. ja…” belum sempat Buk Endang menghabiskan kata-katanya, bibirku berpautan pada bibirnya, kali ini aku cium sekuat-kuatnya.

“Mmmppphhh… mmmppphh…” Buk Endang tidak bersuara lagi saat mulutnya kukecup. Tanpa menunggu persetujuan dari Buk Endang kembali kugarap tubuh dosen ku yang bahenol itu…

Kini kapal lain datang bersama nahkoda muda yang terpaksa berhempas pulas melawan badai mengarungi lautan birahi untuk sampai di pulau impian bersama-sama. Perjuangan kali ini lebih lama, dan melelahkan kerena masing-masing tidak mau mengalah duluan. Berbagai aksi dilakukan untuk sampai ke puncak kejayaan. Tubuh Buk Endang kusetubuhi dalam berbagai posisi, dia juga memberikan kerjasama yang baik kepadaku dalam menempuh gelombang. Akhirnya, setelah berhempas pulas, kami tiba juga di pulau impian dengan kejayaan bersama, serentak dengan terjahan padu air hikmat serta jeritan manja, sang dosen bahenol itu meraung kepuasan.

Kami terdampar keletihan setelah penat belayar. Terkulai Buk Endang di dalam dekapanku. Kali ini lebih romantis, sebab banyak posisi dan gaya yang telah kami lakukan. Kami telentang kelelahan, dengan peluh memercik membasahi tubuh dan wajah kami. Air maniku meleleh keluar kedua kalinya dari lubang yang sama.

Tubuh kami terasa tidak bernyawa, rasanya untuk mengangkat kaki pun tidak kuat. Lemah segala sendi dan urat dalam badan. Hanya suara rintihan manja saja yang mampu dikeluarkan dari pita suara kami dalam kedinginan akibat hujan yang masih turun lebat.

“I Love you”… aku mengecup dahinya, dia tersenyum. Kepuasan nampak terpancar di wajahnya.

“Kamu benar-benar hebat…” sahutnya.

“Hebat apa..?”

“Iya lah, empat kali aku muncak kali dalam sejam.” Ujarnya menatapku malu malu

“Ibu juga hebat… saya suka bercinta dengan ibu.” balasku ringkas.

“Belum pernah Saya merasa puas seperti ini…” jelasnya jujur.

“Belum pernah..?” tanyaku keheranan.

Dia mengangguk perlahan, “Saya tidak pernah orgasme lebih dulu.” sambungnya

“Suami Ibu melakukan apa saja..?”

“Dia hanya memasukkannya sampai Dia keluar…” sambungnya.

“Bila sudah keluar, dia letih, terus tertidur. Saya sudah tidak terangsang lagi saat itu.”

“Kenapa Ibu tidak memintanya..?” saranku.

“Kalau sudah keluar, Dia tidak terangsang lagi.”

“Dalam seminggu berapa kali Ibu dan suami berbuat..?” tanyaku mengorek rahasia mereka.

“Sekali, kadang-kadang tidak dapat sama sekali dalam seminggu itu…”

“Kenapa..?”

“Dia pulangnya terlalu malam, jadi sudah letih. Tidak nafsu lagi untuk bersetubuh.”

“Ohhh…” aku menganguk seakan memahami.

“Kapan terakhir Ibu melakukannya..?” pancingku lagi.

“Ehh, dua minggu yang lalu.” jawabnya yakin.

“Jadi Sudah dua minggu Ibu tidak mendapatkannya..?” sambungku terkejut,

Buk Endang hanya menganggukkan kepala mengiyakannya.

“Jelas Buk Endang tidak marah besar ketika aku mulai menjamah tubuhnya.” dalam hatiku, “Dia mengidamkan juga rupanya…”

Hampir setengah jam kami berbicara dalam keadaan berpelukan dan bertelanjang di atas ranjang itu. Segala hal mengenai masalah rumah tangganya ku tanya dan dijawabnya dengan jujur. Semua hal yang berkaitan diceritakannya, termasuk jeritan batinnya yang rindu akan belaian dari suami yang tidak pernah benar-benar dinikmatinya.

Suaminya terlalu sibuk dengan kerjanyabegitu juga dengan Buk Endang. Memang bodoh suamiBuk Endang, sebab tidak menggunakan sepenuh nya tubuh yang montok dan masih kencang ini, kurasa semua lelaki memberikan penilaian yang sama denganku. Nasibku baik, sebab dapat menikmati tubuh itu dan sekaligus membantu menyelesaikan masalah kepuasan batinnya.

Aku semakin bangga apabila dengan jujur Buk Endangmengakui bahwa aku telah berhasil memberikan kepuasan kepada dirinya, batinnya kini tidak lagi bergejolak. Raungannya kini tidak lagi tidak dipenuhi, Buk Endang sudah dapat apa yang diinginkan batinnya selama ini, walaupun bukan berasal dari suaminya sendiri, tetapi dengan mahasiwanya, yang lebih muda15 tahun tetapi gagah seperti berusia 30 tahun.

Tak lama kemudian, HP ku berdering, ternayata kekasihku Tuti Khairani memanggil, aku memberi isyarat agat Buk Endang tidak bersuara dulu. Buk Endang patuh dan aku menjawab telepon Buk Tuti

“say… gimana ..? udah beres masalahnya” ujar Buk Tuti diseberang sana.

“sudah.. semua baik baik saja say… pokoknya aman… Buk Endang gak bakal menceritakan kejadian tadi siang.. dia sudah janji…” ujarku.

“kamu percaya begitu aja sama dia…? “tanya Buk Tuti.

“iya.. percaya… sudah aku ancam dia… yakin deh.. dia gak bakal macam-macam..” ujarku menoleh pada Buk Endang. Buk Endang tampak bersungut kesal.

“ya sudah… kamu jemput saya ya say.. saya kangeenn” ujar Buk Tuti manja.

Aku tergelak dan menoleh ke Buk Endang, tampak raut tak senang dari wajahnya.. dia cemburu.. hi ihi hi

“oke.. tunggu aja disana.. Buk Endang nya sudah pulang dari tadi.. aku mandi dulu ya say… byee..” ujarku menutup telepon.

“Buk.. mau saya antar pulang atau naik taksi aja.. soalnya cintaku Tuti Khairani minta dijemput” ujarku.

“saya pulang naik taksi aja“sungutnya kesal. Aku tertawa dan mendekatinya lagi.

“Buk Endang sayang… jangan marah dong.. nanti kubuktikan aku akan membagi cintaku padamu..” ujarku tapi langsung tanganku ditepis Buk Endang

Seperti disuruh, Buk Endang mengenakan kembali pakaian dalamnya berikut pakaian kerjanya. Aku membiarkan Buk Endang berbenah, sambil nyengir…

“tua tua kok cemburuan… dasarr… wanita… “bathinku.

Aku menanti Buk Endang selesai berpakaian di kamar itu. Tak lama kemudian, dia berjalan bergegas keluar kamar. Aku mengikutinya dari belakang, lalu meraih HP ku dan memesan taksi untuk Buk Endang.

Aku menuju ke ruang tamu mengajak Buk Endang. Buk Endang mengikutiku. Dia hanya diam dan tak bersuara.

Aku membiarkan saja.. peduli amat bathinku.

Tak lama kemudian terdengar suara klakson taki di depan rumahku. Mendengar itu Buk Endang berdiri danminta diri untuk pulang. Saat dia berdiri, aku memeluknya. Buk Endang membiarkan saja. Sikapnya sungguh dingin, bila mendengar nama Buk Tuti

Aku berkesempatan meremas pantatnya yang bahenol

“Auuu..” jerit Buk Endang. Aku menciumi pipinya dan mengecup lehernya.

Buk Endang ternyata membalas pagutanku. Kami bercumbu sambil berdiri. Tampak kemudian Buk Endang mengikat rambutnya seolah mempersilahkanku menggerayangi lehernya dengan mulutku. Kemudian Buk Endang gantian menciumi leherku dengan ganas. Dan tiba-tiba..

“Auuuu..” jeritku saat kurasa gigi Buk Endang menggigit keherku.

“sakit bu,,” protesku. Buk Endang tak peduli dan terus menjilati leherku sambil sesekali mencupangnya, melihat dia begitu bergairah aku mencoba menahannya

“Bu.. cukup dulu yah… tuh taksi kelamaan nunggu diluar yahh..” ujarku melepaskan diri dari pagutannya, sungguh bernafsu sekali wanita ini bathinku

“ya sudah.. saya pergi dulu ya Brian… nanti saya telepon kamu..” ujarnya membenahi pakaian nya yang agak berantakan akibat rabaan dan gerayangan ku pada bodynuya

Aku mengiringi Buk Endang ke pintu. Sekali lagi aku mengucapkan terima kasih atas segala layanannya. Buk Endang juga berterima kasih karena telah merasa aku layani dengan baik. Aku lalu membuka pintu pagar dan mengantar Buk Endang ke pintu taksi. Tak sampai hitungan menit tidak terlihat lagi taksi itu dari rumahku, maklumlah hujan, aku masuk ke dalam rumah dan sekarang waktunya makan malam.

Sebelum nya aku menuju kamar mandi ingin buang air kecil. Sesampai disana aku kaget saat melihat pantulan diriku di cermin kamar mandiku, terlihat dengan jelas bekas gigitan di leherku.

Ah, gawat bisa ketahuan aku dengan Buk Tuti. Sial.. bathinku. Pintar juga Buk Endang ini.., membuatku harus mencari alasan untuk tidak bertemu Buk Tuti karena do’i pasti akan curiga padaku saat melihat ada bekas gigitan di leherku. Aku berniat kalau tidak hilang sampai besok, aku pasti tidak akan ke kampus. Aku kemudian menelepon Buk Tuti bahwa aku tak bisa menjemputnya dengan alasan karena mendadak sepupuku datang dan aku harus menjemputnya di bandara.

Keesokan harinya, tidak terlihat bekas gigitan pada leherku. Di kampus, bila bertemu dengan Buk Endangyang anggun dan ayu itu, aku tersenyum dan mengucapkan selamat, seperti tidak ada sesuatu di antara kami. Buk Endang pun bertingkah biasa saja, walaupun di hati kami masing-masing tahu apa yang terjadi.

Terkadang aku juga melayani nafsu birahi Buk Endang jika dia lagi horny dan butuh kehangatan dariku. Namun hubunganku dengan Buk Endang kami tutup rapat-rapat. Serapat aku menutup hubunganku dengan Buk Tuti.

Pernah sekali saat aku kebetulan berpapasan dengan Buk Endang di kamar mandi kampus. Kami saling memandang dan dia tak menolak saat aku menarik nya ke dalam WC pria. Kami becumbu melepas birahi, saling berciuman, saling meraba dan saling meremas. Kemudian aku mendapati sebuah ide, kusuruh Buk Endang membalik membelakangi ku dan berhadapan dengan cermin dan tangan nya bertumpu memegang wastafel.

“jangan aneh aneh deh .. “tolak nya halus, namun patuh juga dengan instruksi ku itu. Aku memeluknya dari belakang dan langsung kucumbu pundak nya, berikut kujilati daun telinga nya dan bersamaan juga kuremas bukit kembar nya dari belakang. Tubuh Buk Endang langsung menggelinyang saat kuremas payudaranya itu.

“Uuhh.. Adduhh.. Pelan pelan… Ooh.. Gellyyh..” desah nya mendesis tertahan, aku makin menggila mendengar desahan nya itu, kulepaskan satu kancing baju nya dan kuremas mangkuk BH nya itu dengan gerakan tak beraturan, hingga terdengar Buk Endang meringis merasakan pijatan tanganku meremas kedua bukit kembar nya.

Aku terus memijit bagian kemaluan nya yang tertutup celana dalam itu,

“uuhh… Bryannnnhh.. aaahh.. “desahnya sambil mengadahkan kepalanya keatas.

“enak yaa.. oucchh.. Bukk.. aku lepas kancut mu ya.. “pinta ku, tanpa persetujuannya aku menurunkan celana dalam nya hingga sebatas lutut. Posisi tubuh Buk Endang ku arahkan menjadi setengah nungging. Pada saat itu pula aku mengelusi mengelusi bokong Buk Endang sekaligus meremasi nonok nya. Ku mainkan jari ku pada kelentit nya.

“Oooo.. hhh.. Bryaann.. Ohh… enaaakkk… shhhh.. “desahnya megap megap saat jari tengahku ku colokan dalam kelamin nya.

Kurasa jari ku diremas oleh dinding vagina Buk Endang. tanganku yang satunya memeluk pinggang Buk Endang, dan dari saat kuperhatikan Buk Endang di cermin tampak wajahnya begitu berbirahi dan hot. Kurasakan tidakan ku ini mulai melanda birahiku dan semakin hebat akibatnya. Aku merasakan nonok Buk Endang mulai membasah.

Buk Endang terus mengerang penuh kehausan. Di lain pihak kontol ku terasa sudah ngaceng serasa mau meledak keluar dari celanaku. Dan saat nya jari kucabut dari nonok nya. Kemudian kubuka resleting celanaku dan mengeluarkan penisku

“Bryaannhh.. jangan disini.. nanti ketahuann ..” bisik Buk Endang lirih mengetahui aku akan menyetubuhi nya di WC itu. Tapi kurasa Buk Endang juga begitu gatal untuk disetubuhi di tempat itu.

“Bentar aja Bu.. aku nggak tahan… aku masukin ya.. kangkangkan dikit pantat mu..” ujarku ku sangat tak sabar menyodok pantat nya dari belakang. Buk Endang patuh dan melebarkan kangkangan kedua kakinya. Hingga celana dalam nya yang masih berada di lututnya juga ikut melebar selebar batas celana dalam nya.

Aku menyejajarkan kontolku ke belahan vagina nya, untuk membantu ku kusibak kan belahan pantat Buk Endang yang bahenol itu. setelah kurasa pas aku mencoba menyodok vagina Buk Endang.

“Blesss.. Uuhh.. “bunyi penisku masuk bercampur cairan cinta yang keluar dari kemaluan Buk Endang…

Buk Endang langsung menggelinjang.

“Ooohh.. Bryannn hh..” jeritnya tertahan saat kontolku amblas dalam vagina nya. Kontol ku tanpa kesulitanmenembusi memek nya. Nafsu birahiku yangmenyergap membuat ku terbakar hingga melumpuhkan nalar sehatku. Kuberanikan mengentoti dosen senior ini dalam kamar mandi kampus.

Kudorong pinggulku membuat kontol ku keluar masuk nonok Buk Endang dengan penetrasi lambat, sambil menikmati enaknya jepitan vagina dan pantat Buk Endang yang menjepit kontol ku. Refleks kurasakanBuk Endang menggoyangkan pantat nya. agar kontolku lekas meruyak ke bagian terdalam vagina nya yangpasti sudah demikian gatal merasakan besarnya diameter kontol ku.

Irama nafas aku dan Buk Endang bertautan turun naik, memacu gairah yang kami rasakan.

‘ooh.. uuhh.. Ahh.. Ooohh..” desah kami seirama, kami saling menggenjot dalam posisi berdiri. Dari cermin tampak wajah Buk Endang begitu bernafsu dan terlihat jelas dilanda prahara kenikmatan dengan posisi itu.

Kami bagai dua insan yang penuh gairah, berpacu untuk meraih orgasme dalam ruang toilet itu. Aku merasa tak tahan, lalu dengan sangat cepat akumemompa kontoku dalam kemaluanku. Buk Endangsendiri sepenuhnya menyambut nya. Pantat nyaterus bergerak maju mundur mengimbangi kecepatan pompaan kontol ku.

Persanggama-an kami tidak berlangsung lebih dari 5 menit. Setelah kurasakan setiap persendianku begidik bermuara pada penisku, ingin menyemprotkan lahar panasku.

“Uhh.. Uuh.. Uuuuuugghhh…” jerit ku dan Buk Endang bersamaan, Kami sama-sama menumpahkan cairan-cairan kami. Ku tembak kan peju ku sebanyak banyak nya menyemprot-nyemprot rahim Bu Endang.

Aku meraih orgasme dalam sensasi birahinyabersetubuh sambil berdiri. Aku merasa sangat puas. Demikian besar kepuasan orgasme yang aku dapatkan dan rasakan melebihi orgasmeku yang secara rutin ku semprotkan dalam rahim Buk Endang sebelum nya.

Aku pun melenguh kelelahan begitu juga Buk Endang, kami berdua sejenak mengatur nafas kami yang ngos ngos an sehabis bersenggama.

“Udaah ya Bryaan.. cabut punya kamu.. “rintih Buk Endang, masih dalam posisi setengah menungging.

“Ya Bu.. makasih ya..” ujarku mengecup pundak nya, kemudian mencabut penisku dari dalam vagina Buk Endang.

Buk Endang merintih tertahan saat kucabut kontolku. Posisi nya masih setengah nungging dan tangannya bertumpu pada wastafel.

Aku kemudian merapikan kembali celanaku. Sementara Buk Endang berajalan menuju WC, mungkin mau mencuci nonok nya yang sudah kesembur peju ku.

“Bu.. aku cabut dulu ya.. bye..” ujarku padanya dari luar pintu kamar mandi.

“Pergi cepat gi.. nanti ada orang masuk kemari bisa berabe lho.. “terdengar suara Buk Endang dari dalam kamar mandi. Mendengar itu aku pun meninggalkannya dan keluar kamar mandi dengan senyuman penuh kepuasan.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan