31 Oktober 2020
Penulis — needlenbitch
“Bagus, sekarang puasi ibu nak.
Ibu sudah lama tidk terpuasi. Ayo sayang, ayolah…” Ditariknya Surya anaknya itu menindihnya.
Disodorkannya teteknya ke mulut anaknya itu.
“Isap sayang-isap. Ayo Nak, puasi ibu nak, ayo sayang…” Surya juga sudah mulai bernafsu. Mereka melupakan diri mereak antara ibu dan anak. Mereka sepadang anak manusia yang benar-benar sedang saling membuituhkan.
Wiwiek tak mampu membendung keinginannya. Dia melakukan berbagai gerakan dari bawah dan anaknya memompanya dari atas.
Pergumulan yang keras dan hangat itu membuat keduanya berpelukan rapat dalam udara dingin. Di luar angin terdengan menderu-deru.
“Ayo sayang, buntingi Mama nak.
Buntingi Mama Nak, biar papamu merasa anak mu adalah anaknya.
Ayo sayang…”
“Ya, Mam.. aku akan membuntingimu.”
“Terima kasih sayang… tujah sedalam-dalamnya memek mama sayang. Enak kan? Nikmat, kan?
Ayo sayang… ayo,” cerocos Wiwiek pada anaknya. Keduanya sudah tak perduli. Malam sekitar pukul 19.00, pak Amat dan Pak Ujang baru datang menjaga ruah mereka. Itu pun jauh digerbang dan satu atau setengah jam sekali, mereka baru ronda mengelilingi rumah.
Sebenarnya di kawasan ityu tak ada maling. Tapi sebagaisebuah rumah besar dan milik bosa harusdijaga, agar kesannya kelihatan lebih elite.
“Habisi mama sayang,” teriak Wiwiek. Surya terus menggenjo tubuh ibunya dengan kerakusannya. Suara bunyi air berceipak di dalam memek Wiwiek terdengar sebagai irama musik yang indah. Bibir mereka saling berpagut, lidah mereka saling berkait. Desir angin yang kuat menyelusupdari kisi-kisi jendela membuat mereka dingin.
Merekamenutupi tubuh mereka pakai selimut tebal sampai ke leher. Selimut ituseperti bergelombang.
“Kamu ingin punya anak, kan sayang…” kata Wiwiek sembari terus mengguyang pantatnya dari bawah.
“Ingin, Ma. Aku ingin punya anak.”
“Nanti kamu harusm enyayanginya ya. Jaga diabaik-baik dan sekolahkan setingi-tingginya.”
“Ya. Mam.”
“Nah… buntingi mama sayang,. Semprotkan spermamu sebanyak-banyaknyake dalam memek mama sayang. Kontolmu besar dan enak sekali. Ayo Nak,”
Wiwiek terus menyerocos seperti orang kesurupan. Surya anaknya pun terus memeompa.
“Ma, apa nanti tidak ketahuan?”
“Tidak sayang. Kita jaga rahasia.
Ayosayang, buntingi Mama sayang.
Mama mau punya anak darimu, bukan dari Papamu sibajingan itu.
Ayo sayang, tujah memek mama sepuasmu,” kata Wiwiek mendesah-desah. Sesekali dijilatinya leher anaknya, sesekali digigitnya bahu anaknya itu.
“Ma… aku sudah mau keluar Ma…”
“Ya sayang, mama juga sudah mau keluar. Ayolah, kita sama -sama dan keluarkan yang banyak sayang…”
“Ya Mam… ini dia,” Surya memeluk mamanyasekuat tenaganya dan tubuhnya kejang. Wiwiek memeluk anaknya dengan kuat dari bawah dan berteriak sekuat tenaganya memenuhikamarnya.
“Buntingi mama sayaaaaaannnngggg…”
“Ya Ma. Mama harus Bunting…”
Bisik Surya. Mereka bepelukan dengan kuat dan saling mendesahkan nafasnya dengan kuat.