31 Oktober 2020
Penulis —  Mekiver

Kampung di tepi hutan jati

Dirgo melemparkan tas sekolahnya di ranjang, melepas sepatu dan melemparnya ke pojokan kamarnya. Diluar panas menyengat dan Dirgo pulang sekolah dengan muka merah terpanggang matahari, bergegas ia mengganti seragam yang dipakainya dengan baju rumah, kaos dan celana pendek berkolor ijo. Tak ada siapa siapa di rumah, Dirgo ke kamar ibunya, kosong, dan tak sengaja matanya terantuk pada daster yang tergeletak di atas kasur, Dirgo mengambilnya,“emm wangi, habis dicuci nih..

“Kamu wes maem go?” suara atikah ibunya terdengar dari luar kamar dirgo.

“Belum buk” jawab Dirgo sambil keluar dari kamarnya, dilihatnya ibunya sedang meletakan rantang di meja makan, rupanya baru pulang mengantar makanan untuk bapaknya yang sedang nyangkul di sawah, wajahnya juga merah terbakar matahari. Atikah melepas kerudungnya, rambutnya sedikit berantakan membuatnya ia harus mengikat rambutnya.

“Kenapa go?” tanya Atikah yang merasa diperhatikan.

“gak pa pa.” jawab dirgo singkat “ibuk napa gak ganti baju kalau sumuk.”

“Iya nanti saja habis makan, ayo makan dulu.” ajak Atikah.

Dirgo menghempaskan pantatnya di kursi menunggu ibunya mengambilkan nasi, dan tak lama sepiring nasi dengan sayur asem dan lauk ikan lele sudah ada dihadapanya, tanpa menunggu lagi Dirgo segera menyantapnya.

“Bulekmu smalam gak tanya apa apa go?” tanya Atikah di sela sela makan. Dirgo diam sejenak tak menjawab, ia masih bingung haruskah berterus terang atau bohong tentang kejadian ia dan bulek Likah.

“Ibuk gak usah kuatir bulek dah janji gak akan bilang siapa siapa.”

“Dia bilang gitu smalem?” tanya atikah setengah tak percaya, bagaimanapun hubungan dirgo denganya adalah tabu, melanggar norma, mungkin akan diarak massa keliling kampung dan diusir kalau sampai tersiar keluar, dan mendadak Atikah dicekam ketakutan. Bulu kuduknya meremang membayangkan telanjang diarak keliling kampung dan setiap orang akan meludahinya.

“Kamu yakin bulekmu bisa jaga rahasia go?” tanya atikah lagi, suaranya bergetar cemas.

“Dirgo yakin buk, tenang aja .” jawab dirgo santai.

“Tenang gimana go.. Kalau sampai orang lain tau kita bisa dimassa, diarak keliling kampung, diusir…”

Dirgo memandang ibunya, ada ketakutan besar di mata bening itu, wajah cantik itu terlihat pucat. Dirgo trenyuh ia bangkit dan memeluk ibunya dari belakang, mencium pipi kananya yang halus.

“Ibuk percaya sama Dirgo, semua baik baik saja kok, bulek Likah gak akan bilang siapa siapa.” bisiknya di telinga ibunya.

“Ibuk takut Go..”

“Percaya sama Dirgo buk, lagian kalo ada apa apa kita minggat aja buk, ke daerah lain, ke tempat dimana kita tak dikenal, kita menikah, aku cinta kamu buk .”

“Tak semudah itu Go… Apa yang kamu lakukan, sampai kamu yakin bulekmu akan tutup mulut?” Atikah menggenggam jari Dirgo yang mulai bermain di susunya.

“Ibuk jangan marah ya, janji?” Atikah mengangguk pelan.

“Begini buk, smalam kan dirgo yang ngantar…”

Dirgo lalu menceritakan semua kejadian semalam, ibunya mendengar dengan sungguh sungguh semua cerita dirgo, terlihat bibirnya tersenyum ketika Dirgo menceritakan adegan ngentot dengan adiknya.

“Bocah kurang ajar, ibukmu sendiri dientot masih kurang juga bulek sendiri juga dientot .” ucap atikah gemes sambil mencubit paha dirgo setelah mendengar semua cerita anaknya.

“Nyubitnya atas dikit lagi dong…” ucap Dirgo menggoda sembari jemarinya meremasi susu ibunya.

“Sudah ah.. Ibu mau beresin piring piring kotor ini .” ucap Atikah, ia menggelinjang geli karena lidah dirgo menyapu lobang telinganya.

“sudah Go..” ucap atikah lagi tanganya menggenggam jari dirgo yang sejak tadi bermain main di dadanya.

“Biar Dirgo yang nyuci piring buk.. Ibuk ganti baju.. jangan pake daleman yah.. Oiya.. daster ibuk di kamarku..” Dirgo dengan cepat membereskan meja makan dan membawanya ke belakang, mencucinya dan menyusunnya di rak setelah semua bersih.

“Suka ya kalo ibuk pakek kaya gini..” tanya ibunya sambil berdiri diambang pintu dapur. Dirgo menoleh takjub, ibunya berdiri disitu, rambut hitamnya terurai, bibirnya merah bergincu tipis, ia memakai daster yang cukup ketat warna hijau yang mencetak bulatan sempurna susu montoknya dengan puting yang menonjol mungil di bulatan itu.

“kok malah bengong, kamu kan yang motong daster ibuk..” ucap Atikah menggoda, jarinya pelan mengangkat sedikit bagian bawah dasternya, sedikit.. Tapi itu sudah cukup untuk menampilkan rimbun jembutnya yang terpotong rapi.

“Kok malah bengong, ibuk mau nonton tv aja dech..” ujar Atikah sambil melenggang pergi, dalam hatinya tersanjung melihat respon terpesona dari anaknya.

Dirgo tersadar, buru buru ia mengusap ilernya, mengelap tanganya yang basah dan menutup pintu belakang. Setengah berlari ia ke ruang tengah sambil memegangi burungnya, karena memang gak nyaman berjalan cepat tanpa cd dengan burung tegang yang membuat kepalanya tergesek gesek dengan kain kolor, ngilu.

Ibunya duduk di sofa ruang tengahnya menonton tv, punggung tegak, kaki rapat dan tanganya memegangi ujung dasternya berusaha menutupi mulus pahanya yang terbuka. Dirgo duduk di sebelah ibunya tanpa berkata kata, rasanya aneh situasi itu, ia hanya diam mengagumi paha mulus ibunya, menunggu undangan dari ibunya untuk berbuat lebih jauh.

“Buk..” ucap Dirgo pelan.

“hemmm,” Atikah hanya menggumam.

“Aku ngaceng..” ucap Dirgo polos berterus terang. Atikah melirik selangkangan anaknya, ada tenda tinggi disitu. Tanganya menjangkau dan memberi remasan remasan lembut di batang itu.

“Enak kalo diginiin?”

Dirgo mengangguk, ia melorot kolornya dan kini kontolnya menjulang tinggi, Atikah tersenyum kagum melihat kontol anaknya, kembali diremas remasnya lembut dan urutan urutan halus disepanjang batang itu. Dirgo bersandar melek merem menikmati lembut jari jari ibunya. Atikah sendiri sangat menikmati mengocok kontol anaknya, panjang dan urat uratnya yang menonjol begitu mantap dan menggairahkan apalagi itu adalah kontol anak kandungnya, sensasinya membuat vaginanya basah.

“Buk.. diemut dong kontol Dirgo” kata Dirgo tiba tiba.

“A.. Apa..?? Jangan aneh aneh nak..” jawab Atikah gugup.

“Kenapa buk..? kontol Dirgo bersih kok”

Atikah terdiam ia mengusap usap bekas luka di kontol anaknya yang kini ditumbuhi rambut halus.

“Ibuk gak bisa.. Gak pernah..” bisik Atikah lirih.

“Bapak gak pernah minta?” Atikah menggeleng, Dirgo memandang ibunya, disibaknya rambut hitam panjang itu agar wajah cantik itu bisa dilihatnya.

“Ibuk coba aja, belajar bentar nanti juga bisa” ucap Dirgo sambil mengusap usap leher ibunya.

“Gak usah ya nak.. Ibuk gak bisa..” jawab Atikah resah.

“Ayolah buk.. Coba, Dirgo kan sudah ngemut tempek ibuk,” Dirgo menekan leher ibunya agar menunduk ke arah kontolnya, mula mula ada penolakan tapi akhirnya ibunya menurut dan perlahan mulutnya mendekati kepala botak kontol anaknya. Dirgo berdebar kencang melihat lebat rambut ibunya menutupi selangkanganya, merasakan hangat nafas ibunya yang memburu..

“Aduuh.. Hati hati buk jangan kena gigi,”

Atikah melepaskan kontol itu dan kembali duduk di kursi, tertunduk dan merasa bersalah.

“Kan sudah ibuk bilang nak, ibuk gak bisa,” kata Atikah lirih. Dirgo tersenyum merangkul leher ibunya dan mengacak acak rambutnya.

“Sebentar buk,“Dirgo bangkit menuju kamarnya dan sekejap kemudian sudah kembali dengan Hp di tanganya. Ia membuka simpanan file videonya, memilih mp4 jepang dimana seorang cewek sedang asyik memberikan blowjob.

“Nah ibuk lakuin kayak gini,” ucap Dirgo sambil menunjukan video itu ke ibunya.

“Iihhh.. ,” Atikah sejenak malu melihat video itu, seumur umur ia tak pernah melihat semacam itu, Atikah hanya wanita desa, pendidikan juga cuma SD, desanya yang terpencil dipinggir hutan jauh dari jangkauan teknologi. Wanita di video itu begitu menikmati kontol yang diemutnya, Atikah terhanyut, ludahnya terasa mencair, ia melirik kontol anaknya.

“Bisa kan buk?” tanya Dirgo, ia merangkul pinggang ibunya dengan tangan kiri yang memegang hp, sementara tangan kananya dengan lembut meremas remas susu ibunya, terkadang juga memlintir puting ibunya yang telah mengeras.

“Ayo dong buk dicoba..” bisik Dirgo di telinga ibunya dan memberikan jilatan jilatan basah di lobang telinga itu. Atikah menggelinjang geli, diambilnya hp ditangan Dirgo dan nampak asyik dengan adegan nyepong di video itu. “suka ya buk?” tanya dirgo sambil mengelus puting ibunya yang mengacung keras.

“Sakiit..” rengek Atikah, dia kembali asik dengan hp di tanganya.

“Terus giliran Dirgo kapan?” bisik Dirgo lagi di telinga ibunya, tanganya mengusap usap jembut ibunya yang rimbun hitam, Atikah serta merta membuka pahanya agar jari Dirgo lebih leluasa mengakses vaginanya.

“Kamu dapat darimana ginian ini?” tanya Atikah lirih.

“Di internet banyak kok buk..” jawab Dirgo santai, jemarinya menyusuri lipatan di selangkangan ibunya yang ternyata sudah basah kuyup. Atikah sendiri tidak tahu apa itu interne tapi ia enggan bertanya sekarang, jemarinya meraih kontol anaknya dan memberi urutan urutan lembut di batang tegang itu.

“Ayo buk.. Dicoba sekarang, ibuk duduk di bawah kayak film itu,” Dirgo sudah tak sabar lagi, dengan sedikit tenaga ia membawa ibunya agar duduk bersimpuh di depanya. Atikah akhirnya menurut, duduk di lantai, tepat di depan mukanya menjulang tinggi kontol anaknya yang perkasa. Dengan lembut digenggamnya batang itu, tampak lendir bening keluar dari lubang kencingnya, ia mendongak memandang anaknya yang nampak tegang menunggu aksinya.

Ia menjilat cairan bening itu dengan mata tetap saling bertatapan, Dirgo mengerang, sensasi bahwa ibu kandungnya sedang menjilati batang kencingnya sungguh liar. Atikah sendiri berusaha menghayati persepongan itu, semua yang dilihatnya di film hp tadi sebisa mungkin ditirunya, dan rasanya tidak terlalu buruk bahkan Atikah suka dengan aroma dan rasa dari cairan pelumas anaknya.

“Enaknya buk..” erang Dirgo keenakan ketika kepala kontolnya diemut emut dan dihisap ibunya, jari jari Atikah menggenggam lembut kantung telur anaknya, kadang diusap, kadang diremasnya lembut, Dirgo kelojotan seumur umur baru kali ini kontolnya diemut demikian, hebatnya lagi yang ngemut adalah ibunya sendiri.

“aduh buk.. Enak banget.. Teruss.. Sedot buk..” erang Dirgo, ibunya pun dengan senang hati menyedot kepala kontol Dirgo kemudian mengocok keluar masuk di mulutnya. Dirgo memejamkan matanya sambil bersandar di sofa.. Nikmat yang sangat berbeda dengan nikmat ngentot, apalagi ini..? Kantung telurnya terasa hangat basah..

Dirgo mengerang, ini terlalu nikmat semua cairan di tubuhnya seakan berkumpul mencari jalan keluar.

“Dirgo gak kuat buk.. Sedot.. Sedot kontol Dirgo buk..” Atikah melepaskan emutan di telur anaknya dan berpindah memasukkan batang kencing ke mulutnya, menghisap kepala nya dengan ribut dan kocokan cepat di batangnya.

“Ueenake buk.. Aku keluar.. Uhh.. Uhh..” Atikah panik ketika tiba tiba mulutnya dihujani cairan kental panas, ia ingin menghindar tapi Dirgo memegangi belakang kepalanya. Atikah pasrah bertubi tubi mulutnya dibombardir rudal pejuh anaknya hingga sebagian meleleh di sela bibirnya dan menetes di lantai, Dirgo melepaskan ibunya ketika kejutan kejutan nikmatnya mereda, bersandar di sofa dengan ekspresi kepuasan, sementara itu Atikah masih terdiam dengan tatapan bingung dan mulut penuh pejuh anak kandungnya…

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan