2 November 2020
Penulis —  thealfonso

Dosaku

Aku dan Jonson ikut berjalan menuju jalan raya mengiringi Lala pergi bersama lima temannya yang lain yang sekesemuanya mereka adalah perempuan. Setelah mereka naik kenderaan umum menuju villa yang lain, aku mengajak Jonson membeli setengah lusin Bir dan aku membeli sebotol kecil minuman keras Vodca. Kami pun kembali ke villa dengan membawa minuman itu, menggunakan ojek. Tak lupa kami membeli makanan ringan dan di Villa kami sudah memesan ayam muda untuk digoreng dan kentang goreng juga. Walau Lala sudah tidak berada di antar akami lagi, lantai dua berkamar satu ukuran jumbo itu otomati smilik kami. Pintunya kami kunci dan kami pergi ke teras untuk memulai pesta kami. Jonson hanya menuang bir pada gelas besarnya, karean dia adalah anak yang teratur minum. Sementara aku menuang bir bercampur Vodca dan sedikit es.

Kami ngobrol apa yang saja yang ingin kami obrolkan. Termasuk saat aku menungganginya saat di kolam renang tadi. Aku mengulangi perkataanku, semoga dia mengerti kenapa aku tersenyu padanya. Jonson juga mengulangi perkataannya agar aku juga mengerti kenapa dia membalas senyumku. “Aku merasakan, kalau burungmu bangkit berdiri,” kataku dengan senyum manis.

“Sudah pasti, Ma. Aku laki-laki normal/ Gesekan vagina mama pada burungku, tak bisa dipisahkabn walau ada pelapisnya masing-masing kita memakai kain,” katanya penuh pengertian.

Membuat aku tak menjadi malu lagi.

“Ya. Mama juga tadi horny dan mama cemburu, saat Lala memelukmu erat dari belakang,” kataku berterus terang dan aku berbicara itu sudah mulai horny. Sebentar-sebentar aku bersendawa dan aku menyandarkan kepalaku di dadanya, terasa olehku embun yang mengelus-elus pipiku. Aku berpura pura mabuk, Terlebih ketika dia pergi buang air kecuil ke kamar mandi, aku membuang vodca dalam botol dan menyisakan sedikit saja. Ketika dia keluar dari toilet, aku sengaja memperlihatkan kepadanya, aku sedang mencampur vodca ke dalam botol bir. Kemudian aku membuang botol itu ke tong sampah. “Kamu tidak boleh meminum minuman dari botol Mama. Kamu cukup bir saja,” kataku berpura-pura mulai berat dan mendekati mabuk.

“Mama jangan terlalu banyak minum,” nasehatnya. “Aku berani muinum seperti ini, karean ada kamu. Andaikan kamu tidak ada, aku tidak akan minum seperti ini.. Kepada siapa lagi aku bermanja jika tidak kepadamu,” rayuku. Aku benar-benar sudah kehilangan keseimbangan. Aku benar-benar benar-benar sudah horny. Aku tak perduli lagi, apakah Jonson anakku atau bukan. Aku hanya berpikir, daripada aku harus disetubuhi oleh orang lain, kenapa aku tidak memberikan tubuhku pada anakku saja. Lagi pula aku mengetahui, kalau Jonson juga menginginkan tubuhku. Dia begitu responsif.

Akau terus minum dan minum dan terus menutup mata, walau aku sedikit membukanya, agar aku bisa melihat apa yang akan dilakukan Jonson kepadaku. Aku memasukkan tanganku dari celah kancing bajunya yang dilapisi jacket. Aku mengelus-elus dadanya yang bidang dan aku mencium lehernya. Dengan kasih sayang Jonso mengelus kepalaku. Aku diperlakukan bagaikan anak kecil.

Dimanja dan disayang. Nah… ini dia yang tak pernah kudapatkan dari siapapun di dunia ini, seingatku.

Aku adalah anak ke lima dari sembilan orang bersaudara. Aku tak pernah dimanja oleh siapapun juga.

Kini aku mendapatkannya. Bukan dari suamiku almarhum, bukan dari ayah dan ibuku yang almarhum, tapi dari anak yang kulahirkan sendiri. Dan… Nah… ini dia. Aku merasakan tangan kiri Jonsongh menyelusu[p ke dalam bajuku dan mengelus buah dadaku. Horeee… hatiku demikian gembira. Berarti aku tidak bertepuk sebelah tangan. Berarti aku tak perlu malu lagi. Berarti aku akan mendapatkan apa yang kuinginkan beberapa bulan terakhir ini.

“Jonson sayangku…” aku mendesah masih dengan peran seperti orang mabuk.

“Mamaku tersayang dan tercinta,” desah Jonson ditelingaku.

“Perlakukan aku sepertio pacaramu sayang atau…” “Atau apa mama sayang…?” “Atau perlakukan aku seperti isterimu sayang..” kataku masih berpura-pura mabuk.

“Ya. Bukankah aku sedang memperlakukannya. Sebentar lagi aku akan memberikan semuanya dan sebentar lagi aku juga akan mereguk semuanya,” bisiknya.

“Ya..” kataku. Saat dia mereguk bisnya yang kehabisan busa, aku minta gelasku dituangkan ke mulutku. Dengan kasih sayng dia melakukannya.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan