2 November 2020
Penulis — Kaskusman
Kami berdua kemudian makan siang di tempat restoran yang terkenal di Vancouver. Ya makanan sih memang enak tapi lebih bagus kalau makan malam. Kan malam lebih romantis. Sepanjang perjalanan, kami senantiasa bergandengan tangan layaknya kekasih. Aku tahu tanteku tersenyum saat aku memberanikan diri memegang tangannya tapi aku tidak melihat.
Aku kemudian mengantar tanteku pulang ke apartemen dan aku pergi kuliah. Setelah kuliah, aku pulang dan langsung mandi. Tanteku sudah menyiapkan makan malam. Dia jago memasak. Saat dia sedang menyiapkan makanan untuk ku, aku dengan iseng memeluknya dari belakang dan mencium wajah cantiknya. “Halo Tante cantik.
Reaksi dia? Dia hanya tersenyum saja dan memegang wajahku. Dia juga kemudian mencium pipiku dan mencolek hidungku. “Nakal ya kamu. Hehehe. Coba mantan suami tante mesra seperti kamu. Pasti tante bahagia.” Jawabnya dengan lembut. “Lim. Makanan dah mau siap. Yuk kita makan.” Katanya dengan tersenyum.
Tak terasa sudah 2 bulan kami berdua tinggal bersama. Kami berdua semakin akrab. Aku yakin tanteku pasti sangat merana dengan mantan suaminya. Dia juga sesekali menyuapi aku. Di meja makan itu kami terlihat layakanya sepasang kekasih. Setelah makan dan mencuci piring, kami berdua duduk dan menonton kisah drama cinta terlarang.
Aku membayangkan seandainya… Aku ada kakak perempuan yang cantik seperti Patricia, bukan tak mungkin aku mau menghamili kakakku sendiri. Ah itu semua hanya khayalan saja yang tak masuk akal. Tanteku mulai meneteskan air mata nya. Dia terharu dengan akhir kisah itu. Aku memeluknya dan mencium pipinya.
“Iya sih Lim. Gak kebayang kalau itu benar terjadi di dunia nyata. Kayaknya seru tuh.” Kata tante ku sambil tersenyum. “Eh Tante mah aneh aneh aja. Hehehe. Kalau gitu logika nya, emang tante mau pacaran sama anggota keluarga sendiri?” Tanya ku menggoda nya. “Mungkin saja. Kalau dia lebih baik dari mantan suami tante.
“Heh tante. Hehehe. Jadi malu Aku. Emang aku kenapa, tante?” Tanyaku malu malu. “Iya Kamu Lim. Yang selalu baik dan sayang sama tante. Kamu memperlakukan tante seperti… maksud tante manusiawi. Cuma kamu lah alasan tante masih mau hidup di dunia ini.” Katanya sambil menangis. Aku memeluknya dengan erat.
“Tante Sayang. Sebetulnya Aku juga sedih dan terus memikirkan tante selama aku di sini. Aku kesal tak bisa membantu tante. Sekarang kita berdua sudah di sini. Tak ada lagi yang akan melukai tante.” Kataku sambil mengangkat dagunya. Matanya merah penuh air mata. Aku Kemudian mencium dahi nya. Dia hanya memejamkan matanya.
“Gimana Tante? Sudah merasa membaik belum? Apa masih Mau Aku peluk lagi?” Tanyaku dengan lembut sambil membelai wajah cantiknya dan menyeka air matanya. “Belum.” Jawab nya singkat. Dia kemudian malah duduk di pangkuanku dan membaringkan kepalanya di dadaku. Aku kemudian membelai rambut nya dan kembali mencium kepalanya.
“Tante sangat mendambakan suami seperti kamu, Lim. Bagi tante, kamu lah harapan tante untuk hidup. Tante sangat senang berada di samping kamu. Bagi tante, hanya kamu yang bisa membuat tante tersenyum. Tante Cuma minta agar kamu tetap sama. Jangan seperti keluarga kita.” Katanya sambil menangis lagi.
Dia tidak marah. Dia hanya diam saja dan masih menutup matanya. Aku kemudian memeluknya lagi. “Lim. Tadi ciuman pertama kamu ya? Hehehe.. tante dari tadi kan bersandar di dada kamu. Tante mendengar jantung kamu deg deg an loh.” Kata Tanteku yang mulai tertawa. Air mata nya sudah hilang. Kesedihan sudah tak terlihat lagi di wajahnya.
“Eh Tante. Maaf. Tadi aku terbawa suasana. Dan iya. Itu tadi ciuman pertama aku. Hehehe.” Jawab ku malu malu. Tanteku kemudian merangkul leherku dengan kedua tangannya dan mendekatkan wajahnya ke bibirku. Kami berdua berciuman dengan penuh rasa kasih sayang malam itu. Bibirnya melumat habis bibirku.
Ciuman kami akhirnya selesai dan kami kemudian sama sama tertawa. Aku kali ini memberanikan diri untuk menggendong dia ke kamar nya dan merebahkan dia di atas ranjang. Aku mendekatkan wajahku dan mencium bibir serta kening nya seraya mengucapakan selamat malam sambil tersenyum dan aku kembali ke kamarku.
“Lim. Tunggu. Kalau tante nanti gak bisa bobo, tolong kemari ya… temani tante. Tante masih mau ngobrol sama kamu Lim. Ok? Besok kan sabtu. Hehehe” kata tanteku. “Beres tante. Apapun dah buat tante. Hehehe. Aku ke kamarku dulu. Kalau tante belum bisa bobo ya… tok tok tok aja ya.” Jawabku sambil mengedipkan mata.
Tanteku nemang ternyata tak bisa tidur. Eh dia malah ke kamar ku. “Lim. Tante di sini aja ya.” Katanya memelas. “Eh boleh. Hehe. Aku juga kayaknya kesulitan tidur nih tante. Yuk masuk saja. Santai saja tante sayang.” Ledek ku. “Kok tante tahu aku belum bobo?” Tanyaku. “Kamu habis ciuman pertama, emang kamu bisa tidur dengan tenang?
Tanteku akhirnya duduk di atas ranjang ku. Kami berdua ngobrol sepanjang malam. Dia tiba tiba kembali ingin dipangku olehku. Aku dengan senang hati saja mempersilahkan dia duduk di pangkuan ku. Dia bercerita tentang betapa menderita nya dia saat dia menikah bersama mantan suaminya dan tiap x mengeluh ke nenek ku, dia malah dimarahi balik oleh nenekku.
Tanteku seakan sedang melepas semua unek unek nya yang dia pendam selama ini. Lagi dan lagi dia menangis. Aku lagi lagi memeluk dan mencium nya. “Tante kelihatan nya menderita sekali ya? Untung aja sekarang sudah di sini sama Aku.” Kataku. “Eh jangan panggil tante lagi donk. Panggil nama saja sudah.