31 Oktober 2020
Penulis — needlenbitch
Jemari tangannya yang lentik dengan perlahan mengocok batang kemaluanku. Memang kasihan keponakanku ini. Sebagai wanita cantik sudah beberapa lama ia tidak bisa menyalurkan hasrat seksualnya.
“Di, aku akan keluar di dalam mulut istrimu. Is it Ok?” tanyaku lagi menggoda Andi.
Dia masih asyik menatap istrinya yang sedang mengulum kemaluanku dengan penuh nafsu.
Kupandang kebawah, dan tampak wajah cantik Lolita yang sedang mengulumi kejantananku.
Tangannya yang halus sedang mengusap-usap buah zakarku.
“Look at me..” perintahku.
Lolitapun melihat ke atas dan menatapku dengan tatapan nakal menggoda. Tak tahan lagi aku dibuatnya.
“Ahh..” erangku ketika aku berejakulasi di dalam mulut Lolita, keponakanku yang cantik ini. Lolita dengan rakus menelan semua cairan ejakulasiku, dan menjilati sampai bersih yang masih tertinggal di kemaluanku.
“Luar biasa istrimu, Di. Enak sekali hisapannya” kataku sambil tersenyum puas. Kulihat Lolita sedang mengusap bibirnya dengan tisu, dan kemudian beranjak ke toilet.
*****
Akupun kemudian beristirahat sejenak sambil menonton TV di sofa.
“Gimana Di.. Kamu bisa ereksi nggak lihat yang tadi?” tanyaku.
“Sedikit Oom..” jawabnya.
“Ya.. Semoga cepet sembuh deh..
Sayang lho istri cantik nggak dipakai” jawabku.
Lolita kemudian duduk disampingku di sofa. Tak lama kamipun telah kembali berciuman.
Tangannya yang halus kembali dengan lembut mengusap-usap barang kesukaannya.
“Lita hisap lagi ya Oom.. Biar cepet naik” pintanya.
“Minta izin dulu dong sama suamimu” jawabku menggoda.
“Iih Oom Robert.. Mas Andi.. Boleh ya aku hisap kontolnya Oom Robert?” tanyanya manja.
Andi yang duduk di sampingku hanya mengangguk pasrah.
Lolitapun kemudian berlutut di depanku, dan mulai melingkarkan bibirnya di kepala kemaluanku.
Karena kemaluanku belum ereksi, maka hampir semuanya masuk dikulum mulut keponakanku ini.
Tak lama, kemaluankupun semakin membangkak, dan mulut Lolitapun mulai kewalahan menampung besarnya kejantananku ini. Setelah penuh ereksi, hanya sepertiga bagian saja yang bisa dikulumnya, sementara tangannya mulai mengocok sisanya.
“Di… rasanya sekarang waktunya aku menyetubuhi istrimu. Kamu nggak berubah pikiran khan?”
tanyaku sambil tersenyum.