Bokep Indonesia terbaru: kingbokep.com

31 Oktober 2020
Penulis —  king2001

Spesial kakak ku

alam kenal. Namaku Rio, usiaku saat ini 20 tahun. Aku anak bungsu dari 2 bersaudara. Aku memiliki satu orang kakak perempuan bernama Tina, usianya berbeda kurang lebih 5 tahun denganku. Dari SMP aku sudah mulai nakal dan suka keluar malam. Begitu juga dengan kakakku yang senang dugem, walaupun sekarang sudah jarang dia lakukan karena saat ini dia sudah bekerja.

Saat ini, aku bekerja di salah satu klub terkenal di Jakarta.

Kak Tina (begitu aku biasa memanggil kakakku) bekerja di salah satu Bank Swasta, juga di daerah Jakarta. Karena perbedaan jam kerja, kami jadi jarang bertemu walaupun tinggal satu rumah. Kami tinggal di daerah Bekasi hanya bersama ibu kami. Ayah kami sudah lama meninggal dunia.

Secara fisik aku memiliki tinggi badan yang lumayan tinggi (sekitar 167 cm), berukuran sedang, kulit sawo matang dan wajah yang biasa saja. Sedangkan kakakku Tina, juga berkulit sawo matang, tinggi badannya lebih pendek sekitar 2 cm dari aku. Wajahnya terbilang cukup manis, tapi yang paling menjadi pusat perhatian dari cowok- cowok, termasuk aku, adalah bentuk badannya yang sexy.

Kadang-kadang, aku memang suka membayangkan bentuk tubuh Kak Tina. Soalnya memang dia sexy banget sih. Terlebih sejak aku mengalami mimpi basah pertama kali waktu SMP 1 dulu. Yang kuimpikan saja kakakku!! Paling hebat saat aku melihat Kak Tina cuma berbikini saat berenang, selebihnya cuma bisa dalam mimpi.

Kisah yang tak akan aku lupakan ini, terjadi ketika aku sedang tidak ada shift di klub tempat kerjaku. Kurang lebih jam 12 malam, aku yang belum bisa tidur karena terbiasa tidur menjelang pagi, sedang berbaring di tempat tidur.

Sambil berbaring, pikiranku melamun pada sosok Tina, kakak tercintaku. Saat mikirin aku ngaceng kenceng!! Gile kupegang penisku, malah makin bikin tenda di selimutku jadinya. Yah walaupun gak terlalu besar, hanya sekitar 15 cm. Lalu kulepas celana pendek, beserta celana dalamku, lalu kuusap-usap sayang deh penisku. Tentu saja sambil membayangkan bagaimana bentuk tubuh kak Tina yang polos dalam keadaan bugil. Aku menghayalkan tubuh kak Tina pasti mulus tanpa cacat, payudaranya yang berukuran cukup besar pasti lumayan mantap kalau dipegang, dengan puting cukup besar sehingga enak dikulum. Lalu aku membayangkan pantatnya yang montok.

Sedang enak-enak berhayal begitu, tiba-tiba pintu kamarku diketok.

”Tok.. tok.. tok..” cuma tiga kali dan tidak kencang.

Karena kebiasaan menjaga privacy di keluarga kami, sebelum masuk harus ketok pintu dulu, aku sih tidak pernah mengunci pintu.

“Siapa?” tanyaku.

“Aku Yo…” jawab suara yang tidak asing lagi.

Ternyata kak Tina! Gadis yang sedang kuimpi-impikan muncul mendatangiku! Aku terdiam bingung.

“Rio, kamu belum tidur pulas kan?” tanya kak Tina dari balik pintu.

Lalu diam menunggu jawabanku. Aku semakin bingung karena dalam keadaan sedang tidak memakai celana.

“Boleh masuk Yo?” tanya kakakku lagi, padahal aku baru mau menyuruhnya masuk, tapi belum sempat.

“Iya, masuk saja kak..” kataku cukup keras supaya jelas terdengar olehnya, kalau pelan-pelan entar dia tidak jadi masuk lagi, kan bikin sedih jadinya.

Kak Tina pun masuk juga kemudian menutup pintu kamar dengan sangat pelan.

Dia kemudian berbalik menghadapku dan berkata. “Yo, lampunya dinyalain yah? Remang-remang banget nih…” Maklum sebelum naik ranjang, lampu terangnya kumatikan, cuma sisa lampu kecil saja, jadi remang- remang. Wah benar juga idenya, jadi aku bisa melihat jelas tubuh kak Tina, sepertinya cuma memakai baju tidur waktu bayangannya terlihat saat memasuki kamarku.

“Iya deh..” jawabku, lalu sadar, wah, entar penisku yang ngaceng kelihatan dong! “Eh… kak…!!” belum sempat aku ngomong lagi, kakakku sudah menyalakan lampu.

“Blar..” terang deh kamarku.

Aku memperhatikan kak Tina. Dia memakai baju tidur favoritku, karena model baby doll, terusan cuma melewati pantatnya dikit, warna putih dan agak transparan.

Biasanya kalau dia berdiri membelakangi lampu sih kelihatan bentuk tubuhnya, dan pakaian dalamnya. Kali ini belum kelihatan, kan lampunya di tengah ruangan, sedang dia masih dekat pintu.

“Ada apa kak Tin?” tanyaku bingung juga dan heran, ada apa malam-malam waktunya tidur begini dia datang yah? Kalau masih sore sih aku tidak heran, paling dia mau nanya soal komputer atau soal mobilnya.

Lalu kak Tina berjalan menghampiri ranjang sambil melihat mataku terus. Wah untung tidak melihat ke arah penisku yang masih ngaceng! Bayangkan sendiri deh cewek seksi sedang berada di dekat ranjang kamu dan sambil tersenyum manis sekali pada kamu.

Sewaktu dia makin mendekatiku, aku menggeser ke tengah ranjang, jadi dia bisa duduk di tepi ranjang kalau memang mau ngobrol agak lama. Nah saat makin dekat itulah lampu kamar dibelakangi olehnya. Bayangan mulus tubuhnya yang sempurna sekali, melengkung dan meliuk indah, semakin jelas saja terlihat.

Benar saja dia duduk dekat pinggangku, persis sebelah pinggang dan penisku yang ngaceng berat. Selimutku yang bergeser membuat penisku mengangguk-angguk kegelian karena gesekan itu. Tangan kiriku yang masih dalam selimut terpaksa harus memegangi penisku. Kak Tina berlagak tidak melihat dan tetap senyum manis sekali.

“Rio, kakak mau sesuatu yang spesial buat kamu, tapi kamu nggak boleh cerita sama siapapun juga, setuju?” Langsung saja aku mengangguk walaupun aku masih bingung menduga-duga.

“Janji yah Yo..?” tanyanya lagi.

“Aku berjanji, kakakku tersayang..” kataku menegaskan dari sekedar mengangguk.

“Rio, kakak mau tahu kamu kalo pacaran ngapain aja?” tanya dia.

“Huh..!? Kok tiba-tiba nanya gitu? Paling ciuman bibir aja sih…” kataku, kak Tina tersenyum makin lebar. Walaupun aku bekerja di klub malam, bukan berarti aku terlibat pergaulan bebas.

“Jadi belum pernah pegang-pegang tubuh cewek dong?” tanyanya lagi, memancing dikit.

“Yah pegang sih belum cuma kalo melihat sering?” lanjutku lagi.

“Oh ya? dimana?” tanya kakakku sedikit kaget.

“Di internet..” jawabku cepat, memang betul sih.

Dia tersenyum lagi, heran kayaknya makin lama melihat tersenyum makin manis saja tuh senyumnya, wah aku rasanya makin senang dan happy sekali melihat bibirnya yang tersenyum.

“Jadi yang asli belum pernah dong?” kata kakakku masih dengan tersenyum.

Bagiku ini bukan ledekan, tapi ucapan tulus kakak pada adik yang memang akrab. Aku mengangguk.

“Kakak mau kasih sesuatu yang sangat spesial, tapi kamu harus janji tidak boleh ngapa-ngapain kalo gak disuruh.

Mau nggak?” tanya kak Tina, kakak tersayangku ini. Aku mengangguk.

“Eh janji dulu..” lanjutnya lagi.

“Iya deh Rio janji kak Tina sayang..” kataku memuaskan keinginan kakakku.

“Siap menerimanya?” tanyanya lagi sambil menegakkan badannya yang tadinya duduk santai.

Aku mengangguk lalu berkata “Siap kak…!” Kakakku kemudian menaiki ranjang, sambil tangannya mendorong perlahan tubuhku untuk bergeser sedikit.

Ranjangku sih cukup lebar, jadi muat saja kalau mau tidur berduaan. Lalu kakakku berlutut tegak di sampingku, memandang mataku lekat-lekat masih dengan senyum manisnya. Kemudian secara perlahan-lahan dia mengambil ujung bawah baju tidurnya.

Tiba-tiba kak Tina buru-buru dia turun ranjang, menuju ke lemariku yang ada CD playernya. Dia pilih buru-buru salah satu CD lalu diputarnya. Nah muncul lagu romantis, dipasangnya cukup keras tapi tidak mengganggu keluar ruangan. Mungkin sekedar supaya pembicaraan kami tidak terdengar saja kali. Lalu dia berjalan ke pintu dan mengunci pintu.

Aku merasa sedikit heran, mau ngapain nih. Kak Tina balik lagi ke sampingku, berlutut di atas ranjang sambil melenggok menari mengikuti irama lagu. Tangannya balik lagi memegang ujung bawah baju tidurnya dan mulai memilin sedikit-sedikit, lalu menarik perlahan ke atas. Wah ini sih striptease. Kutungguin saja deh. Begitu bawah bajunya mulai naik setinggi bawah selangkangannya, aku makin deg-degan! Cepat sekali naik lagi perasaanku. Lalu muncul celana dalamnya yang transparan berbentuk V dan sebagian besar tali. Warnanya sih hitam, ada merahnya sedikit persis ditengah dekat bawah pusarnya.

Gila! Belahan kewanitaannya terbayang dalam bungkusan halus itu yang mengikuti bentuk bibir kemaluannya. Sialan aku janji tidak boleh ngapa-ngapain. Wah pingin sekali untuk menjamahnya. Tangan kiriku terpaksa memegangi penisku. Makin keras saja ngacengnya nih.

Makin tinggi kakakku menarik bajunya, semakin jelas tubuh putihnya terlihat. Begitu juga bagian bawah payudaranya muncul. Aku sampai menelan ludah. deg-degan makin keras. Sial ada bra-nya! Tapi bentuk bra-nya sexy banget! warnanya juga hitam transparan dan puting susunya yang kuduga cukup besar, benar saja muncul dan terlihat jelas, kali ini aku tidak perlu menebak-nebak lagi, ternyata warnanya merah sedang, nggak pink sih, lebih tua sedikit tapi tidak coklat gelap. Saat bajunya melewati kepalanya, aku ingin sekali memegang payudaranya. Tapi ingat janjiku tadi.

Dan saat bajunya sudah lolos melewati kepala, kak Tina langsung membuangnya ke atas lantai kamarku.

Tangannya kembali turun lagi yang membuat payudaranya terlihat dan berbentuk semakin menonjol saja. Aku udah nggak tahan nih. Kemudian kakakku menggeser posisi berlututnya kali ini dia mengangkangiku.

Sepertinya aku semakin tidak tahan. Mana tangan kiriku sudah tidak lagi memegang penisku lagi dan dengan posisi baru ini otomatis kakakku menindih perutku. Dia masih bergerak meliuk dan menari. Mungkin tidak nyaman menari di atas selimut, dia menggeser dulu lalu mendadak menyingkapkan selimut untuk membuangnya.

“Sorry Rio! Aku nggak tahu kalo kamu lagi gak pake celana…” kontan kedua tanganku menutupi penisku.

Karena aku diam saja tidak berkata apa-apa, kak Tina balik lagi berlutut di atas perutku menghadap wajahku dengan sebelumnya mengambil tanganku untuk melepaskan pegangan yang menutupi penisku. Terpaksa tanganku posisinya seperti orang menyerah kalau berdiri, kutaruh di samping kepala. Sepertinya kakakku sedang bergerak menari sambil membuka bra-nya. Tapi susah atau sengaja dibuat susah membukanya? “Kak Tin, boleh aku bantuin membuka bra kakak?” tanyaku berinisiatif.

“Memang kupikir tadinya mau nyuruh kamu yang bukain, tapi kakak malu…” lalu sambil berkata begitu dia rebahan dikit, tangannya menopang tubuhnya di samping kepalaku, dengus nafasnya dekat sekali menyapu wajahku.

Karena posisi berlututnya di perutku, yah mulut dan hidungku cuma kebagian lehernya saja. Wah wangi juga lehernya. Tanganku mulai memeluknya dan mencari kaitan bra di punggungnya. Biarpun sudah ketemu sengaja aku lama-lamain. Enak banget memeluk tubuh hangat kakakku seperti ini. Aku juga sempat melihat ukuran bra-nya yang ternyata 34B. Pantas saja terlihat padat banget! “Ayo Yo… jangan nakal! Kejutannya masih banyak..” kata kak Tina lalu menggeser tubuhnya yang berada di atasku sehingga menurun sedikit dan wajahnya berhadapan dengan wajahku.

Dengus nafasnya yang menyentuh wajahku membuatku ngaceng lagi dan semakin bernafsu. Tidak tahu siapa yang memulainya, tahu-tahu bibir kami nempel dan lidah kak Tina menyapu bibirku. Sepertinya sih kakakku ini juga nafsu sekali mau menciumku kali, habis wajahku tetap lurus, tapi wajahnya miring-miring kok.

“Buka mulut kamu Rio. Kakak ajarin ciuman yang sebenarnya…” kata kakakku, yang sepertinya dapat mengetahui kalo aku hanya berciuman bibir dengan cara yang konvensional.

Lalu kuikuti kata-katanya tadi, dan mulai membuka mulut, membiarkan lidah kak Tina masuk ke dalam mulutku. Dia menyapu gigi depanku, lalu lidahku didorong-dorong dan dibolak-balik segala, dan malah lidahku dikitik-kitik dengan lidahnya juga, kami saling tukar menukar ludah.

Aku lupa bahwa tanganku sudah melepas bra-nya apa belum yang jelas tanganku mengusap punggungnya dengan bebas tanpa ganjalan bra segala. Kuusap-usap terus punggungnya yang mulus dan hangat. Dada kami sih masih terpisah oleh bra-nya dan kaosku. Baru aku bilang masih terpisah, kakakku menarik kaosku dan bra-nya untuk disingkirkan. Sambil ciuman begitu, otakku mikirin bagian bawah kami. Wah senjataku tergesek-gesek sama celana dalam mini si kak Tina nih.

“Kak Tina, boleh aku lepasin celana dalam kakak nggak? Kontol aku sakit kegesek-gesek…” kataku melepaskan ciuman sebentar. Akibatnya malah lepas terus-terusan tuh.

“Jangan nakal dulu. Sudah bisa ciuman yang kuajarin…?” tanya kakakku.

“Bisa donk…” jawabku sekenanya.

“Rio diam saja yah…” kata kakakku.

“kakak ngapain?!?” tanyaku sedikit tegang.

“Udah deh. Rio tenang aja.” kak Tina pasti sudah gelap mata, tidak memikirkan lagi yang di depannya adalah adiknya sendiri.

Lalu dia bergerak semakin turun. Kali ini sampai dia duduk di kakiku. Dia persisnya menduduki bagian ujung kakiku, nggak diduduki habis sih, dia bersimpuh sedikit, sambil bergerak perlahan-lahan wajahnya ikutan turun sambil mencium badanku juga. Geli sekali loh, apalagi waktu dia mencium putingku. Sampai kupegang kepalanya gara-gara geli. Untung dia tidak marah. Waktu hidungnya kena bulu kemaluanku, makin geli dan penisku mulai kena dengusannya dan dikecup kepalanya, sepertinya sih kena mata tunggal di kepala penisku. Geli banget rasanya.

Gila! Kali ini kuduga bakal dapat pengalaman disepongin deh. Aku tidak sabar mau menikmati rasanya diisep oleh kakak tersayang ini. Dimuliai dengan jepitan erat bibirnya pada kepala kemaluanku, rasanya sukar dilukiskan, yah geli-geli enak deh. Apalagi waktu bibir itu masih dalam jepitan erat bergerak turun menyentuh lingkaran helm penisku. Wah rasanya mau ngecret saat itu.

“Eehhh.” aku merinding merasakan listrik seperti mengalir di sekujur tubuh saat kakakku mulai menciumi batang penisku.

Aku menikmati sensasi yang timbul saat bibir kakakku makin turun menjalari batang penisku yang sudah sangat keras. Gesekannya sukar dilukiskan, karena aku baru merasakan pertama kali.

“Oohhh.. enaakhhh. kaaakk Tinaaa. ooohh.” aku mengerang- erang mengeluh-eluhkan nama kakakku yang sedang menjilati penisku.

Kakakku terlihat sangat menikmati alat kelaminku, tak ada yang luput dari sapuan lidahnya. Penisku habis diemut- emut dan dijilat-jilat oleh kak Tina. Penisku pun menjadi bulan-bulan kakakku. Sekitar penisku pun sudah basah kuyup dengan air liur kak Tina. Aku terus mendesah dan mendongakkan kepalaku. Geli, hangat, dan nikmat terasa di selangkanganku. Aku tak pernah membayangkan kalau oral seks yang selama ini hanya ada dalam bayangannya akan sangat nikmat, apalagi yang sedang mengoralnya adalah cewek yang merupakan impianku, yaitu kakakku sendiri. Semakin lama, kak Tina jadi semakin bersemangat sendiri.

“Enaakhhh.” lirihku merasakan penisnya basah, hangat, dan nyaman karena seluruh batangnya telah berada di dalam mulut kakakku sepenuhnya.

Kak Tina menggigit-gigit kepala dan leher penisku dengan gemas. Tubuhku menggelinjang-gelinjang saat kakakku menggunakan lidahnya untuk mengorek-ngorek habis lubang kencingku.

Dan saat jepitan erat bibir kakak tersayangku ini semakin turun kearah bulu-bulu kemaluanku yang mulai memenuhi pangkal senjataku, ujung kepala penisku juga menyentuh daging halus dan lembut langit-langit tenggorokan kak Tina. Nikmat sekali! “Cret.. cret.. cret.. cret.. cret..” beberapa kali aku ngecret.

Aku tak bisa menahan lagi dan akhirnya menumpahkan air mani ke dalam mulut cewek untuk pertama kali, dan cewek itu adalah kakakku sendiri.

“Aahh.. udahhh kak Tinaaa. uuuhh.” aku minta ampun karena kak Tina terus mengemut-emut kepala penisku yang mulai terasa ngilu.

Setelah yakin spermaku sudah benar-benar tak bersisa, kak Tina pun mengeluarkan penisku dari mulutnya. Kak Tina membuka mulutnya, menunjukkan mulutnya yang penuh sperma ke aku sebelum akhirnya menelannya.

Kulirik ke mata kak Tina, pandangannya itu sexy sekali (sering aku membayangkan dan terbayang-bayang terus wajah kakakku saat dia sedang menghisap barangku).

Masih muda gini kak Tina sudah jago mengisap penis. Dia suka lagi! Tidak setetespun cairan maniku yang meleleh dari mulutnya. Kalo di film paling yang sampai meleleh karena si ceweknya tidak mau menelan protein yang kita keluarkan, atau mungkin di film sperma meleleh karena memang asyik melihat dan menonton cairan yang meleleh.

“Gimana Rio? Enak gak?” tanyanya sambil tersenyum nakal.

“Aduh… E.. e.. enakhh.. bangethh.. kak…” kataku merintih perlahan. Kencang-kencang takut ibu kami mendengar.

“Rio.. hadiahnya belum selesai.. itu baru foreplay-nya…!” Aku kaget sekaligus deg-degan lagi ketika tau masih ada kejutan lain yang menanti.

“Sekarang Rio basahin memekku dengan ciuman yang tadi aku ajarin yah. Kakak mau bikin kontol kamu tegang lagi…” jawab kakakku santai.

Dia lalu berdiri dan membuka CD-nya secepat kilat.

Ternyata memek kakakku ini mulus tanpa bulu, mungkin dia rajin sekali memotong bulu-bulu kemaluannya. Atau kak Tina sengaja mencukur karena mau membuat kejutan ke aku? Kemudian dia menungging mengambil posisi 69 persis seperti di film-film yang sering aku lihat. Begitu kak Tina dalam posisi mengangkang dengan pahanya terbuka lebar, harum liang kewanitaannya langsung tercium olehku, bau khas liang kewanitaan cewek yang membuat aku semakin terangsang.

”Pantes saja banyak adegan orang lagi jilat memek di film- film…” pikirku.

Mula-mula kujilati dulu belahan liang kewanitaan kak Tina yang terlihat sudah mulai basah, lalu setelah beberapa kali dijilat dengan ujung lidah sampai badan lidahku juga, gelambir bibir luar kak Tina yang warnanya kemerahan dikit itu mulai membuka dan melebar.

“Aaahh.. enak Yo.. teruuuus.. teruuus.. Aaaahh…” desah kak Tina.

“Iya kaaak.. slurp.. aku juga keenakaaan.. slurp.. slurp..

diisepin kakaaak.. slurp..” jawabku sambil terus menjilati memeknya.

“Blp.. blp.. ehm.. blp.. blp…” tidak jelas deh apa jawaban kak Tina, yang jelas aku ingin sekali jilatan dan isapannya berlanjut terus sekalian juga aku membalas kenikmatan pada kak Tina, biar sama-sama enak.

Saling jilat dan isep yang kami lakukan kuulangi lagi. Kali ini kutambah dengan jurus baru, yang sering aku lihat di DVD atau internet. Aku mencoba memasukkan lidah ke dalam liang senggama kak Tina yang mungil. Lubang itu terlihat semakin merangsang. Jelas terlihat memeknya membuka dan menutup dengan gerakan-gerakan menambah nafsuku. Kudorong-dorong lidahku memasuki lubang liang kewanitaan kakakku yang sexy ini, sambil sesekali jurus- jurus gerakannya kugabung dengan menjilat celah liang kewanitaan dan mengulum semua bibir bawah kak Tina.

Nikmat sekali, untung saja kak Tina sudah memberi kursus kilat cara ciuman memakai lidah dan disertai kuluman.

Sukar dilukiskan kenikmatan yang kudapatkan deh, bayangkan saja, kakakku yang sexy sedang menghisap penisku, sementara liang kewanitaannya kujilati.

“Rio, kayaknya kamu udah siap menerima lanjutannya deh…” kata kak Tina yang buru-buru bangun dan ganti posisi, kali ini dia berjongkok di atas pinggangku. Dia sudah tidak tahan. Pasti aku akan bersenggama dengan kakakku ini. Yang jelas sih memang batang kejantananku tidak ciut-ciut tuh. Alasan kak Tina saja untuk membuat liang kewanitaannya lebih basah dulu supaya kami bersetubuhnya lebih gampang, daripada alasan membuat penisku ngaceng lagi.

Dengan satu tangan memegang penisku dan satu tangan lagi membuka celah liang kewanitaannya, kak Tina menunduk melihat jelas-jelas supaya tidak meleset adegan persetubuhan kami yang pertama ini. Aku juga sampai menaikkan kepala kok walau sudah diganjal bantal tinggi. Gila kelihatan banget bibir kemaluan kak Tina yang membuka dan siap disusupi oleh batang kejatantananku yang ngaceng berat. Kak Tina perlahan-lahan menurunkan pinggulnya ke arah penisku, helmku terasa menyentuh belahan hangat basah liang kewanitaan kakakku. Semakin kak Tina menurunkan pinggulnya, helm penisku semakin tidak terlihat, dengan perasaanku yang semakin keenakan.

Kak Tina yang tidak sabar begitu helm penisku hilang dari pandangannya langsung menduduki pinggulku, akhirnya amblaslah seluruh batang kejantananku dan lenyap dari pandanganku.

“Aow.. sakit kak…!” maunya aku teriak, habis mendadak kulit batang kejantananku tertarik oleh jepitan erat dinding kewanitaan kak Tina. Terasa sekali gesekan dan tarikan kulit itu.

“Sstt..!! Jangan berisik, aku juga sakit Yo.. kurang pas kali…” kata kak Tina lalu dia mencabut batang kejantananku dengan mengangkat pinggulnya lagi. Kenikmatan yang dirasakan tidak terlukiskan deh. Tidak sampai lepas semuanya, kali ini kak Tina menggoyang-goyang dulu pinggulnya sedikit untuk memperlancar pelumas atau arah yang tepat, aku tidak tahu deh. Lalu dia menurunkan lagi secara perlahan. Nah ini baru mantap. Pas masuknya.

Sambil kak Tina goyang kiri kanan dikit dan maju mundur dikit, akhirnya batang kejantananku terbenam mantap di dalam liang kenikmatan kakak tersayangku. Ujung batang kejantananku terasa menyentuh rahimnya.

“Oohh.. Rio! Adikku sayaaaang…!!” kakakku ini diam tidak bergerak lagi punggulnya tetapi bagian atas tubuhnya rebah menindihku. Dadanya yang padat berisi, menindih dadaku, dan wajahnya dekat sekali di depan wajahku.

“Kak, aku boleh mengusap-usap badan kakak nggak?” aku bertanya, takut melanggar janji.

Dia tersenyum lalu mengangguk saja, dan buru-buru mulutku di cium. Bibirku sampai sakit karena kak Tina menciumnya dengan disedot segala. Belum kaget aku atas kejadian itu, dia mencium lagi kali ini bibirku dilumatnya dan kami pun bersilat bibir lagi. Aku tersadar akan ujung penisku yang menyentuh sesuatu di dalam sana.

“Kak Tina bisa hamil nggak nih?” tanyaku dengan nada khawatir.

Gila aja sampai menghamili kakak sendiri. Bersenggama dengan kakak kandung saja sudah perbuatan tabu, apalagi kalo sampai hamil.

“Tenang Yo. Kakak baru saja selesai mens kok…” jawabnya tenang.

“Kak Tina nggak perawan sejak kapan nih?” tanyaku.

“Eh.. nakal yah tanya-tanya..! Nggak usah di omongin deh, nikmatin saja yah Rio sayang…” kata kak Tina.

Tapi kulihat dia jadinya sedih tuh gara-gara aku bertanya soal itu. Kami memang terdiam jadinya. Kak Tina cuma diam saat menindihku tanpa bergerak dengan memiringkan kepalanya di wajahku. Hidung kami bersentuhan. Aku menikmati sekali saat-saat ini. Saat- saat indah bersatu dengan kakak tersayangku. Dengusan nafas halusnya menyapu wajahku juga dengan keharuman nafas segarnya. Tanganku mengusap-usap punggungnya yang halus tapi sedikit berkeringat karena kupegang dalam keadaan lembab. Mungkin posisinya kurang enak, kak Tina menggerakkan bagian bawah tubuhnya sedikit. Sensasi dalam lubang tempat kami bersatu itu nikmat sekali.

“Kakakku sayang, ngapain lagi nih sekarang…?” tanyaku bingung.

Tanpa menjawab dia bangkit dari menindih badanku. Kali ini dia benar-benar menduduki pinggangku. Buah dadanya yang mantap memerah karena tertindih tadi terlihat semakin indah saja. Putingnya juga semakin mancung karena rangsangan.

“Nikmati yah Rio, jangan bergerak-gerak pinggulnya…” kata kakakku.

“Ok kak…” lalu mulailah kak Tina bergerak-gerak. Mula-mula sih gerakannya cuma memaju-mundurkan pinggulnya saja sehingga batang kejantananku yang terbenam dalam- dalam tidak keluar sedikitpun, tapi didalam sana rasanya sukar dilukiskan. Ujung kepala penisku terutama helmnya menikmati banget gesekan-gesekan di dalam rongga persetubuhan kami, sepertinya menyentuh benda yang agak kenyal? seperti ada bola kecil di dalam sana. Apa iya itu rahim? Kepala penisku mengelilingi dan menyenggol- nyenggol bola itu. Sensasi yang ditimbulkan luar biasa enaknya, beneran aku terasa banget dan yakin, lubang kecil helm penisku menyentuh dan disentuh sesuatu di dalam sana.

“Oohh Yooo…!” desah kakakku.

“Enak… Kak…” sahutku sambil mendesah juga.

“Oohh Rio sayang.. enaaak banget..!! Kamu enak Yo…?” tanyanya.

“Iya kakakku sayang… Nikmat sekali aaah.. enak…” aku terus mendesah.

“Pegang dan remas-remas toketku dong…” kata kak Tina dengan manja.

“Wah toket kakak mantap banget.. pas besarnya..

kenceng lagi..” pujian jujur dariku keluar.

“Oohh.. terus Yo.. lebih kuat remasnya…” sambil terus mendesah.

“Ya kak… udah lebih enak?” tanyaku.

“Ooohh Rio.. teruuuus.. putingnya juga…” lanjut kakakku Jari-jariku memilin puting susu kakakku yang mengeras, kak Tina merintih lirih akibat gerakan nakal yang kulakukan. Aku meremas dan menggelitiki putting susunya.

Dada kak Tina terangkat saat tanganku mengelusi punggungnya, wajahku menunduk menghampiri payudara yang membusung ke atas.

“Aaaa, AHHHHHHHHH..!! Ennggh Yoooo… Ahhhh hsssh ahssshho-uhh…” kakakku mendesis keras saat mulutku yang terbuka lebar mencucup puncak payudaranya.

Aku terus mengecupi buntalan payudara kak Tina.

Kucuran keringat semakin banyak melelehi belahan payudaranya. Aku menjilati lelehan keringatnya sambil mengecupi belahan payudara kakakku, habis sudah buntalan payudaranya aku hisap.

“Ahh Rioooo. Uhhh… ahhh…” desah kakakku kenikmatan.

Berkali-kali wajah kak Tina terangkat keatas dengan kedua mata terpejam menikmati jilatan-jilatan batang lidahnya pada putting susu kakakku yang keras meruncing, semakin sering pula tubuhnya terbungkuk- bungkuk menahan rasa nikmat saat mulutku mengenyot- ngenyot puncak payudara kak Tina bergantian yang kiri dan yang kanan.

“Aduhhh Yooo..!!” kakakku kemudian mendorong kepalaku saat aku menghisap kuat pada puncak payudaranya.

“Kenapa kak??” tanyaku.

“Sakit… Yo, sudah… ah, sudah, ahhh-emmmhh mmmhhhh..” pinta kakakku.

“Oohh.. aahh Rio…!” lanjut kakakku setengah berteriak.

“Eh kak… jangan kenceng-kenceng…” kataku khawatir juga, habis makin lama semakin kenceng saja desahan dan suara kak Tina yang keluar dari bibirnya itu.

Kak Tina menunduk, mulutnya mencium mulutku lagi, suaranya jadi teredam. Kali ini kak Tina mulai menggerakkan pinggulnya naik turun. Gila, rasanya gesekan batang kejantananku pada dinding liang kewanitaan kak Tina yang menggenggam erat itu loh.

Sensasi yang di timbulkan sampai naik ke kepalaku, buktinya waktu melewati leher dan mulut nafasku semakin menderu-deru.

Cukup lama juga kak Tina melakukan olahraga turun naik di atas pinggangku, pasti dia capek juga, habis biarpun AC kamarku dingin punggungnya keringatan. Tanganku sampai basah telapaknya waktu mengusap-usap terus dari tadi. Tiba-tiba saja kak Tina menggerakkan pinggulnya semakin cepat dan makin keras menghujam kearah batang kejantananku, makin mantap deh tusukan-tusukannya. Lalu lidahku disedot kuat-kuat dan dia roboh lemas setelah tegang-tegang dikit sebelumnya.

Dia sepertinya sudah mencapai orgasme. Tapi suaranya seperti sengaja ia tahan karena takut ketahuan oleh ibu.

Walau tidak disuruh, kugoyang pinggulku menyodok naik dikit. Habis kak Tina diam sih, padahal tadi lagi asyik menggoyangkan pinggulnya.

“Oohh Riooo.. kamu nakal yah..! Tapi enak… enaaak bangeeett.. iya terus… kamu enak Yo?” tanya kak Tina.

“Iya.. kakakku sayang. Kakak sudah orgasme yah..? Licin nih jadinya… tapi nikmat juga kok aah… enak kak.. enak banget..!” “Iya. Tadi kakak mencapai surga tuh..! Lidah kamu nggak kegigit kan?” tanya kak Tina kuatir.

Dia tidak sadar tadi menyedot kuat-kuat lidahku, dan dugaanku dia mencapai orgasme ternyata benar. Untung tidak digigit lidahku.

“Rio.. biar kamu lebih menikmati kejutannya, ganti posisi yah?” tawar kak Tina padaku.

“Gaya nungging yah kak?” tanyaku.

“Kamu mau gaya begitu?” kata kakakku.

“Iya.. kayak di internet…” aku mengiyakan.

“Hayo deh berhubung ini kejutan untuk kamu…” lanjut kakakku tanda setuju.

Kamipun berganti gaya jadi doggy style. Cuma sebentar saja, walaupun aku bisa melihat kak Tina dari belakang, dengan kulit punggung mulus walau berkeringat, pinggangnya yang ramping dan buah pantatnya yang montok, jelas ini adalah pemandangan indah tersendiri.

Tapi ada yang bikin gaya ini jadi sebentar. Setiap kali kusodok maju batang kejantananku semakin ke dalam rongga liang kewanitaan kak Tina, dia seperti tersendak kesakitan.

“Kakak nggak enak yah?” tanyaku pelan-pelan takut menyakiti kakak tersayangku.

“Nggak apa-apa kok, terusin saja, yang penting kamu senang…” jawab kak Tina.

Baru dua sodokan lagi reaksinya sama saja, kesakitan.

Aku tidak mau jadi adik tidak berbudi. Dikasih kejutan yang sangat nikmat begini masak dengan tega menyakiti kakak tersayang sih? “Kak.. ganti gaya lagi deh. Gaya apalagi yang kakak anggap akan menyenangkan kita berdua?” tanyaku bingung.

“Oh.. Rio sayang.. aku bener-bener sayang sama kamu deh…” kata kak Tina begitu mengakhiri persetubuhan kami dan berbalik menghadap dan memelukku dengan erat.

Lagi-lagi aku di cium olehnya, kali ini sebentar saja lalu dia mengambil posisi persis di tengah ranjang dan mengangkang lebar-lebar, dengkulnya ditekuk naik sampai dekat kepalanya. Ini posisi surga bagiku. Melihatnya saja penisku terkejut. Bibir luar liang kewanitaan kak Tina otomatis merekah, bibir dalamnya yang berwarna pink dan tidak kalah sexy-nya di mataku ikutan merekah juga, membuka gerbang surganya yang berupa lubang merah muda, menantang untuk ditutupi oleh batang kejantananku. Aku dengan masih berlutut bergerak mendekati pintu surga itu, dan dengan posisi sedikit berlutut itulah kutempelkan penisku di pintu surga dunia itu.

Kugesek sedikit seperti dalam film, lalu karena memang masih becek-becek dikit jadi lancar saja kucelupin batang kejantananku itu semuanya. Gesekan dinding liang kewanitaan kakakku ini masih saja mantap dan kesat, seret juga malah.

“Aaaahh..” kak Tina malah yang bersuara.

“Enak gak kak Tin?” tanyaku.

“Iyaaa… gerakin keluar masuk dong Yo..!!” pinta kakakku.

Aku menurut, kugerakkan pelan-pelan saja. Memang tidak lama berlangsung, kakak tersayangku ini buru-buru melebarkan kakinya lagi dan tangannya buru-buru meraih leherku untuk diciumi lagi. Gila ciumannya buas sekali, cepat dan penuh nafsu. Tiba-tiba saja aku yang tetap mengatur enak-enak tusukan mantap dalam persetubuhan kami terkaget lagi. Bibirku disedot keras lagi.

Kali ini karena aku tahu bahwa kak Tina mungkin mencapai orgasme lagi. Aku siaga, sengaja mulutku makin merapat, menjaga giginya kalau-kalau menggigit.

“Oohh.. Rio sayaaang.. enak sekali.. oohh.. sshh..” desah kakakku.

“Iya.. kak Tina sayang.. aahh.. nikmat sekali.. aah.. enak…” sahutku keenakan.

“Gila.. kamu belum mau keluar lagi yah?” tanya kak Tina setelah agak reda capeknya.

“Adik siapa dulu dong..!?” sempat-sempatnya kami yang sedang bercumbu bercanda juga.

“Enak nggak kejutanku?” tanya kakakku.

“Bukan enak lagi kak… tapi enak sekali..!! Aku nggak mungkin bisa membalas kejutan seperti ini…” jawabku.

“Ah Rio.. kalau bukan adikku.. aku mau aja deh pacaran sama kamu…!” kata kakakku.

“Loh memangnya sekarang kagak bisa apa?” candaku.

Akhirnya sambil bercinta dengan hot terus sebelum aku ngecret lagi kami ngobrol-ngobrol sedikit. Aku tidak menyinggung soal keperawanan dan pacarnya sekarang.

Dia cuma cerita batang kejantananku adalah yang terpanjang dan terbesar yang pernah dia rasakan, padahal dia baru mencoba 2 batang kejantanan selain punyaku.

“Kak, gara-gara cerita seks dan soal batang kejantananku yang super menurut kakak. Kayaknya aku mau keluar lagi nih…” kataku.

“Aahh… Rio sayang.. jangan takut.. aku sayang banget sama kamu. Silakan saja keluarkan di dalam rahimku..

jangan khawatirkan apa-apaaa.. aaahh…” kata kak Tina sambil mengusap-usap punggungku kemudian wajahku.

Mana tahan aku melihat wajah manisnya yang sedang tersenyum terus melihatku. Kupompa semakin cepat dikit deh dan dalam-dalam setiap tusukannya.

“Oohh.. oooh.. aaah.. ahh…” begitulah suara kami berdua akhirnya gara-gara aku mempercepat irama persetubuhan kami.

“Riooo… aku keluar lagi nih.. aahh…” tampang sexy kak Tina saat mencapai orgasme untuk yang ketiga kali ini tidak bisa kutahan lagi deh, apalagi wajahnya yang memerah berusaha tetap tersenyum senang dan tidak memejamkan matanya tapi melihat ke dalam mataku.

“Cret.. cret.. cret…” entah berapa kali saat ini aku mengeluarkan sperma. Yang jelas cairan hangatku menembak bola kecil di dalam memek kakakku.

Kenikmatannya sukar dilukiskan. Aku sampai roboh kecapaian dalam pelukan kak Tina yang masih ngangkang terus.

“Kak Tina sayang…” panggilku.

“Yah.. adikku sayang..” jawab kakakku.

“Kejutan dari kakak sangat tak ternilai…” pujiku.

Malam itu kami tidur seranjang. Bohong besar kalau aku cerita senggama sampai pagi. Aku kecapaian kok.

Sepertinya waktu baru berbaring sama-sama sebelum tidur, karena kami sama-sama capek untuk matiin lampu, aku melihat hari sudah pukul 3 pagi. Dalam ngobrol-ngobrol sebelum pulas, sepertinya kak Tina cerita, perawannya hilang sewaktu dia masih kuliah dengan pacarnya yang berbeda kampus. Dan sebelum pulas kami juga berandai- andai, siapa tahu saja bisa sama-sama terus setiap malam minggu pergi barengan saja. Yang pasti kami terus melakukan hal terlarang tersebut sampai saat ini.

- Fin -

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan