31 Oktober 2020
Penulis — king2001
Kemarin malam dua narapidana melarikan diri dari penjara. Kedua pria ini bersenjata dan sangat berbahaya.
Dony mematikan TV.
Jadi mereka tahu kemana kita pergi sekarang. Dony yang berumur 39 tahun, dipenjara karena mengedarkan narkoba.
Keterkaitannya dengan jaringan obat bius membuatnya mendapat hukuman penjara 20 tahun sampai seumur hidup.
Saat ini mereka pasti sudah menemukan peta yang aku tinggalkan dan pasti mereka berpikir kita sedang kabur menuju ke utara. Kita hanya perlu menunggu 24 jam lalu bergerak ke selatan. Hari Kamis kita akan bertemu dengan Eddy dan hari Jumat kita pasti sudah ongkang-ongkang kaki menikmati hidup di luar negri.
Kedengarannya OK, kata Jono. Jono adalah rekan Dony dalam pelariannya. Jono sendiri terpidana 20 tahun atas pemerkosaan dan penculikan yang diperbuatnya terhadap 2 teman kuliahnya. Walau terlihat mereka bukan pasangan yang cocok, Jono sangat setia kepada Dony selama hidup bersama di penjara.
Ricky memandang istrinya, Lusi. Mereka berdua memang bukan dipilih secara khusus oleh kedua narapidana tersebut.
Ricky dan Lusi hanya berada di tempat dan waktu yang salah. Dony hanya memencet bel rumah itu. Saat Ricky membukakan pintu, Dony dan Jono menyerbu memaksa masuk ke dalam rumah. Saat itu suami istri tersebut baru menyadari betapa parahnya keadaan mereka. Kedua pria yang dikategorikan bersenjata dan sangat berbahaya baru saja memaksa masuk ke dalam rumahnya. Ricky bukan seorang yang bertubuh besar dan ia tahu bahwa dirinya bukan tandingan kedua narapidana itu.
Kelihatannya kita semua akan saling mengenal lebih jauh lagi dalam waktu 24 jam ke depan. Kalau kalian mau bekerja sama maka kalian akan melewati semua ini hidup- hidup. Tapi jika tidak, akan terjadi pertumpahan darah dengan cepat. Apa kalian mengerti? Ricky menatap Dony lalu menganggukkan kepalanya.
Kami tidak ingin mencari masalah. Kami tidak perduli apa yang telah kalian perbuat atau kemana kalian akan pergi.
Kami akan bekerja sama.
Bagus, bagus, kata Jono sambil berjalan menghampiri Lusi dan memandangi tubuhnya dari ujung rambut sampai ke ujung kakinya, Bagus, bagus.
Dony sadar bahwa akan sulit mengontrol Jono dalam situasi seperti ini. Sebenarnya ada saja alasan yang bisa dipakai.
Dengan hukuman penjara 20 sampai seumur hidup, ditambah lagi dengan kaburnya mereka dari penjara, jika mereka sampai tertangkap lagi, mereka tidak rugi apa-apa.
Memang pemerkosaan bukanlah gaya Dony namun sudah lama ia tidak menikmati wanita dan Lusi sangatlah menarik.
Dengan tinggi badan 157 cm dan berat 50 kg, kunjungan rutin Lusi ke fitness center 3 kali dalam satu minggu tidaklah sia-sia. Lusi memiliki pantat yang bulat dan kencang, perut yang rata dan payudara yang ranum berisi dan memiliki lekuk tubuh yang terlihat seperti gitar yang sudah pasti akan menarik perhatian para pria. Dony mendapati penisnya mengeras hanya karena membayangkan tubuh Lusi.
Saat Jono mengelilingi Lusi, Ricky mencoba untuk menghalanginya namun tangan Dony sudah mencengkram lehernya. Kekuatan cengkraman tangan Dony membuat Ricky terduduk jatuh sambil menghirup udara sebanyak- banyaknya karena kehabisan nafas. Jangan macam-macam, bocah! kata Dony, Jangan coba-coba jadi jagoan. Kamu cuma akan membuat keadaan jadi tambah buruk dan bahkan mungkin bisa membuat keluargamu terbunuh.
Jono menahan lengan Lusi ketika ia hendak menolong Ricky. Aduh, Lusi, Ricky baik-baik saja kok. Dia hanya perlu bernafas dengan baik. Seharusnya kamu lebih memikirkan keadaanmu dan juga dia. Dengan menggunakan gerakan kepalanya, Jono menunjuk ke arah Winda, anak Lusi dan Ricky yang baru berumur 15 tahun.
Wajah Winda sangat mirip dengan wajah ibunya. Dari bentuk tubuhnya, Winda terlihat sudah masuk ke masa remaja dengan perut yang mulai mengecil dan buah dadanya yang sudah terbentuk, walau tidak sebesar payudara Lusi.
Jangan bawa-bawa dia ke dalam masalah ini! teriak Lusi.
Ia hanya anak kecil. Melihat dirinya menjadi topik permasalahan, Winda mulai menangis. Melihat hal ini, Ricky berniat bangkit berdiri namun usahanya dipatahkan oleh Dony dengan mendorong tubuhnya dengan kakinya.
Duduk diam! Kalau kalian semua bekerja sama, kami tidak akan mencelakai anak itu, kata Dony dengan penuh kuasa.
Dony tahu dalam hatinya bahwa Winda yang masih muda itu akan menjadi godaan yang sangat sulit untuk dilewatkan baik oleh Jono maupun oleh dirinya. Walaupun demikian, dengan menawarkan sedikit harapan akan dapat membantunya mengontrol situasi seperti ini.
Jono mengambil alih kendali. Oke, semuanya duduk di sofa. Ayo sekarang! Dony, kau perhatikan mereka.
Setelah itu Jono keluar dari ruangan. Beberapa saat kemudian ia kembali dengan senyum penuh kemenangan dan gulungan tali.
Oke, bung. Berdiri! perintahnya.
Ricky berdiri dengan perlahan. Pikirannya berkecamuk. Jika ia membiarkan dirinya diikat, ia akan menjadi tak berdaya untuk melindungi keluarganya. Sementara pikirannya masih berputar, Ricky melihat Jono mengeluarkan pisau dari kantong belakang celananya lalu menjambak rambut Lusi dan menariknya sehingga ia bangkit berdiri. Dengan gerakan cepat Jono berputar ke belakang Lusi dan menaruh mata pisau itu ke lehernya. Tanpa pernah melepaskan tatapannya ke Ricky, Jono berkata, Jangan coba-coba jadi jagoan, bung! Ini sudah diluar kemampuanmu. Satu gerakan saja bisa mencelakaimu dan juga keluagamu.
Sekarang, tanggalkan bajumu! Ricky benar-benar tak menyangka mendengar perintah itu.
Ia memang sudah menduga-duga apa yang bakal terjadi bahkan sudah menerima kenyataan bahwa kedua binatang ini mungkin akan memperkosa istrinya. Namun ia tidak pernah terpikirkan bahwa mereka menginginkan tubuhnya.
Dony tersenyum. Hal ini adalah trik lama di penjara.
Menelanjangi seseorang akan membuatnya merasa tak berdaya dan lemah. Seseorang yang telanjang akan jauh lebih mudah dikontrol.
Ayo cepat, bung. Aku mau semua bajumu dilepaskan.
Sementara pikirannya terus berkecamuk, Ricky mulai membuka satu per satu kancing kemejanya. Setelah itu ia melepaskan sepatu dan kaos kaki. Dan yang terakhir ia menanggalkan celana panjangnya.
Jono mengangguk ke arah celana dalamnya. Semuanya, bung. Aku mau kau telanjang seperti saat kamu dilahirkan, katanya dengan senyum yang lebar.
Tapi, Ricky menyela sambil menggerakkan kepalanya ke arah putrinya yang masih berumur 15 tahun itu.
Memangnya kenapa, Pa? ejek Jono. Winda belum pernah melihat laki-laki yang telanjang? Aku rasa ia sudah pernah melihatnya!
Menoleh ke Winda, ia bertanya, Bagaimana Winda? Apakah kamu pernah melihat ular bermata satu? Dony menahan tawa. Jono memang benar-benar keparat. Ia senang mempermalukan mereka.
Pada kenyataannya Winda sudah tidak perawan. Ia sudah pernah melakukan hubungan seks beberapa kali dengan pacarnya, Tommy. Sadar bahwa saat itu bukanlah saat yang tepat untuk bercerita tentang hal itu baik kepada kedua narapidana itu maupun kepada kedua orang tuanya, Winda menggelengkan kepalanya untuk menjawab: tidak.
Semuanya, Pa. Sekarang! Jono membentak.
Melihat sedikitnya alternatif yang ia miliki, Ricky menanggalkan celana dalamnya dengan perlahan. Memang penis Ricky termasuk berukuran kecil saat berereksi, namun dalam kondisi seperti ini penisnya bak siput yang bersembunyi ketakutan.
Melihat hal ini, Jono tertawa terpingkal-pingkal. Pantas saja sedari tadi dia berusaha untuk menyembunyikannya.
Jono menengok ke arah Winda dan berkata, Jangan khawatir, Winda. Hari ini kamu akan melihat ukuran laki- laki yang sesungguhnya.
Jono menarik sebuah kursi dari ruang makan dan menaruhnya di tengah-tengah ruangan. Semua pandangan jatuh pada Jono saat ia mengitari Ricky. Mungkin aku harus memanggilmu: banci untuk ukuran penismu yang mepermalukan kaum laki-laki.
Ditantang seperti itu, Lusi menjawab dengan pandangan yang membara, Ricky dua kali lebih laki-laki dari kau.
Dan aku menyayanginya dengan sepenuh hatiku! Oh, iya, iya, jawab Jono. Lalu ia memerintah Ricky, Kedua tangan di belakang kepala! Tidak ada gunanya menyembunyikan penismu! Merasakan bahwa saat itu adalah kesempatannya yang terakhir untuk mengambil alih kekuasaan, Ricky berputar ke kiri. Ricky merasakan rambutnya dijambak oleh Dony dari belakang. Jono menonjok perut Ricky dan ia terbungkuk dan tersungkur kesakitan.
Sementara Ricky masih kesakitan, Jono bergerak ke belakangnya dan mengamankan kedua tangannya dengan mengikatnya dengan tali yang baru dibawanya. Dony dan Jono mengangkat tubuh Ricky lalu mendudukkannya ke kursi di tengah-tengah ruangan itu. Jono kemudian mengikatkan kedua kaki Ricky ke kaki kursi tersebut, kiri dan kanan.
Dony terkesan betapa cepat semua itu berlangsung dan kini Ricky telah terikat dan diamankan. Ricky terlihat sangat memalukan duduk terikat dengan keadaan telanjang bulat dengan kedua kakinya mengangkang dan memperlihatkan penisnya yang kecil terjulur keluar dari bulu-bulu kemaluannya.
Jono mengedipkan matanya pada Dony lalu berbalik ke Lusi yang masih duduk di sofa dengan sorot mata yang penuh ketakutan. Melihat suaminya terikat dengan kondisi telanjang seperti itu membuat dirinya dikuasai oleh keputusasaan. Hanya Tuhan yang tahu apa rencana kedua narapidana ini atas dirinya dan keluarganya.
Winda berusaha untuk memalingkan wajahnya dari ayahnya tetapi ia tak dapat menahan dirinya untuk mencuri pandang melihat alat kelamin ayahnya yang walau berukuran kecil namun terlihat jelas. Winda belum pernah melihat Tommy dalam keadaan tidak ereksi; Tommy selalu ereksi saat bersama dengannya. Penis ayahnya sangat kecil jika dibandingkan dengan penis Tommy yang ereksi. Winda tidak tahu bahwa rasa takut ayahnya dapat mempengaruhi penisnya.
Jono menjulurkan tangannya ke Lusi. Tanpa berpikir panjang ia meraihnya. Jono segera menarik Lusi sehingga ia berdiri di hadapannya. Kedua matanya tampak berkaca-kaca saat ia menatap suaminya. Dengan menarik dagunya, Jono memalingkan wajah Lusi sehingga ia memandangnya.
Sekarang kita akan berkenalan lebih dalam, katanya. Jono membelai rambutnya lalu merangkulnya dan mengecup lehernya dengan lembut.
Ini dia, pikir Lusi, Jono akan membawaku masuk ke kamar dan memperkosa tubuhku. Ia akan memperkosaku di atas ranjang pernikahanku.
Penis suamimu terlihat kecil sekali, Lusi. Dengan alat sekecil itu, kamu pasti bermasturbasi untuk mendapat kepuasan. Dengan berbisik di depan telinganya, Jono bertanya kepada Lusi sekali lagi, Apakah kamu setiap hari bermasturbasi Lusi? Tidak. Aku tidak pernah, jawab Lusi.
Omong kosong! jawab Jono sambil mendorong Lusi dengan kasar.
Cukup sudah! Aku mau lihat kamu telanjang! Ayo buka semua bajumu! Lusi baru tersadar. Laki-laki ini tidak berniat memperkosanya di kamarnya yang tertutup. Binatang ini berniat memperkosanya di sini, di ruang tamu tepat di hadapan suami dan putrinya.
Buka semua bajumu, Lusi dan tunjukkan bagaimana kamu bermasturbasi.
Lusi menggelengkan kepalanya untuk menolak.
Dengan gerakan yang tiba-tiba, Jono menarik robek baju Lusi yang menyebabkan kancing-kancing bajunya beterbangan jatuh. Dalam keadaan yang masih terkejut Lusi hanya diam mematung saat Jono memasukkan pisaunya ke antara buah dadanya lalu memotong BH dengan satu tarikan.
Saat kedua bukit payudara Lusi tergantung bebas, Lusi terkesiap, Winda memekik berteriak, dan Ricky menggeliat- geliat berusaha melepaskan dirinya dari ikatan. Jono tersenyum bangga. Buah dada yang indah, Lusi! Dony, Lusi mempunyai buah dada yang indah, kan? Sudah jelas itu, jawab Dony. Singkat kata, ia terlihat luar biasa! Mari kita lihat bagian tubuhmu yang lain, Lusi.
Tanggalkan rok itu atau kau mau aku merobeknya juga? perintah Jono.
Tolong, pinta Lusi, dapatkah kita masuk ke kamar. Aku akan melakukan apa saja yang kalian perintahkan. Apa saja, asal jangan di sini.
Lusi, sayang, bagaimanapun juga kamu akan melakukan apa yang kami perintahkan. Tapi kalau kamu lebih suka melakukannya di kamar, boleh-boleh saja, jawab Jono.
Lusi sedikit merasa lega. Sudah cukup buruk harus mengalami perkosaan namun akan lebih buruk lagi jika harus melakukannya di hadapan suami dan anaknya.
Jono menoleh ke Winda dan berkata, Winda sayang, mama kamu mau melakukannya di dalam kamar. Kamu jadi anak baik yah. Kamu masuk ke sana dan persiapkan ranjangnya.
Winda tak bergerak. Ia hanya memandangi Lusi lalu ke Jono.
Winda, jangan membuatku untuk meminta dua kali. Masuk ke dalam kamar dan persiapkan ranjangnya.
Winda bangkit berdiri dan dengan terisak ia menghambur ke dalam kamar.
Dony, Lusi ingin agar pesta ini dipindahkan ke dalam kamar. Tolong bantu aku untuk memindahkan Ricky. Oke? Lusi tidak percaya apa yang baru saja ia dengar.
Harapannya untuk menyelamatkan harga dirinya langsung sirna dalam sekejap. Bukan, maksudku hanya kau dan aku, protes Lusi.
Wah, Lusi, kita kan tidak mau bersikap egois? Aku yakin semua mau ikut melihat, kata Jono sambil tersenyum.
Dony, kau mau melihatnya kan? Dony mengangguk tanda setuju, Tentu saja.
Berjalan menuju Ricky, Jono menatap matanya, Bagaimana denganmu, bung? Kau mau melihat istrimu bermain dengan laki-laki tulen, kan? Dengan berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan, Ricky menggeram, Kalian manusia keparat! Apa yang telah kami lakukan terhadap kalian? Lepaskan kami. Silakan bermalam di sini, lalu pergi setelah kalian siap. Kami tidak akan melapor ke polisi. Tapi lepaskan kami.
Wah, bung. Apakah kau dapat memikirkan cara yang lebih baik untuk melewati malam ini? Tentu saja tidak! kata Jono, Lusi masuk ke dalam kamar dan tanggalkan semua bajumu. Dony, tolong aku dong.
Dengan kepala terkulai lemas, Lusi berjalan menuju ke kamar. Dony dan Jono menarik kursi di mana Ricky terikat masuk ke dalam kamar dan menempatkannya di ujung ranjang.
Bagaimana pemandangan dari sana, bung? Nah begitu dong, bocah baik. Berhenti meronta-ronta dan tonton saja.
Seperti yang telah diperintahkan, Winda telah mempersiapkan ranjang dengan menurunkan bantal-bantal.
Kini ia meringkuk di sudut kamar sambil terisak tanpa suara.
Lusi berdiri di samping ranjang dengan kedua tangan di kedua sisi tubuhnya dan payudaranya bulat menantang.
Perempuan bodoh! seru Jono. Apa kamu tidak mengerti apa artinya telanjang? Jono menatap Winda dan melambai kepadanya, Winda, ayo bantu mama kamu menanggalkan pakaiannya.
Winda tidak bergerak dan Lusi mulai menangis, Jangan ganggu dia. Aku akan melakukannya sendiri.
Lusi melakukan apa yang ia katakan. Lusi menanggalkan roknya dan kini hanya tertinggal celana dalamnya. Dalam keadaan telanjang, Lusi terlihat jauh lebih cantik bahkan jauh di luar harapan Dony dan Jono.
Ayo tanggalkan celana dalam itu juga, Lusi, Jono memberi perintah. Setelah menuruti perintah Jono, Lusi berdiri dalam keadaan telanjang bulat di hadapan mereka.
Wajahnya bersemu merah karena malu.
Lusi aku suka celana dalam kamu tapi bulu-bulu kamu terlalu panjang sehingga terlihat kurang pas.
Mendengar perkataan itu membuat Lusi menjadi sangat malu bahkan ia berpikir tidak mungkin untuk bertambah malu dari keadaannya sekarang. Namun Lusi salah.
Pergi ke WC dan cukur habis bulu-bulu itu. Aku mau bulu-bulu itu bersih seperti saat kamu berumur 12 tahun.
Lusi memandang Jono dengan tatapan tak percaya.
Terserah kamu. Jika kamu tidak mau melakukannya, aku akan melakukannya untukmu.
Lusi berjalan masuk ke WC dengan lunglai. Dony, ada baiknya jika kau ikut masuk dan perhatikan dia. Aku akan berjaga di sini bersama 2 bocah ini, kata Jono.
Pipi Lusi menjadi benar-benar merah saat Dony mengikutinya masuk ke WC.
Kini perhatian Jono jatuh pada Winda. Ia mendekati gadis itu dan mulai membelai pipinya. Dengan suara yang rendah dan pelan sehingga hanya Winda yang dapat mendengar, Jono berkata, Tidak perlu takut, sayang. Aku tidak akan menyakiti kalian. Biar ini menjadi rahasia kita berdua.
Sebenarnya aku hanya ingin mempermainkan papamu saja.
Jono tersenyum dan melihat Winda menjadi sedikit lebih rileks.
Sekarang beri tahu aku, gadis secantik kamu kamu sebenarnya sudah tidak perawan, kan? Winda merasa senang mendengar pujian Jono. Laki-laki sepantarannya tidak pernah memuji kecantikannya.
Sebenarnya Winda ingin menceritakan kebenarannya. Yah, tidak juga sih, kata Winda sambil menatap ke bawah.
Jono menarik dagunya dan memaksa Winda untuk menatap matanya. Ini kesempatan buat kamu untuk merealisasikan fantasimu. Kamu dapat dengan mudah menyalahkan apa pun yang terjadi malam ini dengan berkata: Aku tidak punya pilihan lain. Tidak ada yang akan dapat menyalahkan kamu atas apa yang kamu lakukan malam ini.
Saat ini aku akan berlaku kejam terhadap papamu. Dia memerlukan seseorang yang bisa menenangkan dirinya.
Bagaimana kalau kamu duduk di pangkuannya sementara aku menyetubuhi mama kamu? Winda terkejut mendengar perkataan Jono, namun juga sedikit tergoda. Apakah ia benar-benar ingin menyaksikan pemerkosaan atas ibunya? Sebagian dari dirinya menginginkan untuk menyaksikannya. Membayangkan dirinya melihat seseorang berhubungan seks secara langsung dari dekat membuat hatinya gamang. Lalu masalah ayahnya.
Winda mencintai ayahnya tetapi ia tidak pernah melihatnya dalam keadaan telanjang terlebih lagi duduk di pangkuannya saat ayahnya bertelanjang bulat. Lalu mengapa ia menjadi basah dengan memikirkan semua ini? Betapa menjijikannya hal itu? Namun demikian perkataan Jono terus terngiang-ngiang di telinganya, Apapun yang terjadi malam ini, kamu dapat dengan mudah memberi alasan: Aku tidak punya pilihan lain.
Dengan anggukan yang nyaris tidak terlihat, Winda bangkit berdiri dan menghampiri ayahnya. Maafkan aku, pa, Winda berbisik kepada Ricky. Lalu ia duduk di pangkuannya.
Sementara itu Lusi mempersiapkan dirinya di WC ditemani oleh Dony. Lusi pernah mencukur bulu kemaluannya waktu kuliah namun waktu itu sudah lama berlalu. Situasi di mana ia harus mencukur bulu kemaluannya disaksikan oleh pria asing, sungguh memalukan Lusi. Ia menyelesaikannya secepat mungkin karena ingin segera kembali ke kamar.
Lusi tidak dapat mempercayai Jono seorang diri menemani anak dan suaminya.
Ketika keluar dari WC, Lusi terkejut mendapati putrinya sedang duduk di pangkuan suaminya yang terikat dalam keadaan telanjang bulat. Rona merah di pipi Winda menunjukkan bahwa semua ini bukan berdasarkan keinginannya. Binatang keparat! pikir Lusi. Jono benar- benar gila.
Mari kita lihat hasil pekerjaanmu, Lusi, ejek Jono dengan semangat.
Dengan wajah yang merah padam, Lusi menggeser tangannya dari selangkangannya dan memperlihatkan kemaluan yang licin tanpa bulu.
Nah, ini yang aku maksud, Jono berkata, Cantik, sungguh-sungguh cantik! Jono menoleh ke Ricky dan berkata, Rick, begini cara yang benar memelihara seorang pelacur. Lihat, dia memiliki vagina seorang gadis dan payudara seorang wanita. Tidak ada yang lebih baik dari ini. Kalau aku jadi kau, aku akan menyuruhnya untuk tetap seperti ini setiap hari. Beri tahu aku, Rick. Apakah pelacurmu ini tahu caranya menghisap batang laki-laki? Ini sudah keterlaluan bagi Ricky. Bangsat! Keparat kau!! Ck, ck, ck. Bukan begitu caranya berbicara dengan tamu, ejek Jono.
Jono menjambak rambut Lusi dan bertanya, Bagaimana, Lusi? Apa kamu penghisap penis yang hebat? Oral seks memang mendapat porsi yang besar di dalam kehidupan seks Lusi dan Ricky. Ricky selalu memuji Lusi atas kemahirannya menghisap penis. Bagi Ricky, Lusi adalah penghisap yang terbaik yang pernah ia tahu. Dengan pengalaman yang terbatas, kini Lusi harus melakukannya dengan pria ini. Memikirkan dirinya harus menggunakan mulutnya untuk memuaskan Jono membuat Lusi menjadi jijik. Jika Jono tahu bahwa ia tidak bisa melakukannya dengan baik, mungkin ia akan mengurungkan niatnya.
Kata Ricky aku tidak becus dalam hal itu. Kami jarang sekali melakukannya. Katanya gigiku sering menyakitinya, jawab Lusi.
Jono tersenyum sendiri. Ia tidak mempercayai perkataan Lusi sama sekali. Tidak ada laki-laki yang akan berkata kepada istrinya bahwa ia tidak becus dalam oral seks.
Bahkan laki-laki bodoh pun akan mendorong istrinya untuk terus berusaha untuk menjadi semakin baik dalam melakukan oral seks.
Tidak menjadi masalah, Lus. Aku tahu aku dapat mengajarimu. Mungkin perlu semalaman untuk itu namun aku yakin kamu akan menyandang predikat Penghisap Penis Terbaik malam ini. Kalau masalahnya terletak pada gigimu, aku dapat merontokkan semua gigimu. Bagaimana, Don? Apakah kau siap mengajari Lusi cara berkumur sperma? Sejak masuk ke rumah itu, Dony sudah terpikat oleh kecantikan Lusi. Bayangan Lusi yang berlutut di hadapannya sambil menghisap penisnya tentu sangat menarik hatinya.
Dengan putrinya duduk di pangkuannya, Ricky meronta untuk lepas dari ikatannya. Keparat kau! Lepaskan istriku! Memangnya kau punya wewenang apa, hah?! Aku berencana untuk memakai semua lubang yang istrimu miliki dan kau akan menonton semuanya. Sana bercengkrama dengan putrimu dan nikmati pertunjukan ini.
Jono menjambak rambut Lusi dan kembali memberi perintah, Kalau kau tahu apa yang terbaik buat dirimu, kau akan menarik keluar penisku dan mulai membuatnya basah.
Lusi tahu inilah saatnya. Ia menenangkan dirinya untuk melakukan apa saja yang diperlukan untuk menyelamatkan keluarganya. Dengan gemetar Lusi menurunkan resleting celana Jono. Saat ia meraih masuk ke dalam celana itu, tangannya tertahan oleh sesuatu.
Ayo, keluarkan! perintah Jono.
Jari-jari Lusi meraba tonjolan itu dan ia baru menyadari bahwa yang ia raba tak lain adalah penis Jono. Ya ampun, penisnya besar sekali!! Kelihatannya kamu memerlukan bantuan, kata Jono sambil tersenyum. Jono membuka celananya lebih lebar dan membiarkan penis itu melompat bebas ke luar. Walau hanya dalam kondisi setengah ereksi, besar penis Jono hampir dua kali lipat penis suaminya.
Panjang penis itu kira-kira 15 cm dan sangat tebal sampai jari-jari tangannya tidak dapat melingkari batang penis itu.
Jono menanggalkan celananya lalu meletakkan tangannya di pundak Lusi. Ia menekan pundak itu agar Lusi berlutut di depannya. Mungkin ini sedikit lebih besar dari yang biasa kau tangani, Lus. Tapi kalau kau berkonsentrasi, aku tahu kamu pasti bisa membuatku senang.
Winda pun kaget melihat penis Jono. Penis Jono jauh lebih besar dari penis Tommy. Ia bahkan tidak menyangka ada penis sebesar itu. Penglihatan tersebut membuat Winda beringsut dari duduknya dengan gelisah. Dan hal ini juga memberi dampak tersendiri kepada ayahnya.
Melihat istrinya berlutut di depan penis yang besar itu membuat penisnya sendiri menjadi hidup. Kenyataan bahwa anak gadisnya bergerak-gerak di pangkuannya bahkan memperburuk situasi.
Winda tersentak diam dan menahan nafasnya saat ia merasakan penis ayahnya mulai membesar dan mengeras.
Hal ini membuat dirinya diam tak bergerak sedikitpun.
Mata Jono dan Winda saling bertemu lalu Jono tersenyum.
Apapun yang terjadi malam ini, dapat dengan mudah dibenarkan dengan memberi alasan: Aku tidak punya pilihan lain. Winda terus mengulang-ulang kalimat itu dalam otaknya. Winda mengatur posisi duduknya sehingga penis ayahnya yang sudah mengeras bersemayam di belahan pantatnya. Lalu ia mengelos, tidak berani menatap Jono.
Sementara itu Lusi berhadapan-hadapan dengan penis terbesar yang pernah dilihatnya. Bayangan dirinya menghisap penis itu membuatnya merasa jijik namun juga mengundang rasa ingin tahu.
Jono menjambak rambut Lusi ke belakang untuk memaksa Lusi untuk membuka mulutnya, Bilang AAAAAH! Lusi membuka mulutnya. Lalu Jono menaruh kepala penisnya ke dalam mulut Lusi. Rasanya seperti menelan ujung pemukul bola baseball.
Rileks, Lus. Aku tahu kamu pasti bisa, kata Jono sambil terkekeh.
Mungkin memerlukan waktu semalaman tapi aku tahu kamu pasti bisa memasukkan seluruhnya ke dalam mulutmu, sambungnya lagi.
Mendengar perkataan itu Lusi mulai panik. Lusi mencoba untuk menarik mundur kepalanya, namun tangan Jono menahan kepalanya untuk bergerak.
Sssttt, rileks saja, Lus. Kalau kau melawan, kau hanya akan memperburuk keadaan. Sekarang buka mulut kamu lebih lebar dan bilang AAAAAH.
Lusi sadar bahwa keadaan tidak akan berpihak pada dirinya.
Air mata mulai menggenangi matanya sementara ia berusaha memasukkan sisa batang penis tersebut ke dalam mulutnya yang kecil.
Akhirnya Lusi menarik mundur kepalanya dan melepaskan penis itu. Jono berkata, Keterlaluan! Kalau aku harus mengajari dari awal lagi, lebih baik aku mengajari Winda untuk melakukannya! Mendengar hal itu Winda merasakan tubuhnya mencair.
Cairan dari vaginanya mulai merembes keluar dan membasahi celana dalamnya. Rasa hangat yang tiba-tiba keluar di sekitar kemaluan Winda itu dirasakan pula oleh ayahnya.
Ya ampun! pikirnya, Hal ini membuatnya terangsang! Putriku terangsang karena melihat binatang-binatang ini memperkosa ibunya sendiri!
Ketika Winda menaruh belahan pantatnya ke atas penis ayahnya, Ricky tersadar kalau ia pun ikut terangsang.
Ada apa dengan diriku? pikirnya. Istriku sedang diperkosa dan putriku yang berumur 15 tahun duduk di pangkuanku malah membuatku berereksi?? Lusi menanggapi ancaman Jono dengan menggenggam penis Jono dan memaksa dirinya untuk tersenyum. Tidak, tidak. Aku bisa melakukannya. Aku hanya belum terbiasa dengan ukurannya yang sangat besar. Aku akan mencobanya lagi.
Jono tahu ancamannya berhasil. Lusi takut kalau-kalau ia malah mengincar Winda yang sebenarnya ingin ia lindungi.
Jono melirik Winda yang masih duduk dengan gelisah di pangkuan ayahnya. Ia tahu bahwa Winda ingin mencicipi penisnya, namun ia masih ingin bermain-main dengan Lusi terlebih dahulu.
Oke pelacur, kamu mendapat satu kesempatan lagi. Buka mulutmu! Jono menggenggam penisnya dan tangannya yang lain menekan belakang kepala Lusi.
Saat ia menekan kepala penisnya masuk, Jono merasakan lidah Lusi membalur penisnya secara refleks. Nah begitu, dong. Pakai lidahmu! Jilat yang enak dan basah! Jono menoleh ke arah Winda dan Ricky lalu berkata, Boleh juga servisnya. Tapi jelas dia belum terbiasa dengan laki- laki tulen. Bagaimana tontonannya? Mendengar omongan kotor Jono, membuat tubuh Winda meleleh sekali lagi. Cairan dari vaginanya kembali merembes ke luar. Jono melihat mata Winda berkedip-kedip sesekali dan tubuhnya sedikit gemetar.
Winda buka celana dalam kamu! Mendengar hal ini, Winda langsung mematung. Duduknya yang dari tadi gelisah langsung terdiam. Sementara Ricky hanya menatap ke lantai tak berdaya. Dony tahu bahwa pesta baru saja dimulai.
Kamu tuli, yah? Aku mau celana dalammu. Tanggalkan celana dalammu lalu serahkan ke Dony.
Dengan gerakan yang lambat, Winda berdiri dari pangkuan ayahnya dan mulai menurunkan celana dalamnya yang sudah lembab basah itu. Matanya menatap lantai lekat-lekat saat Winda menyerahkan celana dalam itu kepada Dony.
Wajahnya menjadi semakin merah menyala.
Dony menghampirinya dan meraih celana dalam itu.
Basahnya celana dalam itu menjadi suatu bukti. Dony mendekatkan celana dalam itu ke wajahnya lalu menghirup aroma khas wanita yang keluar dari celana dalam itu. Gila, celana dalamnya basah, Jon! Perempuan ini banjir dan membuat celana dalamnya basah kuyup! Aku tahu, Jono tersenyum, sekarang kamu kembali duduk di pangkuan papa, Win! Tanpa celana dalamnya, Winda tidak dapat lagi menyembunyikan gejolak yang semakin berkembang dalam dirinya. Winda memberikan tatapan memelas kepada Jono tetapi Jono hanya menunjuk ke arah ayahnya dengan menggunakan kepalanya. Duduk di sana sementara aku mengajari mamamu bagaimana memberi servis dengan benar.
Jono memberikan perhatiannya kembali kepada Lusi. Winda berputar membelakangi ayahnya lalu duduk di pangkuannya. Tidak dapat ditutupi lagi, penis ayahnya sekarang sudah sekeras batu. Setelah mengatur posisi duduknya, Winda dapat merasakan penis ayahnya berdenyut-denyut pada bibir vaginanya yang basah.
Gerakan lidahmu sudah bagus, tapi kamu harus memasukkannya lebih dalam lagi, terdengar Jono memberi petunjuk kepada Lusi sambil menahan kepala Lusi dengan kedua tangannya lalu mulai menekan penisnya lebih masuk ke dalam mulutnya.
Saat kepala penis itu memaksa masuk lebih dalam, Lusi berusaha menahannya dengan lidahnya. Dengan satu tangannya Jono menjepit hidung Lusi untuk menahan masukan udara ke dalam paru-parunya. Lusi menjadi panik.
Saat Lusi membuka mulutnya lebih lebar lagi untuk mengambil nafas, Jono menekan penisnya dengan mantap masuk sampai ke ujung tenggorokan Lusi. Air mata sudah berkumpul di pelupuk mata Lusi. Paru-parunya terasa terbakar karena kehabisan udara. Jono memperhatikan wajah Lusi dan di saat-saat terakhir ia menarik penisnya sedikit sehingga Lusi dapat bernafas dari sela-sela mulut dan penisnya.
Jono merasakan aliran udara sejuk membasuh batang penisnya. Lalu ia menekan masuk kembali penis itu ke tengorokan Lusi. Ketika ia menarik keluar penisnya lagi, Jono mendengar Lusi tersedak. Bagus, bagus. Aku suka mendengar suara itu.
Lendir dan ludah meleleh dari mulut Lusi dan berkumpul di dagunya. Air matanya sudah penuh menggenangi matanya dan rambutnya menempel di keningnya karena keringat yang bercucuran.
Jono memegang dagu Lusi dengan satu tangannya dan tangannya yang lain memegang bagian belakang kepala Lusi. Dengan menggunakan mulut Lusi bak layaknya sebuah vagina, Jono menggenjot penisnya keluar masuk tenggorokan Lusi. Lusi terus menerus tersedak namun Jono tidak memperdulikannya.
Ini baru namanya hisapan yang benar. Awalnya memang biasa saja, tapi lama kelamaan dia semakin jago. Don, kamu mau mencobanya? Setelah melihat pertunjukan itu, Dony bisa bersetubuh dengan batu. Wajah Lusi tampak berantakan dan tidak karuan. Rambutnya yang basah oleh keringat menempel dan menutupi sebagian wajahnya. Lendir dan ludah membasahi mulutnya dan menggelantung di dagunya.
Jono menjambak rambut Lusi lalu mendorongnya ke arah Dony.
Ayo tunjukkan kepada Dony apa yang sudah kau pelajari! Lusi merangkak menghampiri Dony yang sudah mengeluarkan penisnya.
Jono berkata kepada Ricky, Perempuan itu benar-benar penghisap penis yang luar biasa, bung! Ia hanya butuh sedikit imbalan.
Jono melirik ke selangkangan Winda dan mendapati penis Ricky yang sudah mencapai besar dan kekerasan maksimal itu sedang menikmati keberadaannya di tengah-tengah belahan pantat putrinya.
Aku senang kau menikmati pertunjukan kami, kata Jono.
Jono menatap mata Winda dalam-dalam, lalu mendekatkan wajahnya dan mencium bibirnya.
Pada awalnya karena terkejut dicium tiba-tiba, Winda hanya diam tak bergerak. Namun setelah lidah Jono membalur bibirnya, perlahan-lahan Winda membuka mulutnya dan menerima permainan lidah Jono.
Setelah Winda memberi respon atas ciumannya, Jono meraih selangkangan Winda dan mulai menggesek-gesekkan jarinya ke vagina Winda yang sudah sangat basah itu.
Winda mengerang dan mendesah dalam mulut Jono.
Lalu Jono memasukkan pertama-tama jari telunjuknya lalu berikutnya jari tengahnya juga masuk ke dalam vagina Winda. Jari-jari Jono basah oleh cairan yang diproduksi oleh tubuh Winda. Jono meraih lebih ke bawah dan merasakan penis Ricky yang berdenyut. Jono menghentikan ciumannya lalu memandang Ricky lewat bahu Winda.
Kedua mata Ricky dalam keadaan tertutup.
Dengan tangan kanannya Jono mengangkat pantat Winda sedikit ke atas. Dalam satu gerakan yang cepat dengan tangan kirinya, Jono menempatkan kepala penis Ricky ke mulut bibir vagina Winda yang amat basah itu. Setelah itu Jono melepaskan tangan kanannya dan membiarkan tubuh Winda kembali ke posisi semula.
Hal ini berakibat penis Ricky yang sudah berada di depan bibir vagina Winda amblas masuk ke dalam liang kewanitaan putrinya sendiri. Langsung saja Ricky mendelik dan matanya terbelalak; Mulut Winda membentuk huruf O dengan bulat yang sempurna.
Jono tergelak, Jika kalian berdua berusaha diam tidak bergerak sama sekali, mungkin papa tidak sampai menyemprotkan spermanya ke dalam vaginamu. Tapi jika sampai hal itu terjadi, mungkin papamu akan juga sekaligus menjadi kakek dari bayi itu.
Setelah itu Jono kembali mengecup dalam-dalam bibir Winda lalu kembali menghampiri Lusi dan Dony.
Lusi sudah belajar banyak. Walau tidak sebesar Jono, penis Dony masih jauh lebih besar dari penis suaminya. Lusi sudah dapat menyesuaikan dirinya dan Dony dengan lancar menggenjot penisnya keluar masuk tenggorokannya.
Beberapa kali Lusi tersedak namun semuanya dapat ia atasi dengan baik.
Genangan air liur berkumpul di lantai di bawah penis Dony.
Lebih baik bersabar dulu, Don. Kamu masih mau mencobai vaginanya, kan? Dony tersadar bahwa ia mungkin saja sudah cukup senang dengan menyemprotkan spermanya ke dalam tenggorokan Lusi namun kenyataannya mereka masih punya banyak waktu semalaman.
Lusi, naik ke ranjang! perintah Jono. Lusi menuruti perintah itu setelah melap mulutnya dengan punggung tangannya. Ia mulai merangkak naik ke atas ranjang. Jono meraih pergelangan kaki Lusi dan memposisikannya sehingga suaminya dapat melihat vaginanya dengan jelas.
Walau Winda tidak benar-benar berhenti menggeliat-geliat dalam duduknya, Jono melihat Winda senantiasa berusaha untuk duduk diam di atas pangkuan ayahnya sementara penis ayahnya terbenam di dalam vaginanya. Mata Winda menatap vagina ibunya lekat-lekat.
Aku benar-benar suka dengan vagina yang mulus tak berbulu, kata Jono memberi tahu. Ia terlihat seperti anak kecil dengan payudara, bukan?” Memang vagina Lusi terlihat benar-benar menggoda.
Jono menjulurkan tangannya dan menyusupkan jari tengahnya ke dalam vagina itu. Jono sangat terkejut mendapatkan liang perempuan ini masih kering. Mungkin Lusi tidak menyukai perlakuan kasar seperti yang Jono kira.
Atau mungkin Lusi takut terhadap apa yang kedua pria ini akan perbuat atas dirinya. Apapun penyebabnya masalah ini harus diatasi. Jono menginginkan vagina yang licin untuk dipakai.
Kelihatannya kau perlu dipoles, Lusi. Aku tidak mau memakai vagina kering. Apa yang harus kita lakukan untuk mempersiapkan dia, Don? Kau ada ide? Dony tahu Winda sejak tadi sudah memperhatikan vagina ibunya dengan seksama. Mungkin anaknya bisa membantu, kata Dony sambil tersenyum.
Ini merupakan ide yang bagus, pikir Jono. Mungkin memang benar bahwa Winda dapat membantu memecahkan masalah ini. Jono menghampiri Winda lalu mengulurkan tangannya kepada Winda. Walau tidak yakin apa yang sedang terjadi, Winda meraih tangan Jono.
Dengan perlahan Jono menarik Winda dari penis ayahnya yang berdenyut-denyut. Jono menatap mata Winda dalam- dalam. Aku mau kau menjilati vagina mama kamu, Win.
Winda tidak dapat mempercayai pendengarannya. Ia bukan seorang lesbian dan lagipula ini ibunya sendiri! Winda mulai menggeleng-gelengkan kepalanya dan bergerak mundur.
Ingat apa yang aku katakan tadi, Win. Aku tidak menerima bantahan. Kalau kamu tidak melakukannya, aku akan menyakiti papa kamu.
Untuk membuktikan ucapannya, Jono menghampiri Ricky, mencengkram buah zakarnya lalu menariknya keras-keras.
Ricky melolong sejadi-jadinya. Mendengar jeritan ayahnya, Winda menangis, Stop. Aku akan menurut. Jangan sakiti dia! Bangsat kalian!! maki Ricky. Kalian berjanji untuk membiarkan anakku! Ah diam kau! balas Jono. Waktu tadi penismu berada di dalam pelacur ini kamu tidak protes sama sekali! Jadi tutup mulutmu! Mendengar Jono menyebut dirinya sebagai pelacur, hati Winda menjadi panas. Aku bukan pelacur! Dengan senyum yang dingin Jono menatap Winda dan berkata, Kamu akan menjadi pelacur malam ini. Ayo sekarang ke sana dan kerjakan apa yang aku perintahkan.
Winda bukan perempuan murahan. Winda baru mengijinkan pacarnya meraba payudaranya setelah mereka berdua cukup lama berpacaran. Walau demikian ia tidak dapat memungkiri timbulnya perasaan yang berbeda saat berada di bawah tekanan kedua pria ini. Saat Jono memasukkan penis ayahnya sendiri ke dalam vaginanya, ia memang merasakan kenikmatan. Dan juga melihat vagina ibunya yang tercukur bersih membuat mulutnya berair.
Winda juga bukan seorang lesbian walau ia pernah mempunyai pengalaman dengan seorang perempuan.
Sebenarnya itu bukan hal yang serius, hanya perbuatan yang sedikit di luar kendali. Kejadian itu terjadi saat Winda menginap di rumah temannya (perempuan). Mereka berdiskusi tentang bagaimana mereka berciuman dengan pacar-pacar mereka. Cerita demi cerita dan tanpa sadar berlanjut menjadi saling mempraktekkan ciuman itu. Jadi itu hanya sebatas saling berciuman dengan teman perempuannya.
Namun karena beberapa alasan, pemandangan vagina ibunya di hadapannya membuat Winda terangsang saat itu.
Sudah saatnya kamu menanggalkan semua pakaianmu juga, Win, kata Jono. Lagipula, hanya kau yang masih mengenakan pakaian, Jono menjelaskan.
Lusi langsung menyela, Jangan! Biarkan dia. Kalian sudah berjanji! Jono mengayunkan tangannya ke wajah Lusi. Suara tamparan yang keras memenuhi kamar.
Tutup mulutmu! kata Jono, Ini semua salahmu. Kalau vaginamu tidak kering, kita tidak perlu bantuan Winda, bukan? Lusi terisak. Tidak mungkin mengendalikan kedua pria ini.
Mereka akan melakukan apa saja yang mereka inginkan dan satu-satunya harapan Lusi dan keluarganya hanya menuruti keinginan mereka agar mereka dapat melewati malam itu.
Lusi tahu dalam hatinya bahwa tidak ada penghinaan yang dapat menghancurkan dirinya dan keluarganya. Namun saja, malam ini akan menjadi malam yang sangat panjang.
Dengan menjambak rambutnya, Jono menarik Winda mendekat ke pinggir ranjang. Lusi memandang putrinya dengan air mata bercucuran dan berusaha untuk menenangkannya. Tidak apa-apa, sayang. Mama tahu kamu tidak punya pilihan lain. Kita akan melewati ini semua bersama-sama, oke? Lusi memandang melewati bahu Winda dan pandangannya jatuh ke suaminya. Lusi melanjutkan, Kita semua pasti bisa.
Aahhh, manisnya, ejek Jono. Bagaimana pemandangan dari sana, bung? Wah, tidak bisa seperti ini nih. Kepala Winda menutupi semuanya.
Jono meraih kaki Lusi dan memutar tubuhnya menyamping sehingga vaginanya mengarah ke sudut ranjang. Sambil menuntun Winda mengitari ranjang, Jono bertanya dengan lantang, Apakah kamu pernah mengoral vagina? Tentu saja tidak! kata Winda dengan suara yang hampir berteriak. Aku bukan lesbian! Jono tersenyum. Winda mungkin bukan seorang lesbian tapi terlihat rasa haus yang tidak dapat ditutupi dalam tatapan Winda pada kemaluan ibunya yang mulus.
Yah, kamu tidak perlu menjadi seorang lesbian untuk mengoral vagina. Semua perempuan melakukannya setiap saat. Memangnya kamu tidak pernah menonton film porno? Tugasmu sekarang adalah mempersiapkan mama kamu untuk menerima penisku. Gampang, bukan? Ayo pasang muka kamu di sana dan mulai jilati bibir vagina itu.
Winda memandang ibunya dan berbisik, Maaf, ma.
Ibunya mengangguk dan menjawab, Aku mengerti.
Winda menatap vagina ibunya lalu menyentuh bibir kemaluan itu dengan tangannya. Lusi gemetar saat ia merasakan sentuhan itu. Winda merasakan lembutnya vagina Lusi.
Bagus, Win, Jono memberi semangat sambil mendorong Winda mendekat ke ibunya, Ayo beri ciuman.
Winda belum pernah berada sedekat ini dengan kemaluan perempuan selain dari miliknya sendiri. Wangi vagina ibunya lebih pekat dari vaginanya.
Wajah Jono berada tepat di samping telinganya dan berkata, Cium seperti kau mencium aku tadi. Banyak pergunakan lidah iya, begitu.
Winda telah memulai tugasnya dan semakin lama terlihat semakin terbiasa.
Usap klitorisnya dengan ibu jarimu Jangan hentikan permainan lidahmu. Nah begitu. Permainkan ritme jilatan dan usapanmu, lanjut Jono.
Ibunya terasa sedikit asin namun tidak sepekat wanginya.
Winda menusuk vagina ibunya dengan lidahnya seakan mencari cairan yang menghasilkan wangi pekat itu.
Sementara itu tubuh Lusi tidak dapat menolak efek yang timbul atas apa yang dilakukan Winda. Lidah putrinya terasa sangat menakjubkan. Dan ibu jari Winda yang menari-nari pada klitorisnya mulai membuahkan hasil yang ditunggu-tunggu oleh kedua pria tersebut. Setelah beberapa saat meneruskan permainan lidah dan jarinya, Winda dihadiahi dengan rembesan cairan akibat dari vagina Lusi yang mulai melubrikasi.
Keheningan dalam kamar terpecahkan oleh suara berkecipak basah dari usaha Winda mengoral ibunya. Jono mengedipkan mata ke Dony lalu ia menuntun gerakan kepala Winda dari gerakan atas-bawah menjadi gerakan kanan-kiri.
Masukkan jari tengahmu ke dalam vaginanya, Win.
Pertemukan ibu jari dan jari tengahmu di antara dinding vaginanya, perintah Jono. Perintah yang baru saja Jono berikan akan memberi efek terstimulasinya G-Spot Lusi.
Winda menuruti perintah Jono dan membuahkan hasil desahan lirih yang keluar dari mulut Lusi. Jono dan Dony tersenyum lebar melihat hasil yang memuaskan mereka.
Kemudian Jono menjamah pantat Winda dan mulai mengelus, meraba, meremas bulatan pantat itu. Jono menyempatkan jarinya untuk menerobos masuk ke vagina Winda. Winda mengeluarkan lenguhan panjang akibat perbuatan Jono ini.
Nah begitu, jilat terus. Dia semakin basah, kan, Win? tanya Jono.
Winda menjawab dengan erangan. Wajah Winda yang belepotan basah merupakan bukti atas basahnya vagina Lusi.
Vagina Winda yang memang sudah basah sejak tadi sekarang terasa panas membara lantaran permainan jari-jari Jono.
Jono memandang Ricky dan mendapati penis Ricky yang kecil sudah berereksi sampai besar yang maksimal.
Putrimu penjilat vagina yang hebat, bung. Mungkin kau bisa pergunakan sebagai modal di masa depan, ejek Jono.
Ricky tidak dapat melepaskan pandangannya dari Winda yang sedang sibuk menjilati vagina istrinya. Dengan rambut yang menempel di wajahnya karena lepek oleh cairan vagina, kepala Winda bergerak maju mundur, kanan kiri, atas bawah menyerang vagina Lusi. Sementara itu jari-jari Winda tidak henti-hentinya menari-nari pada klitoris Lusi.
Kedua wanita ini mengeluarkan desahan-desahan dari mulut mereka. Ricky dapat melihat dengan jelas cairan yang keluar dari vagina putrinya sementara Jono mengocok jari- jarinya keluar masuk tubuh Winda. Penisnya sendiri sudah sangat keras bahkan terasa menyakitkan karenanya.
Jono mendorong Winda ke samping dan kedua wanita itu mengeluarkan erangan seakan memprotes. Jono berlutut di antara paha Lusi dengan penisnya yang besar berdenyut- denyut seperti monster yang hidup.
Bagus, Win! Vaginanya sekarang sudah basah, bahkan boleh dibilang: banjir! Jono menarik wajah Winda mendekat wajahnya lalu menciumnya. Segera saja ia dapat merasakan lidah Winda mencoba untuk melilit lidahnya. Jono dapat mencium dan merasakan vagina Lusi pada bibir Winda. Mengetahui bahwa dirinya yang mendalangi semua ini membuat dirinya terangsang. Jono menghentikan ciumannya lalu meraih tangan Winda dan meletakkannya di atas penisnya yang sudah mengeras.
Mama kamu tidak terbiasa dengan penis sebesar ini.
Mungkin kau bisa membantu dengan memasukkannya ke dalam vagina mama, kata Jono.
Winda belum pernah memegang penis sebesar itu. Penis di tangannya terasa hidup bergerak-gerak, bahkan kelihatannya seperti sedang bernafas. Winda dapat merasakan denyutan konstan saat ia memegang penis itu. Ia tidak dapat menutup lingkaran penis itu dengan jari-jarinya dan penis itu terasa berat. Tatapan matanya tidak pernah lepas dari penis Jono.
Dengan dituntun tangan Jono, Winda mulai mengocok penisnya. Cairan pelumas sebesar butiran mutiara akhirnya keluar dari kepala penis Jono lalu meleleh ke tangan Winda.
Jono membantu Winda untuk mengoles cairan itu ke permukaan penisnya.
Sekarang arahkan penisku, Win. Nah begitu, dorong masuk kepala penisku ke dalam vagina mama kamu.
Penis itu terlihat sangat besar dibanding vagina ibunya yang kecil. Sudah pasti tidak akan muat. Winda mulai khawatir akan ibunya. Penis ini sudah pasti akan merobek vaginanya.
Belum lagi kepala penis Jono masuk sepenuhnya, Winda dapat melihat ibunya sudah meringis menahan sakit. Jono mendorong pinggulnya agar penisnya masuk lebih jauh namun masih saja tertahan.
Gila, Rick, perempuan ini rapat sekali! Sudah jelas dia tidak terbiasa bersanggama dengan penis ukuran pria tulen.
Tapi jangan khawatir, dengan bantuan Winda semua pasti beres.
Dalam keheningan tiap orang dalam kamar itu dapat mendengar suara seperti letupan lembut saat kepala penis Jono masuk menembus bibir vagina Lusi yang sudah terasa panas membara.
Oh! Lusi mendesah. Pelan-pelan, penis ini besar sekali.
Beri aku waktu untuk menyesuaikan diri, kata Lusi lagi.
Pikiran Lusi berpacu. Ia merasa tubuhnya penuh terisi dan ia baru menerima kepala penisnya saja. Bagaimana mungkin ia dapat menerima seluruh penisnya masuk ke dalam tubuhnya. Sudah pasti tidak bisa.
Jono merasakan hangatnya dinding vagina Lusi membungkus rapat kepala penisnya. Mainkan buah zakarku, Win. Nah begitu. Ya, seperti itu terasa enak.
Buah zakar Jono sama besarnya dengan penisnya. Winda tidak dapat menggenggam keduanya dengan hanya satu tangan, namun tetap saja Jono menyukai pijatan tangan Winda yang mungil itu.
Beri dia tambahan penis lagi Winda, perintah Jono.
Winda menggenggam batang penis Jono dan mencoba untuk mendorongnya masuk lebih dalam lagi ke dalam vagina ibunya. Winda dapat mendengar ibunya mengerang menahan sakit, namun kebutuhan Jono tidak dapat diacuhkan. Ia telah sabar menunggu sejak tadi. Dan Jono ingin merasakan buah zakarnya menampar-nampar pantat Lusi sekarang.
Dengan menaruh seluruh berat badannya ke penis itu, Jono mendorong penisnya masuk lagi sekitar 3 cm. Jono menarik keluar batang kemaluannya sampai sebatas ujung kepala penisnya lalu menancapkannya masuk lagi lebih dalam 4 cm.
Ayo, sudah setengah jalan, kata Jono penuh kepuasan.
Aku tahu kau pasti bisa, Lusi! Setiap kali Jono menggenjot penisnya keluar masuk tubuh ibunya, Winda melihat semakin banyak bagian penis Jono yang terbenam masuk vagina tersebut. Ia sudah melepaskan tangannya dari penis Jono dan kini hanya terpekur melihat pemandangan itu tepat di depan mukanya.
Ibunya mendesah setiap kali Jono mendorong masuk penis itu dan pandangan Jono melekat pada titik pertemuan antara penisnya dan vagina Lusi. Dan dengan satu dorongan terakhir, tiap orang di dalam kamar itu dapat mendengar suara buah zakar Jono menampar pantat Lusi.
Jono menghela nafas dan menahan gerakannya. Ia membiarkan batang penisnya bermandikan hangatnya dinding vagina tersebut. Jono dapat merasakan dinding vagina Lusi seakan memijat-mijat penisnya seperti jari-jari kecil yang berusaha menarik penis itu masuk lebih dalam lagi.
Dengan menarik leher Winda, Jono membawa wajah Winda mendekat lalu menciumnya dalam-dalam sementara ia terus menggenjot penisnya keluar masuk tubuh ibunya. Saat ia merasakan tangan Winda menyentuh lehernya, Jono sadar bahwa ia sudah menang. Winda suka dengan hal seperti ini, sangat suka malah. Sekarang tangan Winda membelai rambut Jono sementara lidah Jono bergerilya di dalam mulut Winda.
Jono melepaskan ciumannya dengan Winda agar dapat lebih berkonsentrasi pada perempuan yang sedang disetubuhinya.
Liang kewanitaan Lusi sangat rapat namun tubuhnya sudah melubrikasi demikian banyaknya. Dengan hentakan panjang dan keras Jono menggenjot panggulnya dan setiap kali mendorong penisnya masuk, Jono seakan memaksa udara keluar dari paru-paru Lusi. Homph! Humph! Humph! Lusi sudah tidak lagi memberikan perlawanan, ia hanya membiarkan Jono melakukan tugasnya. Pantat Lusi bergerak-gerak dalam gerakan melingkar kecil yang membuat penis Jono menyentuh berbagai bagian dari vaginanya.
Lusi terus mendesah-desah sekarang dan tidak dapat dipungkiri ia sedang menanjak menuju klimaks. Vagina Lusi terasa sangat nikmat sehingga Jono juga merasakan perasaan yang berkumpul di buah zakarnya yang siap meledak dalam sebuah orgasme. Namun belum saatnya.
Jono menarik keluar penisnya dari dalam tubuh Lusi dan ia mendengar Lusi berbisik lemah, Tidak, jangan berhenti Aku sudah hampir Jangan khawatir, Lusi. Kau akan mendapatkannya namun aku masih ingin bermain-main sejenak. Don, bantu aku.
Beri perempuan ini penismu.
Bersambung ke..