31 Oktober 2020
Penulis — perjoko
Aku menghentikan pompaanku lalu kami berganti posisi dan kembali kumasukkan batang kemaluanku kedalam lobang vagina ibuku, dalam posisi ini kemutan dinding vagina ibuku terasa lebih ketat, pantas Hery segera menyerah. Tapi tidak dengan aku, aku telah bertekad untuk memuaskan ibuku sampai dia bertekuk lutut pada diriku, karena aku berniat menghilangkan kebiasaannya bersetubuh dengan lelaki lain.
Kulakukan segala cara untuk membuatnya cepat menggapai orgasmenya, sementara aku sendiri harus bertahan sekuat tenaga agar tidak muncrat lebih dahulu. Pengalamanku dengan Marta banyak membantuku, kuulurkan sebelah tanganku untuk meraih klitorisnya, dan mengulir-ulirnya. Ibuku hanya bertahan beberapa menit sampai akhirnya dia mencapai orgasmenya yang kedua.
“Akhhh… okhhh…” erangnya dengan keras sebelum tubuhnya mengejang kaku, kembali kubiarkan ibuku sampai tubuhnya lemas kembali, lalu segera kuminta padanya agar berbaring terlentang kembali. “Okhhh kamu hebat sekali Don” katanya dengan suara lemah, sambil membaringkan tubuhnya yang masih lemas.
Tanpa banyak bicara lagi aku segera memompanya, lagi dan lagi sampai akhirnya akupu tidak dapat bertahan lebih lama, “ughhh Linda… akhuu tidak tahan lagi” kataku kepada ibuku, “tahan sebentar sayang aku juga mau sampai” jawabnya sambil mengguncang-guncangkan pantatnya dengan dahsyat. Aku kini berdiam diri, berusaha keras agar bisa merasakan orgasme secara bersamaan.
Dan ketika tangan ibuku kembali mencengkram pantat dengan kerasnya akupun memucratkan air maniku yang kedua kalinya malam itu, bersamaan dengan orgasme kelima ibuku karena ulahku. “Linn akhhh… ,” “Doniiii.. okhhh…” erang kami bersamaan saat puncak kenikmatan persetubuhan kami raih secara bersamaan.
Tubuh kami mengejang dengan kuatnya, lalu perlahan melemas dan aku ambruk diatas tubuh ibuku. Sejenak kami terdiam merasakan sisa-sisa kenikmatan. Setelah beberapa saat baru aku mengangkat kepalaku menatap wajah cantik ibuku. Seulas senyum tampak dibibir ibuku ketika mata kami bertemu pandang.
Kucium bibirnya lembut, lalu kupandangi kembali wajahnya yang cantik. “Mama tidak mengira kau begitu hebatnya, untuk membuat kamu mengeluarkan airmani kedua kalinya harus mama bayar dengan empat kali orgasme. Tahukah Doni hal seperti ini baru kali ini mama alami” katanya dengan suara lirih setengah mengambang.
“Sebenarnya mama hampir tidak percaya kalau Doni masih perjaka, karena apa yang tadi Doni lakukan sulit dikerjakan oleh orang yang sangat berpengalaman sekalipun, tapi mama terpaksa percaya, karena hanya perjaka yang langsung bisa tegang lagi setelah memuncratkan air maninya” lanjutnya dengan suara tetap lirih, tapi kurasakan tangannya meraba batang kemaluanku yang memang menegang lagi.
Aku hanya tersenyum sambil kembali memasukkan batang penisku kedalam lubang vaginanya, “ughh… kau memang luar biasa Doni sayangku” kata ibuku saat batang penisku masuk kembali kedalam vaginanya. “Linda sayang, mulai kini Doni tidak mengijinkan kamu berhubungan seks dengan laki-laki lain, hanya aku yang boleh menyetubuhimu, Doni minta kamu tinggalkan kebiasaan membawa laki-laki kedalam kamar ini, baik dengan alasan bisnis maupun hanya sekedar memenuhi hasrat seksualmu, Doni akan setia memuaskanmu kapan pun juga, sehingga kamu tidak memerlukan siapapun lagi, berjanjilah padaku sekarang” kataku kepada ibuku.
“Darimana kamu tahu aku suka membawa laki-laki kekamar ini?” tanya ibuku dengan kening berkerut. “Aku, Lena dan Marta tidak buta Lindaku sayang, karena itu kuminta kamu berjanji padaku untuk tidak bersetubuh dengan siapapun juga kecuali denganku” kataku sambil mulai memaju mundurkan pantatku, tapi mataku tetap memandang mata ibuku.
Mata ibuku sedikit meredup saat dirasakannya gesekan batang penisku di lubang vaginanya, “aku berjanji sayang, asal Doni juga berjanji selalu siap menyetubuhiku” katanya sambil mulai menggoyangkan pantatnya lagi.
Malam itu aku menyetubuhinya sebanyak tiga kali, dan membuat ibuku mengalami orgasme tak kurang dari sebelas kali. Sejak saat itu Linda, ibuku tidak pernah lagi menerima tamu laki-laki, dan aku harus membagi waktuku untuk meyetubuhi dua orang perempuan sekaligus, Linda, Ibuku dan Marta, adikku.
Aku dan ibuku sering mandi bersama dan aku menyabuni sekujur tubuhnya, termasuk payudaranya yang besar dan rambut kemaluannya yang lebat dan hitam, serta vaginanya. Pada saat seperti itu selalu ibuku menghisap batang kemaluanku, tapi aku tidak pernah lagi mengijinkannya menghisap air maniku, tapi saat dia memberiku blowjob, setiap kali pula aku memasturbasinya, sampai dia orgasme.
Dan setiap kali aku menuntaskan permainan dikamar mandi dengan persetubuhan yang mengasyikan. Berbagai mavcam gaya kami lakukan, mulai dari ibuku menyender dinding kamar mandi sambil mengangkat sebelah kakinya dan aku berdiri memompanya, atau dia berdiri sambil nungging sementara aku memompanya dari belakang, sampai dia duduk dipinggir bak mandi sementara aku memompanya dari depan.
Tapi saat-saat yang paling kusukai adalah ketika ibuku dengan telanjang bulat menyelinap ketempat tidurku. Kadang disiang hari jika kami ada yang terangsang, selalu saling menghubungi, lalu janjian bertemu disebuah motel dan kami bercinta habis-habisan di kamar motel.
Bertahun kami melakukannya, sampai akhirnya Lena menyandang gelar sarjana dan menikah dengan teman kuliahnya, mereka pindah ke kota lain yang jauh karena suaminya bekerja disana. Sedang Marta adikku setamat SMA dia menikah karena hamil oleh ulahku, suaminya adalah laki-laki yang dijebaknya untuk menyetubuhinya, lalu dia harus bertanggung jawab untuk kehamilan yang disebabkan ulahku.
Ibuku sendiri senang Marta cepat menikah, karena dengan demikian hanya tinggal kami berdua yang ada dirumah, apalagi Marta juga dibawa suaminya pindah ke kota yang cukup jauh, kami makin bebas bertindak seperti suami istri di apartemen kami, meskipun sebetulnya kami adalah ibu dan anak. Saat aku meraih gelar sarjanaku setahun setelah Marta menikah, aku tidak bekerja tapi mengurus restauran milik ibuku atau istriku.
Aku lulus jadi sarjana pada usia 23 tahun, sedangkan ibuku berusia 42 tahun, tapi sampai saat itu ibuku masih belum menopause, justru saat kami berpikir ibuku tidak mungkin punya anak lagi, ibuku hamil oleh ulahku tanpa bisa mencari kambing hitam, dan hanya berselisih satu minggu kemudian aku menerima berita Lena juga tengah hamil.
Meskipun aku mencegahnya, tapi pada bulan kedelapan kehamilannya Lena datang sendiri tanpa didampingi suaminya yang mendapat tugas keluar negeri selama enam bulan. Lena pulang dengan maksud untuk melahirkan dikota kami. Betapa terkejutnya Lena saat dia melihat ibuku juga sedang hamil.
Diluar tahu ibuku, Lena sempat bertanya ibu hamil oleh siapa padaku, yang kujawab dengan mengangkat bahu. Lena tidak lagi bertanya, meskipun dari pembicaraan dia kemudian, aku tahu Lena sedang menduga-duga siapa diantara laki-laki yang dulu sering mengunjungi ibuku, yang membuatnya hamil.
Usia kandungan ibuku dengan usia kandungan Lena hanya berselisih dua minggu. Meskipun selama dia tinggal Lena tidak melihat laki-laki datang ke apartemen kami, tapi itu adalah suatu hal yang wajar karena hamil tuanya ibuku.
Lalu sebuah kecelakaan terjadi Lena jatuh ditangga darurat, yang menyebabkan dia dilarikan ke rumah sakit, dua minggu Lena dirawat, Lenanya memang selamat, tapi bayinya meninggal. Lena menangis meraung-raung karena kehilangan bayinya, sulit bagi dia mempertanggungjawabkan kehilangan tersebut kepada suaminya yang sangat mendambakan anak.
Lena sangat khawatir diceraikan suaminya karena anaknya meninggal, karena itu dia sampai saat ini tidak memberi kabar apapun pada suaminya tentang meninggalnya anak yang dikandungnya. Lalu aku berunding dengan ibuku, akhirnya ibuku setuju untuk memberikan bayi yang dikandungnya kepada Lena. Aku bertugas untuk membuat kenal lahir anakku, yang kupalsukan atas nama Lena dan suaminya.
Bayi yang dilahirkan ibuku adalah bayi perempuan, aku beri dia nama Ninda, kependekkan dari namaku dan nama ibuku, meskipun yang kemudian memberi nama seolah-olah ibuku, tapi sebetulnya akulah yang memberi nama dan ibuku hanya menyetujuinya.