2 November 2020
Penulis —  watempa

Ibu dan kedua Bibiku

Memang ucapan ini yang Deni tunggu, tanpa basa - basi lagi, Deni berdiri dan menurunkan celananya, lalu duduk kembali dan dengan santai mengocok kont01nya yang sudah tegang. Bibinya nampak kaget melihatnya.

“Den, apa - apaan sih kamu, memang begini maksud bibi, tapi jangan di depan bibi atuh…”

“Ya salah bibi sendiri… kan ini juga gara - gara bibi, yang penting Deni bisa lega…”

Bi Ratna kini mulai gelisah melihat ke arah kont01ku, sedangkan aku semakin provokatif saja mengocok kont01ku. Kulihat Bi Ratna mulai tidak tenang posisi duduknya.

“Bi, kemarin katanya mau bantuin Deni tapi tangannya panas karena minyak gosok, sekarang kan nggak, kenapa nggak bantuin sekarang saja…??? Deni senang kok kalau bibi yang bantuin.”

“Nggg… gimana ya, Den… kemarin kan karena Deni sakit, sekarag mah lain atuh…”

“Sudahlah bi, kan nggak ada yang lihat, lagipula sungguh kok, Deni malah akan merasa senang sekali kalau bibi bersedia, sebaliknya kalau bibi menolak Deni akan sediihhhh sekali. Deni tahu bibi juga mau pegang punya Deni kan.”

“Baiklah, tapi cuma itu saja ya, Den.”

Akhirnya Bi Ratna mulai mendekat dan berlutut dekat Deni, tangannya yang halus mulai menyentuh kont01nya, lama ia menyentuh dan hanya menggenggamnya, mungkin sedang menghayati terlebih dahulu, mungkin sudah terlalu lama dia tidak melihat kemaluan lelaki. Deni merasakan tangan bibinya sangat halus sekali, membuat kont01nya tambah keras.

“Ughhh… enak bi, Deni senang banget nih…”

“Sudah kamu nikmati saja…”

Sambil mengocok kont01 Deni, matanya nampak terus memandangnya, sesekali Deni lihat bibinya meneguk ludahnya, sepertinya sedang ragu mau memutuskan sesuatu, Deni tidak mau kehilangan moment ini, segera mengeluarkan jurus muslihatnya yang level paling tinggi.

“Biii… kalau cuma bibi yang lihat punya Deni, nggak adil nih…”

“Apa maksud kamu, Den… kamu mau lihat m3mek bibi, nggak ah… nggak boleh.”

“Ya bibi, curang deh… kalau memang nggak boleh, boleh nggak Deni melihat dan memegang tetek bibi saja, Cuma tetek bibi saja, terus terang Deni suka sekali melihatnya, bahkan kont01 Deni ngaceng begini karena melihat tetek besar bibi terus di balik kutang bibi… boleh ya bi…”

Kulihat bibi terus mengocok kont01ku, raut wajahnya seperti sedang berpikir, antara mengijinkan atau tidak… Dan memang Ratna sedang bergelut sama batinnya… ragu tapi juga terbakar gairah… ya sudahlah akhirnya memutuskan, remaja baru gede seperti keponakannya, melihat tetek saja juga sudah puas… cuma tetek saja tak masalah. Lalu setelah beberapa lama, bibinya berdiri dan duduk di samping Deni, tangannya mulai menurunkan kutangnya… dan terpampanglah kedua teteknya yang besar dengan indah di hadapan Deni, kont01 remaja tanggung itu langsung berdenyut.

Deni hanya memandanginya saja, sementara bibi kembali mengocok kont01 Deni.

“Tuh sudah lihat kan, kok bengong doang… kalau mau pegang ya pegang saja Den, bibi nggak marah kok.”

“I… ii.. iya, Bi…”

Dengan tangan gemetar Deni mulai meremas kedua tetek besar itu, ranum, rasanya empuk dan nyaman, jarinya mulai memainkan pentilnya, lama kelamaan pentilnya makin mengeras dan membesar, kocokan bibi Ratna mulai terasa cepat.

“Bi… Deni boleh hisap pentilnya nggak…???”

Bibi tak menjawab, hanya mengangguk saja, nggak terlalu masalah dengan permintaan keponakannya. Setelah menghisap pentil, nanti juga anteng pikir Ratna. Deni segera mendekatkan mulutku ke tetek bibinya, lidahnya mulai mengulum dan memainkan pentil tetek bibinya, menikmati betul moment pertamanya merasakan tetek wanita. Lalu dia mulai menghisap pentilnya, bergantian kiri dan kanan… lama kelamaan Ratna mulai menggeliat dan gelisah…

“Den… Ughh… Den, aduh… bibi mau kasih sesuatu yang enak ke kont01 kamu, kamu nikmati saja ya… sudah kepalang tanggung, nambah ini sedikit nggak masalahlah… lagipula pegel tangan bibi dari tadi ngocokin kont01 kamu, belum ngecret juga.”

Lalu bibi mulai merendahkan kepalanya, otomatis Deni menghentikan hisapannya pada pentil bibinya. Deni sebenarnya sudah tahu apa yang akan dilakukan bibinya, sudah sering melihatnya dalam film bokep yang sering ia tonton… namun merasakan untuk pertama kalinya tentu saja membuatnya berdebar… Deni merasakan lidah bibinya mulai menjilati kepala kont01nya, geli tapi enak.

sesekali lidahnya menjilat lubang pipisnya. Lama bibinya menjilati kepala kont01nya, tangannya membelai biji peler keponakannya ini, lalu lidahnya mulai menjilati batang kont01 Deni, ketika akhirnya mulutnya mulai mengulum dan menghisap kont01nya, tanpa sadar Deni mendesah… tangannya meremas rambut bibinya.

Gilaaaaa… lemas rasanya lutut Deni, seluruh sendi terasa lepas, enak sekali ia rasakan saat kont01nya dikulum dan dihisap oleh mulut manis bibi Ratna. Sesekali dirasakan pangkal kepala kont01nya bersentuhan dengan bibir hangat bibinya, merem melek Deni menahan rasa geli - geli nikmat ini. Bi Ratna dengan semangat dan rakusnya melumat habis kont01 Deni dengan mulutnya.

Setelah beberapa lama bi Ratna menghentikan kesibukan mulutnya, ia segera duduk dan menatap Deni, ekspresi wajahnya fifty - fifty, sebagian agak canggung buat ngomong, tapi juga sebagian lainnya penuh gairah dan rasa penasaran…

“Den, sudah kepalang tanggung, bibi memang sudah lama nggak merasakan barang lelaki, kamu mau kan bantu bibi. Kamu belum pernah ngerasain begituan kan..? Makanya bibi mau kamu ngeluarin pertama kali di dalam m3mek bibi. Bibi pakai alat KB, belum bibi lepas, jadi nggak masalah. Eh.. kalau kamu belum tahu caranya, jangan khawatir, nanti bibi akan bimbing kamu.”

“I… iii.. iya bi, kalau sama bibi, Deni justru merasa senang dan bahagia, nggak bakalan nyesal. Kalau Deni masih bego, maklumin saja ya bi..”

“Ah… nanti juga pintar. Umumnya sih kalau dari pengalaman, juga cerita banyak teman bibi, kalau perjaka awalnya suka cepat keluar, tapi nggak tentu, ada juga yang alot, lama keluarnya. Itu bukan masalah, yang namanya pertama pasti masih tegang, masih terlalu nafsuan, nanti juga biasa. Sini kemari… bantu bibi buka pakaian bibi.”

Deni segera membuka kaosnya, sangat penuh luapan kegembiraan dan penasaran… Deni sudah lama mau melepas keperjakaannya, tapi kini saat akhirnya siap melepasnya, ternyata moment itu sama bibinya yang aduhai ini… grogi dab tegang campur penasaran bercampur satu. Deni lalu membantu bibi Ratna melepaskan kutangnya, lalu bibinya berdiri, ia bantu melepas kainnya, terlihat celana dalamnya, Deni bengong menatapnya, bibi ratna tersenyum dan menyuruhnya melepaskannya. Memang semalam ia sudah melihat m3meknya, namun sekarang melihatnya sedekat ini, mengethui sebentar lagi ia bebas melakukan niatnya dan juga saat bibinya tak tertidur jauh lebih mengasyikkan, indahnya… lalu bibi menarik tangannya ke arah kamar tempat Deni tidur, mungkin dia lebih nyaman melakukannya di tempat tidur daripada di sofa.

Sesampainya di kamar bibi segera berbaring, Deni hanya berdiri saja menyaksikan tubuh telanjang bibinya yang sangat indah dan mempesona.

“Ayo sini, kamu naik dong, Den. Tadi kan semangat betul, kok sekarang banyak bengong..? Kamu lihat m3mek bibi kan..? Nah… ayo arahkan mulutmu ke situ, nanti bibi kasih tahu…”

Dengan cepat Deni segera naik, masih rada kurang pede, bibi mulai merenggangkan kakinya, mempertontonkan m3meknya yang dihiasi bulu jembut yang lebat, belahan m3meknya nampak jelas dan rapat, mungkin karena sudah lama nggak diterobos barang lelaki. Mata Deni terpaku menyaksikannya.

“Den, sekarang kamu mainin m3mek bibi sama mulut dan lidah kamu, perempuan akan senang kalau lelaki memainkannya.”

Tangannya mula - mula mengelus dan membelai bulu jembutnya, terasa tebal dan kesat, sesekali ia menarik bulu jembut itu perlahan, nyamannya, lalu jarinya mulai mengusap permukaan luar m3meknya. Tebal juga m3mek bi Ratna, belahannya panjang dan rapat. Deni meneguk ludahnya… kont01nya sudah ngaceng sekeras batang kayu.

“Sekarang gunakan jarimu, lebarkan m3mek bibi.. kamu bisa gunakan lidahmu untuk menjilatinya”

Deni mulai mengikuti bimbingan dan arahan bibinya, jarinya mulai melebarkan belahan m3meknya, merenggangkannya, nampaklah lobang m3meknya yang berwarna pink rada kemerahan menggoda, Deni mendekatkan mulutnya ke arah sana, hidungku mencium aroma wangi yang enak, sangat natural dan menggelitik saraf - saraf sensualnya. Ia mulai memainkan lidahnya menjilati seluruh bagian dalam dan juga lobang m3mek bibi Ratna.

“Aahhh… ya… betul begitu, nah… dekat atas lobang m3mek bibi, ada tonjolan daging sebesar biji kacang, itu it1l bibi, kamu mainkan dengan lidahmu, bibi akan merasa enak sekali kalau kamu memainkannya.”

Deni mulai mencari tonjolan enak milik bibi, lalu lidahnya mulai menjilatnya, memainkannya, memulasnya ke atas bawah, kiri kanan, pinggul bibi mulai bergoyang, mulutnya mengerang dan mendesah nikmat.

Secara naluriah, tangan Deni mulai beraksi, jarinya mulai menusuk - nusuk lobang m3meknya…

“Sssshh… Aaaahhh… Yaaaa.. pinteeeerrr juga kamu… Deeeennn… Hhhhh”

Makin senang Deni mendengar bibi Ratna memujinya, PeDenya bertambah, tangan bibi mulai menjambaki rambutnya, sedang Deni makin bersemangat menjilati it1lnya, jarinya makin leluasa keluar masuk di dalam lobang m3mek bibinya yang sudah basah, makin tercium aroma yang khas sekali, yang belum pernah ia rasakan dengan indra penciumannya sebelum ini, aromanya enak sekali di hidung.

It1l bibinya makin mengeras dan mudah sekali dimainkan oleh lidahnya, lama Deni memainkannya sesuka hatinya, sesekali bibirnya menarik lembut memainkan it1l bibi Ratna, juga masih asik menyodokkan jarinya di lobang m3mek bi Ratna. Bibi hanya mendesah dan merintih penuh gairah, pantatnya sesekali ikut bergoyang, Deni nggak bosan, ini pengalaman pertamanya, dan ia menyukainya…

terangkat, tubuhnya mengejang kuat… tak lama m3meknya menyemburkan cairan hangat, Deni merasakan jarinya sedikit hangat juga lengket.

“Duuhhh… enaknya sudah lama rasanya bibi nggak merasakan nikmat ini. Den, bibi rasa buat urusan lidah, kamu bakalan cepat mahir. Sekarang kamu coba masukkin kont01 kamu ke m3mek bibi, nikmatnya bakalan luar biasa, percayalah. Karena ini pengalaman pertama kamu, nggak usah khawatir, lumrah kalau cepat keluar… nanti juga terbiasa.”

“Ba.. Baik bi… bantu Deni ya…”

Deni lalu mulai memposisikan diri di atas tubuhnya, satu tangan bibi mulai melebarkan lobang m3meknya, sedangkan satu tangannya lagi mengenggam kont01 Deni, membimbingnya menuju ke arah yang benar.

Percobaan pertama agak meleset… lalu akhirnya… Blessss… kont01nya mulai terbenam ke dalam lobang nikmatnya, ketika akhirnya seluruhnya masuk, badan bi Ratna nampak bergetar kuat. Deni melihat wajah bibinya seperti wajah orang haus yang baru saja menemukan air. Deni hanya diam dulu merasakan kenikmatan saat pertama kali kont01nya memasuki m3mek wanita, terasa hangat dan nyaman. Sulit dia mengungkapkan perasaannya saat itu. Yang dia tahu bibi mulai menyuruhnya memompakan kont01nya, Deni mengikuti petunjuknya, konsentrasinya saat itu hanya tercurah pada pompaannya, belum terpikir untuk melakukan hal sambilan lainnya seperti menghisap teteknya, hanya focus pada pompaannya… maklum masih pemula. Deni juga belum pandai mengatur ritme… memompa sekuatnya dan secepatnya, memang m3mek bibinya terasa sempit dan mencengkram, membuat kenikmatan tiada tara pada kont01nya…

Tidak sampai 2 menit Deni merasakan klimaks pertama kalinya pada lobang m3mek wanita. Sangat spesial bagunya karena wanita itu adalah bi Ratna. Dia hanya mampu terkulai lemas di atas tubuh bibinya.

Masih diam menikmati sensasi yang baru dirasakan. Bibi hanya membelai - belai punggungnya. Tidak berapa lama, dia cabut kont01nya dan berbaring di sampingnya.

“Bi… maaf ya, Deni cepat selesainya…”

“Nggak apa Den, justru itu normal, tadi kan bibi sudah bilang, kebanyakan orang memang akan cepat keluar saat pertama kalinya, karena memang belum terbiasa. Nantinya pasti akan lain.”

“Bi… Deni senang sekali, bahkan bahagia karena pengalaman pertama Deni bisa melakukannya sama bibi, akan jadi kenangan indah banget buat Deni.”

“Bibi juga Den, syukurlah kalau Deni senang karena memilih bibi sebagai wanita pertama bagi Deni untuk melakukan ini. Bibi memang sudah lama nggakmelakukannya, saat melihat barang kamu, jujur saja m3mek bibi berdenyut, mungkin merasa ketemu lawannya. Bibi sempat bimbang, tapi karena kamu keponakan bibi, bibi justru merasa nyaman dan aman.

“Bi…???”

“Iya Den… kenapa…??”

“Deni ngaceng lagi… mau masukkin lagi…”

Akhirnya malam itu Deni kembali meneruskan pelajarannya, sampai 4 ronde, sudah makin pandai dan terkontrol. Setelah selesai bibinya kembali ke kamarnya.

Deni kini sendirian, masih lemas sekali, tenaganya terkuras habis. Meski begitu sangat bahagia… gilaaaa, keputusannya buat tetap tinggal di kampung, sangat menguntungkannya. Tak menyesal ia hilang keperjakaannya untuk wanita semenawan bi Ratna. Deni karena lelah segera tertidur dengan senyum amat manis menghiasi bibirnya.

Paginya ternyata bi Ratna juga bangun agak kesiangan, kecapekan juga. Benarnya Deni mau ngebetot lagi, sayang ada si Ucil. Bibinya setelah selesai sarapan, minta diantar ke kota, mau beli pil KB, buat jaga - jaga katanya, walau pakai alat KB, tetap lebih baik berjaga. Di puskesmas di balai warga sebenarnya ada dan bisa beli pil KB, tapi nggak mungkin bibinya membeli di sana, bisa geger dunia persilatan…

Akhirnya mereka berangkat, si Ucil diajak juga tentunya, bocah itu juga tak’kan paham apa yang akan dibeli ibunya. Agak siangan mereka sudah sampai, bibinya segera ke kebun seperti biasa. Ucil mengajak Deni ke rumah abahnya, ya sudah Deni mau saja.

Kini sudah hampir 2 minggu Deni melakukan hubungan seks sama bi Ratna, sudah bisa dibilang mahir dan mampu memuaskan bibinya. Hari ini Ucil tak di rumah, dijemput abahnya, diajak kondangan ke saudara di bandung, pulangnya besok sore. Dari pagi Deni ikut bibinya ke kebun, tapi baru sebentaran di sana sudah terus colek - colek bibinya minta pulang. Nggak tahan mau nyodok lagi. Hari ini bi Ratna memakai kaos dan celana selutut. Akhirnya bi Ratna nyengir memaklumi kemauan keponakannya yang lagi doyan - doyannya.

belum siang mereka sudah pulang. Bibinya masuk ke rumah, menuju kamar. Deni yang sudah ngaceng berat, segera memasukkan motor ke dalam rumah, menutup pintu asal rapat tanpa menyadari belum terkunci, dengan semangat 45 segera ke kamar bibinya. Bi ratna baru juga membuka baju kaosnya, hanya menyisakan BH, Deni sudah menomploknya merebahkannya ke kasur.

“Sabar atuh Den, semalam kan sudah sampai 3 kali, masa sekarang belum tengah hari sudah minta lagi… doyan amat sih ponakan bibi ini.”

“Namanya juga anak muda masih semangat. Lagian memang bi ratna sangat menggoda sih.”

Deni segera memendamkan wajahnya di antara belahan tetek bi Ratna, menciuminya, wangi dan harum, aroma wangi tubuh dan sabun bercampur satu dan memabukkan. Tangannya segera meremasi BH bibinya, tak lama, sebentar saja, tangannya tak sabaran segera melucuti paksa Bh bibinya. Kini ia asik mengulum dan memainkan pentil bibinya, menghisapnya kuat - kuat.

Bibi Ratna sampai kelojotan. Keponakannya ini benar - benar murid yang pandai, sebentar saja sudah mahir mengetahui juga lihai memainkan titik - titik sensitifnya.

Mampu secara kreatif mengembangkan potensinya. Tangan bi Ratna menyusup ke balik celana pendek Deni, mulai meremas - remas kont01 Deni. Dengan cepat akhirnya keduanya kini sudah tak berbusana lagi, Deni masih di atas menindih bibinya, mengangkat lengan bibinya, menciumi dan menjilati rimbunan keteknya, enak dan harum.

Bibinya masih asik mengocok kont01nya, karena sudah tak tahan, Deni menurunkan pantatnya sedikit dan… blesss… kont01nya menerobos m3mek bibinya. Kini Deni sudah tak culun lagi, sudah pandai menjaga tempo. Ia mulai memompa dengan semangat, kaki bibinya terkangkang lebar, Deni menyodokkan kont01nya, kuat dan bertenaga serta sedalam mungkin.

Gemas banget Deni melihatnya, ia dekatkan mulutnya, menghisap pentil itu kuat, sodokannya makin kuat, hampir 3 menit lewatt, masih tetap menghisap kedua pentil tetek bibinya secara kuat dan bergantian juga menyodok dengan cepat dan konstant, efeknya bibinya mendesah kuat dan penuh gairah…

“Aaahh… Ssssshhh… lagiiiii…”

“Huahhhh… ooohhhh… Wooowwww…”

“Yessss…”

Tubuh bi Ratna menggeliat dan mengejang kuat, menyemburkan cairan orgasmenya, sebenarnya Ratna juga heran di awalnya, dulu sama suaminya yang bejat, sulit sekali ia orgasme, tapi sama keponakannya ini, sangat mudah dan sering, mungkin karena ia sendiri enjoy dan menikmati semangat Deni yang penuh gairah tanpa surut. Deni tak memperdulikan bibinya yang masih lemas, makin mantap menyodokkan kont01nya, mata bi Ratna merem - melek menrima gempuran sodokan kont01 Deni, tangannya memeluk erat pundak Deni.

Sementara kedua insan ini masih seru memacu birahi, Bi Lasmi melongok melalui hordeng yang sedikit terbuka di pintu depan, motornya ada, kenapa dari tadi tak ada yang menjawab, masa si Ratna sama Deni jam segini sudah tidur siang. Penasaran ia memutar gagang pintu… tuh ceroboh sekali tak dikunci, mana ada motor, nanti digondol maling lagi.

Ah paling adiknya lagi tiduran di kamarnya. Yakin dengan perkiraannya, Lasmi segera menuju kamar adiknya, sambil berseru..

“Rat, teteh minta kecap dulu dong, nanggung lagi masak, tadi ke warungnya si Ros, tapi tutup, lagi belanja ke pasar, makanya minta sedikit ke… APA…?”

Lasmi membelalak, saat menyingkap gordeng yang menutup kamar adiknya, ia mendapati pemandangan yang tak pernah ia duga atau bayangkan. Keponakannya Deni sedang menindih adiknya Ratna, keduanya tanpa busana. Matanya terbelalak memandangi keduanya bergantian.

Ratna dan Deni diam membatu, kont01 Deni masih menancap di m3mek bibinya. Terkejut sekali tentunya, situasi amat memojokkan mereka, mau ngomong apapun posisi mereka sangat nyata sedang melakukan hubungan yang terlarang. Rasanya mulut mereka terkunci rapat sulit menjelaskan. Setelah lama terombang - ambing dalam kesunyian yang menegangkan, rasa keterkejutan sudah berkurang, pikiran mulai mengalir kembali…

“Eh… teteh… eh… a.. anu…”

“Bi… eng bi Las… Lasmi, De.. Deni bi… bisa jelas… jelaskan… i… ini sa.. salah Deni.”

Lasmi masih terkejut, dalam pikirannya, ampun Ratna, banyak lelaki yang mengejar kamu, mau memperistri kamu, tapi kenapa kamu malah memilih ngewek sama… ke… keponakan kita, Deni? Harus ada penjelasan yang masuk akal, karena saat Lasmi memrgokinya, walau sesaat saja, jelas keduanya melakukannya dengan sukarela, tak ada pihak yang terpaksa.

mencabut kont01nya.

“Teh… nanti Ratna pasti jelaskan, ada alasan yang membuat Ratna melakukan hal ini.”

“Rasanya tak perlu kamu jelaskan. Teteh bisa membaca pikiranmu. Selama ini teteh dan teh Santi sudah mengerti kalau kamu memang trauma sama perkawinan, tapi juga butuh pelampiasan… Cuma kenapa sama si Deni..?”

“Awalnya tak pernah terencanakan, terjadi begitu saja dan tak bisa dihindarkan…”

Lasmi diam saja, saat itu deni baru sadar masih posisi menancap, ia mencabut kont01nya, bergulir ke samping bi Ratna. Mata Lasmi sempat memandang kont01 Deni, dan sama seperti Ratna dulu kala pertma kali melihat kont01 Deni, Lasmi juga terkesiap. Sebenarnya Lasmi juga belakangan ini selalu uring - uringan, iyalah…

pulangnya. Matanya memandang kont01 Deni dengan raut kepingin. Tak heran kalau ratna sampai mau melakukannya sama keponakannya ini pikir Lasmi. Dia mulai bergairah dan merasakan denyutan pada m3meknya. Kalau tadinya hal ini hanya menjadi rahasia

Ratna dan Deni berdua… kini sudah saatnya menjadi rahasia mereka bertiga. Tapi keduanya harus dihukum dulu. Ratna dan Deni masih tegang menunggu reaksi Lasmi selanjutnya, makin tegang melihat Lasmi yang sedang serius berpikir. Untunglah Lasmi kembali berbicara…

“Kalian… selesaikan apa yang sedang kalian perbuat…”

“HAH…?” Ratna dan Deni mengucapkan keheranan mereka berbarengan, melongo bingung menatap Lasmi minta penjelasan lebih lanjut.

“Kenapa? kalian dengarkan. Lanjutkan saja apa yang sedang kalian perbuat.”

“Ta.. tapi teh… nggak mungkinlah… di di depan teteh.”

“Mungkin saja, kenapa malu? Untuk apa? Melakukannya sama keponakanmu kamu bisa nggak malu, apa bedanya sekarang?”

“Ti… tidak… Ratna nggak mau. Ini lain soal.”

Deni hanya diam saja, bingung dan nggak tahu harus ngomong apa. Akhirnya Lasmi menggetokkan palu terakhir, final…

“Baik… kalau begitu bersiaplah… teteh akan membicarakan hal ini ke Santi… ya tetehmu Ratna, dan juga ibumu, Deni. Dan teteh yakin kalau Santi tak akan senang dan bisa menerima hal ini. Bagaimana…?”

Deni sangat terkejut. Gila… mampus deh… wah nggak bisa begini, ia akhirnya membuka suara.

“Sudah bi Ratna, kita teruskan saja. Daripada berabe.”

“Ta.. tapi Den… i… itu…”

“Sudah… tenang saja, ayo, santai saja.”

“Kamu dengarkan Rat, Deni benar, daripada berabe. Lagipula teteh sudah berbaik hati mau membiarkan kalian menuntaskan ngewek kalian yang terputus mendadak tadi.”

Akhirnya Ratna siap melanjutkan, canggung rasanya. Deni walau tadi terkejut, tapi kont01nya masih ngaceng, maklum tadi dalam posisi tempur dan terangsang berat. Ratna kembali berbaring, melebarkan kakinya dengan agak ragu. Deni sudah di atasnya, beda dengan ratna, Deni tak ada keraguan, kalau bi Lasmi bilang teruskan dan ia tak akan mengadukan hal ini ke ibunya, ya sudah.

teruskan saja. Blesss… kont01nya dengan cepat sudah menerobos, mulai memompa. Deni sih tetap semangat, cuma Ratna sudah kehilangan selera. Jadilah ini pergumulan satu arah. Kont01 Deni menyodok dengan mantap. Mulutnya juga mulai menciumi dan menghisapi pentil bi Ratna. Nafsunya sudah kembali normal, seakan jeda yang menegangkan barusan tak pernah terjadi.

Lasmi duduk menyaksikan, duduk manis di pinggir ranjang, dekat kaki pasangan yang sedang bergelut itu, sedikit demi sedikit gairahnya naik, menyaksikan kont01 keponakannya yang gede itu menerobos m3mek Ratna, memompanya keluar masuk membuat m3mek Lasmi mulai basah, tangannya perlahan menyingkap kainnya, kini asik mengelus CD-nya yang tebal, perlahan lalu makin cepat, akhirnya tangannya enyusup ke balik Cd- nya, mulai asik mengelus belahan m3meknya. Merasa kurang nyaman, ia lepskan CD-nya. Melepas kainnya.

Lasmi di usianya yang ke 40 juga masih menggairahkan. Bodynya memang sedikit lebih montok dan berisi, tapi tetap tperutnya juga rata, nyaris tanpa timbunan lemak yang berarti. Kakinya mulai ia kangkangkan, m3meknya juga sama seperti saudaranya, ditumbuhi jembut yang lebat samapi ke belahan pantatnya, tangannya mulai mengelus belahan m3meknya yang sudah basah, segera saja belahan itu mekar, menampakkan lobang m3meknya yang merah.

Jarinya masih asik hanya mengelus. Ratna dan Deni masih belum sadar dengan yang sedang dilakukan Lasmi. Lama - lama karena sodokan kont01 Deni, Ratna mulai On lagi, desahannya mulai terdengar kembali. Deni menjilati lehernya, memompa kont01nya kuat - kuat, terasa sangat mentok di m3meknya, jilatan Deni juga sangat merangsangnya. Bi Ratna menggelinjang kegelian, rasa nikmat makin menjalar ke seluruh tubuhnya. Geli dijilati, enak disodok di bagian m3mek. Tangannya memeluk pundak Deni kuat…

“Awww… Den… geliiiiii”

“Oooohhhh… Owwwww… Sshhh…”

“Dikiiiitttt… laaaggiiiii… Aaaaahhhh…”

Tanpa ampun bi Ratna kembali jebol, Deni jadi makin bergairah, senang karena bi Ratna kembali menikmati pergumulan mereka. Deni sebenarnya mau ganti posisi, tapi malas, ada bi Lasmi… mendingan cepat tuntaskan saja yang sekarang.

Lasmi mulai menyodokkan jarinya ke lobang m3meknya, dikocoknya dengan cepat, tangan yang lain mulai memainkan dan mengelus it1lnya yang besar dan menonjol, memainkannya dengan ujung jari jempol dan telunjuk, cepat dan konstant, menahan desahannya agar tak terdengar. Makin naik gairahnya… Aaahh… Ssshhh…

enak… rasa nikmat yang sangat, ditambah melihat adegan yang terjadi di depan matanya. Saat ia melihat dan mendengar Ratna mendesah kuat terakhir tadi, nafsunya jadi naik. Makin cepat jemarinya beraksi… Ooooohhhhhhh… ia menekan bibirnya kuat, menahan agar suara desahannya saat orgasme tak terdengar.

Ratna mengangkangkan kakinya selebar mungkin, sudah kepalang enak, sebodoh amatlah sama teh Lasmi, eh di mana dia… ia agak mengangkat bahunya… lho… lho… ngapain teh Lasmi, ke mana kain dan Cd-nya… lagian dia kok lagi mainin m3meknya pakai jarinya sendiri. Seketika otak Ratna seperti diterangi cahaya terang…

Lasmi sudah lupa dengan Ratna dan Deni, ia asik bermasturbasi sambil terpejam, hal yang biasa ia lakukan di rumahnya sendiri, kalau sudah bergairah dan orgasme, ia makin asik menikmati pemainan jarinya. Tiba - tiba ia merasakan tubuhnya seperti ditarik merebahkannya. Siapa… Deni yang menariknya…

dengan ganas menciumi m3mek bi Lasmi, aromanya enak. Bi Lasmi yang sadar kalau sekarang gilirannya telah tiba, mengangkangkan kakinya. Lobang m3meknya menganga jelas. Deni segera menjilatnya dengan rakus, Lasmi mendesah Lidah Deni segera menjilati it1lnya yang besar, menggoyangkannya dengan cepat membuat bi lasminya kelojotan.

jauh lebih besar dari tetek Ratna. Tentu Deni belum sadar, masih sibuk bergerilya di bawah sana. Bi Lasmi meremas teteknya dengan tangannya sendiri Ratna melihat Deni sedang gantian mengerjai bi Lasmi… dasar teteh… padahal kepengen, pakai acara nakutin segala. Gairah Ratna mulai naik lagi. Ia mendekat ke arah tetehnya.

Memang kalau gelombang seks sudah memancar, kadang pengertian yang paling mustahilpun akan timbul, tanpa perlu diucapkan lagi, pelakunya bisa memahami niat dan kemauan yang lain. Ratna mulai meremas tetek Lasmi. Lasmi diam saja tak protest, tangan Ratna mulai memilin pentilnya yang sudah mengacung, dia sudah sering melihat tetehnya ganti baju, tapi tetap saat ini ia megagumi betapa besar dan kenyalnya tetek tetehnya.

Mulutnya mulai menghisap pentil teh Lasmi. menjilati dan menggoyangnya dengan lidahnya. Lasmi makin kelojotan, tangannya menarik lembut pantat Ratna, mengarahkannya m3mek ratna ke mulutnya, dia belum pernah menjilat m3mek perempuan, tapi tak sulit, tinggal melakukan seperti yang dilakukan suaminya dan kini Deni pada m3meknya sendiri.

Deni terlalu konsent bermain dengan m3mek bi Lasmi, tak menyadari bi Ratna telah bergabung, saat ia mendongakkan kepalanya sedikit… ya… ampuun… ini… ini… terlalu hot buat dirinya.

Gilaaaa… tetek bi Lasmi… kont01nya berdenyut, ngaceng dengan keras sekali. Makin ganas menyerang m3mek bi Lasmi. Lidahnya makin cepat menggoyang it1lnya demikian sodokan jarinya. Lasmi menggoyang pantatnya, desahannya tertahan keasikannya menjilati m3mek Ratna. Akhirnya bi Lasmi tak tahan, pantatnya terangkat, badannya mengejang…

awww… orgasme yang dashyat baru saja menghantamnya. Deni segera berhenti memainkan mulut dan lidahnya. Karena posisi bi Lasmi agak di pinggir ranjang, Deni menarik pelan kaki bi Lasmi, menjuntaikannya menggantung di pinggir tempat tidur. Deni turun berdiri di pinggir tempat tidur… blesss kont01nya menerobos m3mek bi Lasmi.

tadi… gilaaaa… penuh dan terasa sesak di m3meknya.

Deni segera memulai pompaannya, ia condongkan badannya, mulai meremas tetek bi Lasmi, mainan baru bagi Deni. Buseeet… kalah deh bi Ratna, Deni membatin. Ia meremasnya kuat - kuat, pentilnya gede sekali. Gemas Deni memilinnya. Karena Deni mulai sibuk memainkan tetek bi Lasmi, Bi Ratna mengalah, berhenti menghisap tetek teh Lasmi.

Lasmi makin asik saja menjilati it1l adiknya, Ratna, bahkan jari tengahnya sudah sedari tadi menyodok lobang m3mek Ratna. Lidahnya menggoyangkan dan menghisap pelan it1l adiknya itu. Ratna yang posisinya agak nungging karena mecondongakan tubuhnya untuk kemudian asik berciuman dengan Deni mulai kewalahan. Pinggulnya bergoyang liar, mengejang… lalu orgasme. Setelah Ratna orgasme, Lasmi menghentikan kegiatannya, konsentrasi pada sodokan Deni yang makin lama makin enak. Ratna berhenti mencium Deni, terkapar berbaring, kecapekan. Kini Deni melawan Lasmi.

Deni langsung menghisap pentil bi Lasmi, mantap banget, sangat kuat ia menghisapnya, bi Lasmi sampai mendesah kuat, belum lagi sodokan keponakannya itu makin bertenaga, ia mendesah, mengangkat lengannya ke atas, menikmati serbuan nikmat. Deni terpesona memandang rimbunan ketek bi lasmi, mulai menciumnya dengan ganas sambil menjilatinya bergantian, pompaan kont01nya sudah sangat cepat. Bi lasmi makin kewalahan…

“Aaahh… Pelaaaaannn… dikiiitttt…”

“Ooooh… janggaaaannnn dipelaniiiinnnn…”

“Ughhhh… ampuuunnnn… Awww…”

Bi Lasmi pun menggelepar penuh kenikmatan… ternyata keponakannya sungguh hebat. Deni mulai menciumnya dengan ganas dan panas, bi Lasmi tanpa sungkan meladeni, lidah mereka saling beradu, tapi tekhnik Deni belum maksimal, ciuman bi Lasmi jelas lebih tinggi tekhniknya, ia menyedot lidah deni membuat Deni serasa melayang, nyaris lepas kendali, untung tak lama kemudian bibinya melepas ciumannya, Deni samapai megap - megap…

cepat, membuat bi Lasmi merasakan sensasi yang tertinggi, belum pernah m3meknya disodok dengan secepat dan seganas ini, apalagi kont01 Deni sangat memenuhi m3meknya. Ada yang merenggangkan kaki Deni, deni melirik, ternyata bi Ratna yang sudah merasa segra kembali berjongkok di bawah selangkangan Deni yang sedang berdiri sambil menyodok bi Lasmi.

Bi ratna mulai menghisap dan menyedot biji pelernya, tentu saja menyesuaikan dengan ritme gerakan pompaan dan sodokan kont01 Deni. Sintiiiingg… enaknya tak terkira, sambil tetap asik menyodok bi Lasmi, bijinya diemut sama bi Ratna, Deni merasa dirinya menjadi manusia paling berbahagia di bumi saat ini.

Tapi ketahanan Deni juga ada batasnya, seiring sodokannya yang makin kuat, ia merasakan denyut nikmat pada kont01nya, ia hujamkan sedalam mungkin kont01nya. Bi Lasmi nampaknya sadar Deni ma ngecret segera berucap… di dalam saja… di dalam saja. Bi lasmi bergetar saat pejunya menyemprot kuat… selesai…

menjilati sisa peju yang menempel. Setelah Bi Ratna menuntaskan jilatannya yang terakhir Deni segera menghempaskan diri ke atas kasur. Sangat lelah saat ini.

Hanya bisa berdiam diri. Bi ratna juga bergabung tiduran di atas ranjang. 3 orang tanpa busana tergeletak lemas penuh kepuasan. Deni masih diam saja, menengarkan bi ratna dan bi Lasmi yang mulai bercakap…

“Ih teh Lasmi jahat, nakut - nakuti saja, padahal juga mau… dasar.”

“Awalnya sih nggak begitu. Tapi kont01 Deni sangat menggoda, akhirnya aku terangsang.”

“Terus bagaimana komenter teh Lasmi.”

“Ya puaslah, tapi…”

“Tapi apa teh…?”

“Belum puas banget… Rat, malam ini Deni menginap di rumah teteh saja ya.”

“Huh maunya… nggak, teh Santi kan menitipkan Deni menginap di sini.”

“Ya… jangan begitu dong… suami teteh masih lama berlayarnya..”

Mana rela Ratna membiarkan jagoannya dibajak sama tetehnya. Lagian tadi teh Lasmi sudh tega menakuti mereka. Akhirnya Ratna berkompromi.

“Teteh saja yang nginap, Ucil kan lagi pergi sama abah.”

“Ya sudah, tapi nanti banyakkan teteh ya, kan kamu sudah puas, sedang teteh baru hari ini.”

“Terserah teteh saja.”

“Iya… teteh mau ngerasain keponakan teteh sendirian, mungkin masih bisa maksimal lagi kemampuannya.”

Deni yang menjadi object hanya diam, selain masih lelah, juga ia sedang berpikir… gilaaaa… beruntung banget dirinya hari ini. Bi Lasmi jelas - jelas masih cantik dan juga nafsuin, ia bisa ngewek bi Lami tanpa terduga… sangat beruntung. Akhirnya semua membersihkan diri, nggak melanjutkan lagi, walau jarak rumah di sini renggang - renggang, teta nggak enak sama tetangga, siang - siang rumah terkunci rapat.

Malamnya bi Lasmi menginap, sore - sore sudah datang. Rumahnya paling dititipin sama tetangga yang juga ikut bekerja d kebun. Bi Lasmi ikut makan di sini, setealah makan, mereka bersantai. Deni asik menghisap rokok di dekat pintu sambil ngopi, baru SMS mamanya, sekedar say hello dan mengabarkan kalau ia betah di kampung.

Kalau mamanya masih kurang suka ia merokok, beda sama bibi - bibinya, di kampung sini mah sudah wajar saja. Bahkan bi Lasmi sesekali merokok, seperti sekarang. Bi Lasmi asik ngobrol sama bi Ratna sambil menonton TV. Keduanya memakai busana kesukaan Deni, kain dan kutang model kampung. Lumayan seru obrolan mereka.

kamar seprti mengambil sesuatu di lemari, lalu kembali ke kamar mandi. Agak berapa lama ia keluar, menghampiri tetehnya, sambil nyengir campur sedikit BeTe bi Ratna berbicara…

“Wah.. sepertinya teh Lasmi memang beruntung, aku baru dapat tamu bulanan. Nasib…”

“Ya.. mau gimana lagi Rat.”

“Tapi sudahlah… teteh nggak usah pulang sudah terlanjur, nginap saja.”

“Iya… takut amat si Deni dibawa kabur sama teteh hehehe.”

“Nggak kok teh. Ya sudah, hitung - hitung teteh mengejar ketinggalan teteh.”

Bibi lasmi terkekeh geli, setelah puas tertawa, ia berbicara kepada Deni yang masih asik bertengger di pintu, kayak burung saja bertengger hehehe.

“Den sudah dengar kan, nanti malam tidur sama bi Lasmi ya.”

Deni hanya mengangguk saja, baginya tak masalah, baik bi Ratna maupun bi Lasmi sama - sama yahud kok, ada kelebihan tersendiri. Bahkan kini ia bisa memuaskan diri bermain berdua sama bi Lasmi, kalau tadi siang kan keroyokan, nanti malam bisa puas ngewek berduaan.

Keduanya masih asik menonton TV, sambil ngobrol, Deni tak mendengar apa obrolan mereka, tapi yang pasti mereka nampak gembira, cekikikan terus. Deni menyalakan sebatang rokok lagi. Sambil menghirup kopi, santai, mengumpulkan energi. Akhirnya jam 7 Deni menaruh gelas kopinya yang sudah habis, menutup dan mengunci pintu, sambil memeriksa jendela. Seelah semua diperiksa dia duduk bergabung menonton TV, bi Lasmi lagi ke WC, jadi Deni mengambil tempatnya di sofa panjang, kini Deni duduk berdampingan sama bi Ratna.

Ketika bi Lasmi kembali, ia duduk di sofa kecil. Mereka menonton TV, sesekali mengobrol ringan. Jam 8-an Deni mulai merasakan bergairah kembali, acara TV juga tak menarik. Ia berucap…

“Bi Lasmi.. eh anu… Deni mau netek dulu ya sama bi Ratna, habis sudah kebiasaan, nggak enapa kan?”

“Sama bi lasmi juga bisa kan, tapi sudahlah, sesukamu.”

“Ya.. bi Ratna… eng.. boleh kan.”

“Dasar deh si Deni, tadi nanya dulu ke bi Ratna, baru ngomong ke bi Lasmi, tapi kamu cuma bisa netek saja ya… ayo sini.”

Deni mendekat, memojokkan bi Ratna, kini bi Ratna posisi kepala bi Ratna bersandar di atas pinggiran sofa.

Deni menurunkan kutangnya, segera asik menetek dan menghisapi pentil bi Ratna. Deni membandingkan, saat sedang datang bulan pentil bibinya kelihatannya lebih membesar. Juga nantinya Deni baru tahu waktu bibinya memberitahu, kalau wanita lagi datang bulan sebenarnya nafsunya justru meningkat. Tapi ya itu, tetap nggak bisa disodok, hanya orang yang tak sabaran saja yang nekad menyodok orang lagi palang hehehe.

Lagi enak - enaknya mengelus kont01nya sendiri, ada tangan halus menepikan tangannya, lalu menurunkan celananya… oh Bi Lasmi rupanya tak sabar ingin berpartisipasi. Celananya sudah lepas, kini kont01nya mengacung bebas. Deni membiarkan bi Lasmi erbuat semaunya pada kontonya, masih asik menetek. Tangan deni mengangkat lengan bi Ratna, mulai menciumi dan menjilati keteknya, nyaman sekali rasanya.

Kont01nya terasa dibelai, biji pelernya dipijat - pijat cukup lama, enak… membuat Deni merasa rileks dan nyaman, sementara tangan satunya bertugas juga, batang kont01nya dikocok perlahan oleh bi Lasmi. Jempolnya mengelus lembut kepala kont01 Deni mengusapnya dengan penuh perasaan. Sesekali jempol bi Lasmi memainkan lobang pipisnya. Setelah agak lama menggenggam, mengelus dan mengocok dengan tangannya, bi Lasmi mulai memakai jurus lidahnya. Satu tangannya masih tetap memijat - mijit biji peler Deni. Lidah bi Lasmi mulai menjilati kepala kont01nya, ringan saja, bahkan hanya ujung lidahnya yang beraksi, tapi rasanya sangat nikmat menjalar ke seluruh tubuh Deni.

samapai merem melek dibuatnya, entahlah, gerakannya santai namun sensasi yang diberikan sangat besar. Akhirnya mulut bi Lasmi mulai menelan kont01nya, perlahan dari kepala kont01, sampai batangnya, akhirnya amblas seluruhnya… ampuuun… mulut Bi Lasmi terlihat sesak disumpal kont01nya batin Deni dalam hati.

Deni jadi nggak konsen neteknya, sesekali melirik. Mulutnya mulai mengulum, meghisap dan mengemuti kont01nya, mulai mengocoknya, lagi - lagi dengan santai, nyaris tanpa semangat, tapi anehnya kok enak ya terasa bagi Deni. Oh rupanya walau sambil mengulum ujung lidahnya tetap aktif bergerak menjilati.

menghisapnya kuat, Deni merasakan lemas sekli, saking nikmatnya. Hisapan Deni pada pentil bi Ratna makin kuat saja seiring rasa kenikmatan yang ia rasakan pada kont01nya. Akhirnya bi Lasmi mulai mengulum dengan cepat, tanpa jeda… entah berapa lama, akhirnya Deni merasakan klimaks, tanpa permisi pejunya muncrat membasahi mulut bi Lasmi.

Bi Lasmi beristirahat sebentar, meminum air di gelas yang ada di meja. Bi Ratna yang sadar kali ini bukan dia pemeran utama wanitanya, merapikan kutangnya, permisi masuk kamar, capek mau tidur. Deni mengambil remote, mematikan TV, masih duduk di sofa, ia segera membuka kaosnya. Bi Lasmi juga mulai melucuti busananya, kini juga bugi…

“Den sabar dulu, ke kamar saja ya, lebih enak.”

“Ayo.. ayo bi.”

Bibinya bangun, Deni mengikuti dari belakan masih saja meremas tetek bi Lasmi yang memang sangat besar, kencang dan menantang.

Sesampainya di kamar bi Lasmi malah ngobrol dulu.

“Den, tadi bi Ratna cerita ke bi Lasmi, katanya kamu belum lama ya diajarin sama dia… hebat juga kamu, cepat pandai ya, si Ratna juga pintar ngajarnya…”

“Iya… iya.. ih bi Lasmi ngobrol melulu…”

“Hehehe… sabar dong, nah kalau bi Ratna bisa ngajarin kamu, nanti bi Lasmi juga berharap bisa menambahkan pelajaran lagi deh, biar kamu makin pintar.”

“Iya… iya… ayo deh dimulai pelajarannya.”

“Ih kamu ini, pemanasan dulu kek, maunya langsung nyodok saja…”

Mana mikirin pemanasan sih, dari tadi sudah panas bi, batin Deni. Deni segera menidurkan bibinya, bersiap menindihnya, bi Lasmi malah mendorongnya, membuat Deni berbaring sejajar dengannya, posisi bi Lasmi di depannya. Bi Lasmi memiringkan tubuhnya, mengangkat satu kakinya ke atas, tangannya meraih kont01 Deni, diarahkan ke lobang m3meknya… blesss. Deni segera memompakan kont01nya, sodokannya masih agak santai. M3mek bi Lasmi terasa nyaman, sama nyamannya dengan m3mek bi Ratna. Bi Lasmi menaikkan satu tangannya ke atas, meraih bagian belakang kepala keponakannya itu, didorongnya kepala Deni, bi Lasmi agak memiringkan kepalanya, mulutnya mulai mencium bibir Deni, mulanya santai, lalu makin panas, dan seperti tadi siang, kembali menyedot lidah Deni, kembali membuat Deni kehilanga kendali, sodokannya makin cepat. Bibinya melepaskan ciumannya… ayo Den coba kamu sedot lidah bibi saat berciuman. Bibinya kembali menciumnya, menautkan dan beradu lidah dengan Deni, Deni berusaha menyedot - nyedot lidahnya, sulit juga… lagi… lagi, akhirnya berhasil, dan ketika Deni menyedot, bibinya balas menyedot… mantaaappp, enak banget rasanya berciuman dengan gaya ini, lidah serasa saling membetot.

Deni melepaskan ciumannya, pandangannya segera menuju ketek bi Lasmi, jarinya segera saja asik mengelus dan memainkan bulu ketek bi Lasmi, pompaan kont01nya sudah stabil. Tapi bi Lasmi segera membimbing tangan Deni ke selangkangannya, menaruhnya di atas tilnya, kalau ini Deni paham, segera saja ia memainkan it1l bi Lasmi yang menonjol, sodokan kontonya juga mulai ia percepat, gemas, mulutnya menciumi ketek lebat bibinya.

dan dalam… tetek bibinya bergoyang - goyang.

“Terussss… Den… Pintar…”

“Arghhhh… Uhhhhh… Awww…”

“Yesss… Yesss… Ssshhhh…”

Bibinya mengejang, orgasme. Deni makin beringas, bi Lasmi yang baru keluar jelas kelojotan digenjot Deni habis - habisan, matanya kini merem melek. Sodokan kont01 Deni yang gede, it1lnya yang dimainin, belum lagi kini deni menambahnya dengan menghisap pentilnya, kuat sekali. Aaahhh… suaminya kalah jauh sama keponakannya yang pemula ini.

Deni berhenti menyodok, bi Lasmi mengambil nafas sejenak, Deni mencabut kont01nya..

“Nungging dong bi…”

“Siapa takut… ayo…”

Bibinya segera nungging, tangannya bertumpu pada kepala tempat tidur. Montok benar pantatnya pikir Deni. Ia segera meyodokkan kont01nya ke lobang m3mek bibinya, gila pakai posisi begini, lobang m3mek bibinya terasa lebih nikmat, terasa lebih sempit dan mencengkram. Deni memompakan kont01nya, matanya asik melihat saat kont01nya menerobos keluar masuk, gemas ia tepok pantat bi Lasmi perlahan, bi Lasmi tertawa kecil. Deni mulai mempercepat pompaannya, plok… plok… plok… bunyi kont01nya saat keluar masuk m3mek bibinya yang sudah basah menambah kenikmatan tersendiri. Belum lagi desahan bi Lasmi. Deni pasang gigi paling tinggi, tanpa pengumuman, ia menyodok dengan cepat sekali dan bertenaga, kedua tangannya memegang pinggiran pantat bi Lasmi, bi Lasmi kelojotan dan mendesah sejadi- jadinya… gimana nggak keenakan, kalau m3meknya disodok dengan penuh semangat begini. Pantatnya juga bergoyang mengimbangi rasa nikmat. Deni terus mempertahankan kecepatan pompaan kont01nya, hampir 4 menitan sejak ia mulai mempercepat sodokannya… makin terasa denyutan pada kont01nya, bibinya orgasme kembali, dan sedetik kemudian kont01 Deni memuncratkan pejunya.

demikian pula bi Lasmi.

“Walah… untung banget bii tadi siang mergoki kamu sama bi Ratna, akhirnya bibi bisa ikutan ngerasain enaknya kont01 kamu.”

“Samalah Bi. Deni juga senang bisa nyodok m3mek bibi.”

“Ya sudah istirahat dulu, sebentar lagi kita sambung.”

Dan akhirnya karena bi Ratna sedang halangan, selama 4 hari ke depan Deni diboyong bi Lasmi untuk menginap di rumahnya, bahkan nambah satu hari. Bi Ratna yang sebal karena bi Lasmi curang nambah jatah Deni nginap sehari lagi itu, segera memboyong Den kembali ke rumahnya. Pendeknya sisa liburan ini benar - benar menyenangkan dan membahagiakan mereka bertiga.

Deni nampak termenung, ia bukannya tak sadar liburannya akan berakhir. Senin besok ia harus kembali sekolah. Dan sekarang hari Sabtu. Sengaja ia tak menjawab telepon ibunya atau membalas SMS ibunya. Ia tak mau pulang. Tapi pagi ini ia mau tak mau harus menjawab telepon mamanya..

“Aduh anak ibu tak ingat pulang ya..? Ditelepon tak menjawab, SMS tak dibalas.”

“Ingat bu… besok Minggu pagi Deni pulang.”

“Sayang ayahmu sibuk tak bisa jemput. Ibu juga repot. Oh ya, ibu sudah urus daftar ulang sekolahmu.”

“Iya.. bu. Sudah dulu ya bu. Besok pagi Deni pulang.”

“Den… Den… nanti dulu dong, ibu kan masih kangen lama tak ketemu kamu. Kamu sakit ya, kok lemas banget.”

“Nggak bu.. sudah ya… bye.”

Deni mematikan HP-nya mencari bibinya. Mengabarkan ia akan pulang. Malamnya Bi Lasmi sengaja dan niat banget buat nginap. Sore - sore si Ucil sudah tidur, jadilah sepanjang sore sampai tengah malam, Deni, bi Ratna dan bi Lasmi mengadakan acara pesta perpisahan yang panas.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan