3 November 2020
Penulis — watempa
Kami sengaja berjalan kaki di sepanjang pantai danau yang luas itu. Air biru membuncah-buncah menghempas ke pantai. Angin terus semilir. Semua orang melirik kami.
Aku memakai celana pendek yang longgar di atas lutut.
Pahaku mulus dan putih, sementara kedua buah dadaku terbalut kaos ketat menantang. Aku terkagum-kagum pada pada tubuhku sendiri? Ketika usia Jhon 5 tahun, suamiku meninggal dunia. Aku tak mau menikah lagi. Takut suamiku tak menyayangi anakku dan mereka hanya mau harta kekayaanku saja.
Jhon terus menempel di lenganku. Apakah dia juga bangga memiliki ibu sepertiku? Kutanyakan padanya.
“Apa mama mu ini masih cantik, sayang? tanyaku manja.
“Masih Mam. Buktinya orang-orang selalu melirik paha mama, tetek mama dan pantat mama,” jawab anakku.
Aku tersenyum dan mencubit hidungnya.
Tak terasa kami sudah sampai di hotel, hanya dua meter dari bibir pantai danau.
“Apa kamu suka pada Mama?” tanyaku.
“Suka dong Mam.” katanya dengan tatapannya yang nakal.
“Bagian mana yang kamu suka?” tanyaku menyelidik.
“Semuanya, Mam. Tetek Mama, bibir dan pantat Mama yang aduhai…” katanya memuji. Aku tersenyum.
Biasalah, namanya anak, pasti memuji mamanya, bisik hatiku.
“Buktikan, kalau kamu senang pada bibir mama,” kataku.
Jhon meraih tengkukku dan melumat bibirku. Kubalas lumatan bibirnya, sampai dia gelagapan.
Clup… kecupan bibir kami terlepas. Aku tersenyum.
Usiaku terpaut berbeda 21 tahun.
“Kita ke dalam, Mam” Jhon mengajakku meninggalkan teras hotel untuk memasuk ke dalam kamar. Kuikuti langkah Jhon.
Kutatap matanya yang berbinar-binar. Kuelus pipinya.
Aku harus menatapnya jauh ke atas, karena beda tingi kami berkisar 11 Cm. Jhon memang tinggi dan atletis, mirip papanya.
“Ternyata, kamu hanya suka bibir mama saja,” kataku.
“Tentu tidak,” jawabnya.
“Lalu buktikan dong,” kataku.
Jhon mendekatiku, Ditariknya baju kaos yang kupakai, sampai lepas. Kini dia melepas pengkait bra ku.
“Mam… aku suka. Besar sekali. Aku suka,” katanya sembari mengulum pentil tetekku. Oh… kulumnya membuatku nikmat. Kini Jhon berjongkok dan melepas celanaku. Juga celana dalamku.
“Waaawww… indah sekali memek mama,” katanya memuji. Disapu-sapunya bulu memekku yang masih lebat, tapi kutata dengan baik. Diulurkannya lidahnya menjilati bulu-bulu memekku. Lalu lidahnya menjelajah ke belahan memekku. Aku hanya mengelus-elus kepalanya dengan lembut.
“Kamu suka sayang?” kataku.
“Ya Mam. Aku suka sekali,” jawabnya.
“Kamu juga telanjang dong. Kok Mama saja,” pintaku.
Jhon berdiri dan melepas semua pakaiannya. Sudah kuduga, kalau kontolnya pasti besar dan panjang, karean anakku memang tinggi dan kekar.
“Waaawww… besar dan panjang,” kataku.
“Iya Mam. Mama suka?” tanyanya.
Iya. Mama suka sayang. Pasti nikmat sekali,” kataku memuji dan ingin segera merasakannya.
“Dia milik Mama. Pasti mama akan menikmatinya” Dia menarikku ke kursi. Didudukkannya aku dipangkuannya.
Tetekku mulai kembali diisap-isapnya dan bagian-bagia tubuhku mulai dielus-elusnya.
“Nikmat sekali tetek mama,” katanya.
“Nikmati sepuasmu sayang. Mama juga suka,” kataku meminta. Jhon menikmati pentil tetekku silih berganti kiri dan kanan. Tangannya mulai meraba-raba memekku.
Salah satu jarinya sudah mulai bermain-main di lubang memekku dan klentitku disapu-sapunya. Aku sangat merasakan indah sekali. Aku memeluknya dan menjilati jidatnya saat tetekku masih terus diisap-isapnya.
“Mama sudah tak tahan sayang. Mama sudah ingin cepat merasakan ini,” kataku meraba kontolnya yang sangat keras itu, “Ayo nak, dimasukkan,” kataku.
Jhon mengangkat dan membopong tubuhku dan meletakkanku ke atas tempat tidur yang empuk disela- sela debur ombak kecil danau biru itu.
“Cepat dong sayang. Mama sudah tak sabar ni,” pintaku.
Jhon mengakangkan kedua kakiku dan menjilati memekku. Lidahnya berputar-putar di sana. Pantatku berada di ujung tempat tidur. Jhon berjongkok di lantai.
kedua kakiku berada di bahu dan terletak di punggungnya. Lidahnya terus menjilati klentitku dan kedua tangannya meraba-raba perutku dan pantatku.
Aku benar-benar sangat menikmatinya. Tapi…
“Ayo dong sayang. Aku menginginkan kontolmu yang besar dan panjang itu. Dimasukkan, nak. Ayo cepat,” pintaku Jhon sudah berada di antara kedua pahaku. Perlahan diarahkannya kontolnya ke memekku. Perlahan disorongnya.
“Ma… memek mama masih sempit, ma.” “Bukan memek yang sempit sayang, tapi kontolmu yang besar. Ayolah, cucuklah. Tapi pelan-pelan ya…” pintaku lagi.
Jhon mencucukkan kontolnya kelubangku yang sedai tadi sudah berair dan becek, mengeluarkan aroma yang sangat tajam.
“Oh…” kontol itu terasa panas dan menggesek lubang memekku. Aku merasakan kontolnya menembus memekku. Yah… makin kedalam dan semakin dalam, hangat dan menggairahkan.
“Ayo dong sayang. Jangan nakal…” kataku.
“Iya… mam. Biar masuk dulu semua. Aku merasakan batang itu sudah habis tertelan memekku.
“Ayo dong sayang, apa lagi. Puasin mama dong…” pintaku lagi.
Perlahan Jhon menarik cucuk kontolnya di memekku.
Terasa begitu seret. Aku merasakan gesekan kontolnya di dinding rahimku begitu hangat dan kesat. Aku merintih- rintih merasakan nikmatnya.
“Ayo dong sayang. Cepat dong… puasin mama,” pintaku lagi dan lagi. Jhon sudah memelukku. Tubuhnya menindih tubuhku dan dia mulai menarik dan mencucukkan kontolnya secara teratur ke lubangku. Aku semakin merasakan kenikmatan tak dapat kulukiskan.
Kenapa selama ini aku enggan memintanya? Sementara aku sudah tak mungkin lagi hamil. Aku sudah menutup kehamilanku dengan operasi kecil. Ketika itu, aku sendiri tak yakin pada diriku, karean nafsuku yang selalu ingin bersetubuh. Nyatanya, aku mampu menjaganya.
Andaikan aku masih bisa hamuil, pasti aku menginginkan anak dari Jhon yang juga anakku.
“Jhon… cepat dong. Mama sudah tak tahan ni…” desahku kuat dan mencakat tubuhnya.
Jhon mengerti keinginanku. Dia mulai mempercepat kocokan kontolnya di memekku. Aku memeluknya sembari menjilati lehernya dengan rakus.
“Jhon… mama sudah mau sampai ni… Cepat dong…” aku mendesah lagi.
“Sabar Ma. Tar lagi. Tahan dulu, aku akan mencapai puncak,” jawabnya.
“Mama sudah tak tahan sayang. Bisa rintok Mama, kalau begini. Ayo dong sayang…” Jhon nmenarik rambutku dan memelukku kuat-kuat.
Tubuhnya sepenuhnya menindih tubuhku dari atas.
Kocokan kontolnya ke dalam memekku semkin cepat.
Suara-suara gesekan kontol dan memekku membuat nafsu kami semakin menggebu-gebu. Basah, becek dan hangat.
“Ayo dong sayang… Mama sampai ni…” kataku memeluknya kuat-kuat dan terus mendesis. Jhon mempercepat kocokannya dan memperkuat pelukannya.
Dia menekan kuat tubuhnya di atas tubuhku.
“Mama… aku akan sampai juga ni,” katanya menekan sedalam-dalamnya kontolnya ke dalam lubang memekku, sampai memekku benar-benar penuh.
Semakin penuh lagi, saat sperma kentalnya yang hangat lepas dari kontolnya.
“Maaaaa… aku sampeeeekkkk…” katanya kuat. Semoga tetangga kamar sebelah tidak mendengar teriakannya.
Jhon memeluk tubuhku sekuat-kuatnya. Aku membalasnya dan melemahkan rangkulan kakiku di pinggangnya.
“Maaf sayang… nafas mama sudah tak tahan,” kataku.
Jhon menekan kedua sikunya, agar berat tubuhnya tidak menekan tubuhku secara penuh.
“Mama hebat…” katanya memuji dan merayuku.
“Yang hebat itu kamu sayang, mampu membuat mama orgasme sehebat ini,” kataku.
“Aku mencintai Mama,” katany.
“Mama juga mencintaimu sayang,” jawabku dengan senyum pada nafas yang masih tersengal-sengal.
Dibelainya rambutku dengan tulus. Di tutupinya tubuhku pakai selimut dan dikecupnya bibirku. Aku membalas kecupannya.
“Acara ke hotel ini harus kita lakukan sekali dalam sebulan,” katanya. Aku mengangguk. Tapi bukan hanya di hotel itu saja kami melakukannya setelah yang pertama itu. di rumah atau ditempat lain.
Anakku Jhon juga kekasih hatiku. Aku mencintainya sebagai anak dan sebagai kekasihku.