2 November 2020
Penulis — endonsidukuncabul
PART 3..
Di saat ku pulang kuliah di cuaca yang panas. Akupun membuka pintu depan, kulihat di dapur budheku hanya memakai bra, sama cd kebetulan warna krem.
“Le, makan dulu udah budhe siapin.” Katanya.
“Iya budhe saya juga sudah lapar banget.” Kataku sambil melihat gundukan payudaranya yang indah.
Saat makan siangpun aku gak konsen. Kebetulan budheku juga makan siang nemenin aku. Wow puting payudaranya menonjol. Wah pokoknya bikin aku konak.
“Le, dengaren sudah pulang? Katanya tadi mau rapat ormawa??” Tanya budhe.
“Gak, budhe colut saja pasti ngaret jam mulai rapatnya harusnya jam 12 bisa telat 30menit - 1jam. Bahkan bisa sampai sore. Sekali kali biar temenku saja si Candra.” Jawabku.
“O gitu to le. Padahal temen temen ormawamu kan ya cantik juga yang cewek.” Tanya budhe seraya menggoda aku.
“Ah, budhe bisa saja. Di sana saya kan hanyalah jadi bahan lawakan.” Kataku.
Setelah itu budheku memakai kaos oblong + celana pendeknya. Maklum budheku sangat jarang pakai daster. Setelah itu budhe rebahan tidur di kasurku. Meskipun, kamarnya luas budheku justru sering tidur sama aku di kamarku. Memang aku sudah di anggap sebagai anak kandungnya.
Bahkan semuanya budheku yang nanggung. Mau gimana lagi aku hanyalah anak broken home. Untung ada budheku yang mau mengasuh kalo gak ada pasti aku gak bisa kuliah. Budheku ini memang cantik, bodynya masih sexy, kulitnya masih halus, bahkan lebih muda 10tahun dari usianya, sayang sudah menjanda karena pakdheku meninggal karena penyakit strokenya.
“Budhe, kenapa gak menikah lagi? Kan budhe masih pantas.” Tanyaku.
“Gak, le menikah lagi malah bisa bisa suami baru cuman numpang hidup saja. Dari pada nikah lagi mending mengasuh kamu le sampai lulus, sampai mapan, bahkan sampai kamu nikah. Kamu memang sejak kecil sudah budhe minta ke mamamu. Karena budhe sudah berusaha membuat anak tapi keguguran 2kali. Dari pada buat lagi mending ngambil kamu, itu usulan pakdhemu le.
“Ya, budhe aku bersyukur atas semua ini. Belum tentu mama mengkuliahkan saya kan cuman punya toko kecil kecilan. Trus papaku yang playboy itu entah kemana sekarang. Bahkan adik adikku di biayai budhe, sama tante tantenya.” Kataku sambil memeluk tubuh budheku.
“Ya, le semenjak ada kamu budhe jadi senang, meskipun kamu nakal, jadi budhe ada temennya di rumah. Kamu serba bisa pula muasin budhe sampai lemes.” Katanya sambil tersenyum nakal sambil mencium pipiku, tangan kirinya memegang kontiku yang lagi ngaceng.
“Aduh, budhe sakit. Di apain ini?” Tanyaku.
“Di pegang sambil di pijit biar tamabah gede. Biar budhe lebih puas lagi.” Katanya sambil tersenyum nakal.
Akupun, menaikan kaos yang dipakai oleh budheku. Lalu kubuka branya langsung kuemut putingnya. Hmm kalo begini trus badanku bisa kebal hehehehe. Meskipun sudah expired bagi seumuran budhe tapi enak saja. Budheku mengelus kepalaku. Lalu tangan kiriku meraba vaginanya yang sudah becek. Pertanda budheku sudah horny.
Lalu budheku membuka celana boxerku yang kupakai. Budheku menjilat + memainkan kontiku. Aku hanya meringis saja sambil menahan geli. Makin lama semakin liar budheku ini. Meskipun penampilan saat di luar rumah berjilbab tapi beda saat di dalam rumah. Ya gpplah kalo aku jadi pelampiasan seksnya. Jam pun menunjukan jam 17.
“Punya kamu lebih enak daripada pakdhemu le.” Puji budheku.
“Hahahaha masa sih.” Tanyaku.
“Iya le yang muda lebih bergairah soalnya.” Kata budheku.