1 November 2020
Penulis —  needlenbitch

Aku menjadi budak seks

Keesokan harinya, ibuku tidak pergi ke kantor. Ia mengeluh sakit.

Sedangkan mbak Afif berangkat sekolah. Aku juga tidak masuk sekolah dengan alasan sakit.

Pokoknya hari ini aku ingin ibuku takluk kepadaku.

Langkah pertama adalah aku ke kamar ibu.

Lho, ma, nggak berangkat?,

tanyaku pura-pura tidak tahu.

Mama lagi flu nih, nggak enak body, jawabnya.

Mamaku itu walaupun usianya sudah hampir 40, tapi boleh dibilang ia sangat menjaga tubuhnya. Ia masih seksi,

bokongnya masih naik dan dadanya masih montok. Aku sama sekali tak melihat keriput di wajahnya, sepertinya ia rajin merawat tubuhnya. Kebetulan hari itu ayah tiriku sedang ada tugas lama ke luar kota, jadinya aku dan ibuku sendirian di rumah.

Waduhgimana tuh ma?,

tanyaku.

Ya akhirnya mama nggak masuk,

jawabnya singkat.

Udah mandi ma? Mau Rendy mandiin?, tanyaku.

Belum, dan terima kasih, mama bisa mandi sendiri, jawabnya.

Tapi mamakan sakit, biar Rendy yang mandiin, kataku merayu.

Nggak ah, anak mamikan sudah besar, masak mau mandi bareng mami?

Kan anak sendiri ma, emangnya nggak boleh?, tanyaku. Takut kenapa-napa ya? Mama ngeres!

Ibuku tertawa. Yee, kan Rendy udah punya pacar, ntar pacarnya cemburu lagi.

Pacar? nggak punya tuh ma,

kataku. Kalau boleh sih, biar Rendy yang mandiin mama, kalau nggak juga nggak papa Mamaku diam sejenak. Mungkin ia harus berpikir logis. Dan akhirnya jawabnya, Baiklah, mama akan ijinkan, lagipula anak mama ini sedikit genit.

Dan pucuk dicinta ulam pun tiba.

Pertama-tama mama mencopot bajunya, ia memang sedikit lelah,

bisa dilihat di matanya. Mamaku benar-benar telanjang di hadapanku, walaupun ia membelakangi aku, aku bisa melihat mulusnya tubuhnya. Mama lalu mengambil handuk piyamanya dan ia pakai.

Yuk, ajak mama. Akupun ikut,

aku lepas semua pakaianku dan aku hanya pakai handuk untuk menutupi pinggangku.

Kamipun ada di kamar mandi sekarang. Di dalam bathup, mama membelakangiku dan melepas piyamanya, akupun melepas handukku. Air shower mengucur dari atas. Tubuhku dan tubuh mama tersiram air yang hangat.

Sini ma, Rendy gosok, kataku.

Mama menurut saja. Akupun mengambil sabun dan menggosok punggung mama. Dan perlahan akupun mendekat hingga sekarang kakiku melingkar di pinggangnya,

dan penisku menempel di pantatnya. Otomatis penisku menegang. Posisi itu sangat pas untuk dibuat bercinta. Tapi aku tak mau memulainya, aku ingin mama benar-benar takluk padaku.

Mama mungkin merasakan penisku yang tegang.

Wah, anak mami sudah panas ternyata, kata mama.

Iyalah ma, normal, wong lihat wanita secantik ini koq, kataku.

Mama tertawa. Akupun mulai mengusap-usap punggung mama.

Sambil aku memijatnya.

Mulanya pundak, lalu punggung.

Tampak mama sangat menikmatinya. Dan akupun agak sedikit berani menyentuh payudaranya. Mama nggak marah.

Ma, bagian belakang sudah nih,

bagian depan dong, kataku.

Mamaku berbalik. Dan, bisa dibilang pertama kali pandangannya tertuju pada batang penisku yang berdiri tegak.

Barang anak mami ini ternyata besar juga, kata mamaku sambil mencubitnya.

Aw, ma, kataku sedikit manja.

Sama mama sendiri koq bisa terangsang sih?, tanya mama.

Lha mau gimana ma, mama masih seksi, masih sintal dan benar-benar mulus, kataku.

Bisa saja kamu, kata mama.

Aku pun mengusap tubuh mama bagian depan. Aku mengusap dadanya. Awal menyentuh sih, aku agak ragu, tapi aku perlahan menyentuh dada bagian atas, lalu mulai ke bawah, awalnya sih hanya menggosok, tapi kemudian aku sedikit memberikan pijatan.

Tampak mama hanya memejamkan mata, serasa menikmatinya. Aku lalu menggosok ketiak mama,

tangannya, pahanya, kakinya. Perlu diketahui, posisi penisku dan vagina mama saat itu sangat dekat, aku seakan-akan sudah siap untuk menusukkan penisku kalau aku mau.

Sudah ma, gantian dong, kataku.

Mama seperti tersambar petir. Ia membuka matanya dan agak gugup. Ia mengambil sabun dan menggosok dadaku, perutku dan ia agak canggung untuk menggosok penisku.

Kenapa ma?, tanyaku ketika mama berhenti mau menggosoknya. kasih sabun dong ma Mama pun akhirnya menggosok penisku, ohrasanya luar biasa.

Jemari mamaku yang lentik dan bersabun itupun menggosok penisku. Aku pun hanya bisa memejamkan mata dan berkata,

Ahh. enak ma.

Waah, anak mami koq begitu sih?, kata mama.

Ayo dong ma, terusin jangan berhenti pliiisss, sudah terlanjur basah nih, kataku.

Tapi cuma ini aja ya!, kata mama. Janji!?

Janji deh, kataku.

Mama pun akhirnya mengurut penisku. Ia sangat profesional sekali, jelaslah, kalau tidak mana mungkin papa tiriku mau dengannya. Punyaku terus dikocok dengan kedua tangannya. Aku tahu mama juga terangsang.

Terlihat nafasnya juga seakan memburu. Ia menikmati pemandangan diriku yang terangsang akibat kocokan tangannya. Oh maamama sangat seksi. ahh, kataku merancau.

Mama diam saja. Maa.. oh.

Aku memberanikan diri untuk menyentuh dadanya. Mama membiarkannya. Aku dikocoknya dengan sedikit lebih cepat dari sebelumnya. Dan, kalau ini terus-terusan aku bisa jebol nih. Aku melihat mama melihat penisku, ia seakan menikmatinya, kulihat vaginanya yang bersih tanpa rambut itu benar-benar mulai dekat dengan buah pelirku, aku mencoba bergeser sedikit dan akhirnya vagina mama dan buah pelirku bersentuhan

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan