1 November 2020
Penulis — bramloser
Extra story 2: Fara dan gurunya (Kolaborasi dgn Mojo Joss)
Sejak pengusiran teman-temannya Fara beberapa hari yang lalu, suamiku semakin ketat menjaga pergaulan Fara. Tapi tidak hanya itu, suamiku juga semakin sering ngentotin Fara. Seperti halnya pagi ini, di saat aku sibuk menyiapkan sarapan pagi, suamiku justru tengah sibuk menghajar vagina mungil putri kandungnya itu sambil berdiri.
Gadis kecilku tampak kerepotan meladeni nafsu ayahnya yang begitu bersemangat, meja makan yang menjadi tempatnya bertumpu sampai bergoyang dibuatnya.
“Papa, hati-hati lho seragam Fara nanti kotor, bisa-bisa ketahuan teman-temannya kalo Fara dientotin ayahnya sebelum sekolah” ujarku.
“Iya Ma… biar gak kotor nanti papa semprotin di memeknya Fara aja…” jawab suamiku. Aku tertawa melihat suamiku yang merasa terganggu oleh peringatanku, tapi niat usilku justru semakin menjadi.
“Masih lama ya?” tanyaku mendekat sambil mengintip batang suamiku yang bergerak cepat menusuk-nusuk vagina putrinya.
“Papa sekarang kuat banget Mah… Kalo Fara udah pipis dua-tiga kali baru deh tuh papa pipisin memeknya Fara” jawab Fara yang membuat suamiku tersenyum bangga dan semakin kencang menghajar vagina Fara.
“Tuh kan… Fara udah mau pipis lagi nih Ma, pipis bareng yuk Pa, pipisnya yang banyak biar makin cinta sama Fara” Suara Fara yang merengek manja akhirnya berhasil membuat suamiku orgasme.
“Papaaa… Fara mulai pipis niiiiih…” Fara semakin menunggingkan pantatnya.
“Iya sayang… ini papa pipisin juga memeknya Fara…” jawabnya sambil mengejat-ngejat menghambur banyak sperma di vagina putrinya. Fara sampai tertawa geli akibat dinding rahimnya yang menerima semburan sperma cukup banyak dari ayahnya sendiri.
Selesai makan, Fara langsung mengambil tas dan mengenakan sepatunya.
“Sayang, sini sebentar,” panggilku berbisik. “Tadi Fara sudah disayangin sama Papa, jadi Fara harus belajar dengan semangat ya…” pesanku yang dijawab Fara dengan senyuman meski wajahnya terlihat kelelahan. Farapun berangkat ke sekolah diantar Papanya.
Selama sendirian di rumah, hampir seharian aku disibukkan mencari cara baru agar kehidupan seks suami dan putriku semakin penuh sensasi. Hingga akhirnya aku mendapat telpon dari sekolah Fara tentang prestasi Fara yang menurun jauh, dan itu membuatku sangat kaget, apalagi guru BK yang menangani masalah siswa akan langsung datang ke rumah.
Hanya dalam waktu satu jam pintu rumahku diketuk seseorang yang ternyata itu adalah kepala sekolah. “Maaf bu, akhirnya saya langsung yang datang ke rumah Fara,” ucap kepala sekolah yang memiliki tubuh tinggi dengan wajah garang namun berwibawa.
Pak Wawan dengan gamblang menerangkan bagaimana merosotnya prestasi putriku di sekolah, padahal Fara tengah bersiap menghadapi ujian kenaikan kelas. Tiba-tiba Fara yang tengah kami bahas datang dari sekolah dengan wajah tampak berkeringat.
“Lho, kamu pulang sendiri sayang?” tanyaku heran.
“Nggak Ma, dijemput papa kok… tuh masih di mobil lagi benerin celana” jawab putriku santai.
Aku langsung menepuk jidatku mendengar jawaban polos putriku, dan benar saja, tidak lama masuklah suamiku, pakaiannya memang telah rapi tapi aku masih dapat melihat bercak sperma di celana suamiku.
“Wah… ada bapak kepala sekolah. Ada apa pak kok sampai berkunjung kerumah kami?” sapa suamiku ramah. Akhirnya Pak Wawan kembali menerangkan alasan kedatangannya.
Sementara Fara dengan cuek melempar tasnya sembarangan lalu berbaring seenaknya didepan tv yang tidak jauh dari mereka. Namun saat ponselnya berdering, Fara bergerak mengambilnya lalu bertiarap membelakangi kami, kakinya bergerak-gerak ditekuk, hingga membuat selangkangannya terbuka, membuat orang nomor satu disekolahnya itu tidak konsen berbicara.
Suamiku yang menangkap situasi itu tidak bisa berbuat apa-apa, tapi terlihat jelas rasa tidak sukanya atas sikap Pak Wawan yang terus mempelototi selangkangan Fara.
“Jadi bagaiamana Pak, Bu, apakah memang ada masalah yang mengganggu Fara belajar hingga prestasinya menurun?” tanya pak Wawan bersamaan dengan gerak mata yang melotot saat menangkap penampakan celana dalam Fara yang putih.
“Oh ya, satu hal lagi, saya sering mendapatkan laporan bahwa Fara sering tidur di kelas karena kecapean dan cara duduknya yang sembarangan,” ucapnya berusaha menjaga wibawanya sebagai seorang guru. Tapi yang membuatku ingin tertawa adalah tatap matanya yang tak beralih sedikitpun dari penampakan di selangkangan anak gadisku.
Niat usilku tiba-tiba muncul, ingin sekali mengerjai Pak Wawan yang tampak sangar dan galak ini. Yaah… setidaknya aku berusaha membantu putriku agar orang ini tidak lagi galak terhadap Fara di sekolah.
“Sebenarnya begini pak, Fara ini anak yang manja dan kalo belajar sering minta di temani ayahnya sambil minta disayangin, tapi justru saat disayang-sayang sama ayahnya itu belajarnya jadi terganggu,” terangku.
“Maksud ibu terganggu bagaimana? Bukannya bagus jika belajar sambil ditemani dan disayangi oleh ayahnya?” tanya Pak Wawan tidak mengerti.
“Maksud saya, disayanginya sambil begituan, ng… gimana ya…” ucapku pura-pura bingung menjelas dan membuat Pak Wawan juga semakin bingung. Sementara suamiku menunjukkan wajah protes.
“Fara, kesini sebentar sayang” panggilku, lalu menyuruh Fara mendekat. “Tolong tunjukin cara kamu belajar di rumah pada Pak Wawan,” pintaku.
“Di depan Pak Wawan Ma?”
“Iya… di sini, di depan Pak Wawan. Soalnya Pak Wawan bingung melihat prestasi kamu yang menurun” jawabku.
Fara akhirnya mau, dengan malu-malu Farapun berjongkok di depan ayahnya.
“Tapi ma…” protes suamiku.
“Tidak apa Pa… mungkin Pak Wawan bisa memberi solusi cara belajar yang lebih baik,” jawabku menahan geli melihat suamiku yang salah tingkah saat Fara mengeluarkan batang penisnya. Aku segera bangun mengambil tas Fara dan mengambil beberapa buku pelajarannya.
Mulut Pak Wawan sampai menganga lebar saat Fara melahap batang penis ayahnya, lalu dengan santai membuka dan membaca buku pelajaran yang ku serahkan. Lelaki bertampang galak itu tak mampu bersuara!!
“Pa… udah keras nih, udah boleh dimasukin ke memeknya Fara ga?”
Aku tak mampu lagi menahan tawa melihat wajah suamiku yang memerah malu bagaikan udang rebus, sedangkan mulut Pak Wawan terbuka lebar saat melihat Fara mengangkat rok birunya hingga ke pinggang, lalu dengan malu-malu menurunkan celana dalamnya. Fara melakukan semua itu dengan gerakan yang cenderung lambat, terang saja mata Pak Wawan termanjakan olehnya.
“I.. itu.. itu beneran mau dimasukin?”
“Iya Pak… Kalo bapak ingin melihat lebih jelas bapak bisa duduk di samping saya” tawarku yang memang duduk berhadapan dengan suamiku dan Fara.
Pak Wawan segera berpindah duduk sejajar di sampingku, bersama-sama dengan seksama menyaksikan bagaimana Fara dengan tingkahnya yang khas berusaha memasukkan penis ayah kandungnya itu ke lubang vaginanya yang imut. Perlahan penis ayahnyapun amblas seluruhnya. Fara lalu mulai menggoyangkan pinggulnya sambil tersenyum malu-malu padaku dan kepala sekolahnya.
“Ini sayang, sambil mengerjakan pe-er matematika saja ya…” ucapku meletakkan buku matematika di atas meja yang ada di depan Fara. Gadis kecilku tersenyum dengan imutnya, lalu mengerjakan PR sambil di pangku oleh ayahnya. Hal seperti ini memang sudah sering mereka lakukan, tapi tentunya tidak di depan kepala sekolah Fara yang kini juga ikut menyaksikan.
“Papa… nyayangin Faranya yang benar dong… Biar Pak Wawan bisa tau masalah nya, mungkin bisa memberi Fara dan Papa sebuah solusi” ucapku pada suamiku yang hanya diam menyandarkan tubuh ke sofa.
Suamiku tampak ragu saat menyelusupkan tangannya ke seragam Fara, dia sepertinya tidak ingin Fara telanjang di depan Pak Wawan. Tapi segera ku protes, soalnya kan setiap malam saat Fara belajar di meja kamarnya selalu dalam keadaan bugil dengan ditemani kontol ayahnya di dalam vagina. Jadi sekarang harus begitu juga dong…
Akhirnya dia mau juga. Kemudian satu persatu kancing seragam Fara dilolosi hingga menampilkan bra mungil yang membekap payudara belia nya.
“Ayo dong Pa… nyayanginnya yang benar…” ingatku lagi saat melihat suamiku berhenti sampai di situ. Akhirnya lelaki yang telah menemani hidupku selama bertahun-tahun itu melepas seluruh kain yang melekat ditubuh Fara.
“Ohh.. mulus banget. Kok bisa payudara Fara bisa sampai sebesar itu?” tanya Pak Wawan menyaksikan gumpalan daging yang diremasi oleh suamiku.
“Itu karena tangan suami saya selalu megang-megang nenennya setiap malam, Pak. Kemarin teman-temannya Fara waktu nginap disini juga pernah ikut-ikutan megang, malah ada yang sampai netek kok. Bapak kalo pengen nyobain megang boleh kok, hihihi”
Suamiku sontak melotot protes mendengar aku menawarkan payudara putrinya untuk dipegang. “Boleh kan Pa nenennya Fara dipegang-pegang gurunya? Cuma megang aja kok, teman-teman Papa dulu kan juga pernah, malah sampai coli di wajahnya Fara”
Suamiku tak lagi berkutik, dia turunkan tangannya memberi kesempatan kepada Pak Wawan yang menghulurkan tangannya lalu meremasi payudara anak gadisnya di hadapannya sendiri. Dapat ku lihat wajah Pak Wawan yang tampak sangat bernafsu saat menggerayangi buah dada putriku ini.
“Bagaimana Pak? Memang besarkan nenenya Fara? hihihi” godaku.
“I… iya, tapi itu bisa juga karena bibitnya yang juga besar” ucap Pak Wawan dengan mata beralih menatap payudaraku yang memang membusung.
“Hihihi, bapak bisa aja, tidak juga pak, punya saya kecil kok”
“Tidak, tidak, saya yakin payudara ibu juga besar, jauh lebih besar dari punya Fara” kini giliran wajahku yang bersemu merah mendengar pujian lelaki itu, apalagi matanya terus menatap kebelahan kaos dada yang rendah. Dia berkata seperti itu padaku saat ada suamiku di sana!!
“Ih… bapak koq tidak percaya banget sih?” ucapku dengan manja, tiba-tiba otakku bergerak cepat berimprovisasi.
“Pa, boleh gak Pak Wawan ngebuktiin omongannya?” tanyaku pada suamiku. Terang saja suamiku terkaget mendengar pertanyaanku. “Masa anaknya boleh dipegang tapi ibunya ga boleh sih? hihihi” lanjutku lagi.
Setelah melihat suamiku mengangguk pasrah, tangan Pak Wawan segera melayang dan hinggap diatas payudaraku, Oohh… sensasi ini, payudaraku yang diremasi dengan penuh nafsu oleh lelaki lain di bawah tatapan cemburu suamiku sungguh benar-benar membuat vaginaku berdenyut liar.
“Pak Alan, boleh saya meremas dari dalam? karena bra mamanya Fara terlalu tebal” tanya Pak Wawan yang terlihat semakin penasaran, lagi-lagi suamiku cuma bisa mengangguk.
“Awhhhhh…” aku tidak tahan untuk melenguh ketika menatap suamiku yang cemburu melihat jari-jari pria ini meremasi puting istrinya.
“Betulkan dugaan saya? buah dada mamanya Fara ini besar. Beruntung banget Pak Alan punya istri dan anak yang punya payudara besar seperti ini,” ucapnya sambil masih asik meremas buah dadaku dan buah dada Fara. Aku semakin belingsatan, remasan lelaki dewasa berpengalaman memang jauh berbeda dengan remasan cowok-cowok remaja teman-temannya Fara kemarin.
Kulihat suamiku semakin cepat menggerakkan pinggul Fara yang duduk di pangkuannya, dan dengan diam-diam tubuhnya mengejat-ngejat menghambur sperma di vagina Fara. Gila, suamiku justru bernafsu melihat payudaraku digerayangi lelaki lain!!
“Ma, mama pengen disayangin sama Pak Guru ya? Terus memeknya dientotin dan dipipisin juga seperti Papa pipis di memek Fara ya?” tanya Fara polos.
Pertanyaan Fara yang lugu itu mengagetkanku, seandainya apa yang diucapkan Fara benar-benar terjadi. Tiba-tiba aku ingin merasakan sensasi disetubuhi lelaki lain di depan suamiku yang tengah menggarap putrinya.
“Lho? kok jadi seperti pesta seks gini ya? Pegang-pegangnya sudah dulu ya Pak? Mungkin bisa dilanjutkan lain kali, hihihi” ucapku menarik tangan lelaki itu keluar dari kaos ku. Meski enggan Pak Wawan tak dapat berbuat apa-apa, apalagi saat melihat lelehan sperma yang mengalir dari celah vagina Fara yang masih menjepit penis ayahnya.
“Jadi bagaimana Pak? Tentang masalah cara belajar Fara itu?” tanyaku.
“Eh, iya… cara Pak Alan menyayangi Fara jelas angat mengganggu belajar Fara, seharusnya Pak Alan jangan sampai membuat tubuh Fara bergerak-gerak, itu membuat konsentrasi Fara jadi hilang”
“Maksud bapak? Apa bapak bisa memberikan contoh?” tanyaku. Lagi-lagi suamiku melotot mendengar aku menawarkan hal gila pada guru Fara itu. Sangat berbeda dengan wajah Pak Wawan yang sumringah senang bukan main.
“Jadi begini, bila bapak menemani Fara belajar sambil duduk pangkuan begitu jelas akan mengganggu Fara, jadi ada baiknya Fara belajar sambil tengkurap” terangnya sambil menatap erat mataku, wajah wibawanya sebagai seorang guru lenyap tak berbekas, berganti dengan wajah cabul serigala yang bersiap memangsa anak ayam yang tidak lain adalah putri kandungku sendiri!!
“Ayo sayang, lakukan apa yang dikatakan gurumu” perintahku yang dipatuhi Fara dengan berdiri hingga batang suamiku yang telah melemas terlepas dari vagina mungilnya.
“Bapak mau Fara tiarap di sofa atau di karpet depan tv?” tanyaku senyum-senyum.
“Eh, biar di sofa saja bu, tidak apa-apa” jawab Pak Wawan. Tanpa harus diperintah, Fara bisa mengerti dengan apa yang diinginkan gurunya, dengan cepat gadis mungil ku berbaring di sofa memamerkan pantat montoknya.
“Yap, silahkan dilanjutkan belajarnya Fara, biar bapak yang berpura-pura menjadi ayahmu” ucap lelaki itu sambil… melepaskan ikat pinggangnya dan menurunkan celananya!!
Bukan hanya suamiku yang kaget, tapi aku pun dibuat panik. Aku tadi mengira Pak Wawan hanya akan meremasi tubuh Fara sambil menyuruh Fara belajar, tapi melihat lelaki itu melepaskan celananya jelas ini akan menjadi sesuatu yang sangat gila. Jantungku berdebar cepat, tapi gilanya aku juga ikut bernafsu, penasaran bagaimana reaksi suamiku melihat putri kami akan dientoti gurunya didepan matanya.
Tanpa tendeng aling-aling, Pak Wawan mulai bersiap, menaiki sofa dan duduk diatas paha mulus putriku, sementara dari celah celana boxer nya dapat kulihat kepala penis yang berada tepat di belahan pantat Fara.
“Tunggu, tunggu, apa bapak akan melakukan… nghh… itu pada Fara?” tanya suamiku ragu-ragu.
“Ya, jika itu perlu, karena saya harus memberikan contoh yang benar” jawab Pak Wawan sambil memegangi penis dibalik celana boxer yang ku yakin batangnya itu sudah dalam kondisi siap tempur.
“Jangan! Jangan!! jangan lakukan itu pada Fara!!” tolak suamiku cepat.
“Lalu pada siapa? Apa saya harus mempraktekkan cara belajar yang benar pada istri bapak sebagai contoh?” tanyanya sambil terkekeh mesum.
Gila!! jantungku berdebar kencang, hatiku berteriak girang, kulihat wajah suamiku yang panik sekaligus cemburu. Aku sungguh penasaran apa yang akan dilakukan suamiku. Apa yang akan kau jawab suamiku?
“Ayolah Pa… kita harus kooperatif untuk kebaikan Fara” kataku ikut-ikutan yang malah membuat muka suamiku makin memerah.
“Tepat sekali kata Bu Rina, tapi semua terserah Pak Alan pada siapa saya harus mencontohkan ini” sambung Pak Wawan cepat.
Wajah suamiku sangat bingung, tubuh siapa yang akan diserahkannya kepada Pak Wawan, si mungil Fara putrinya, ataukah tubuh istrinya?
lanjutannya :