2 November 2020
Penulis — penyuka abg
Kisah ayah dan anak Malam itu Sugeng (nama sebenarnya), mencoba mengecek pintu-pintu rumahnya sebelum dia tidur. Ini kebiasaan yang dialakukan setiap menjelang tidur.
Setelah semua pintu rumah dicek, dia pun beranjak menuju kamarnya.
Di depan pintu kamar Sulis (juga nama sebenarnya), Sugeng berhenti. Pintu kamar itu sedikit terbuka. Sugeng melihat sebentar. Hanya sebentar. Tapi inilah awalnya. Sekilah Sugeng melihat Sulis tertidur pulas dengan rok tersingkap, menampakkan kedua pahanya yang mulus. Sugeng berdesir. Gairahnya bangkit. “Kakinya, kok, mulus dan putih.
Apalagi sudah lama saya tidak `bergaul` dengan istri,” gumam Sugeng, ayah empat anak. Dia terus menatap pemandangan indah di depannya. Birahi telah membakarnya. Sudah lama dia tidak merasakan tempik istrinya.
Kenapa? Istrinya trauma berhubungan seks.
Sugeng mendekati si anak. Dia mencoba membangunkannya dengan menguncang ujung kaki Sulis. Gadis ABG itu terbangun.
Setelah mengucak matanya, dia melihat pria di depannya, bertelanjang dada hanya mengenakan celana pendek. Ada sesuatu yang hendak keluar dari celana itu. Sulis agak terperangah. Sugeng mendekati telinga anaknya dan membisikkan ajakan untuk bersebadan.
Kontolnya yang mengeras menyentuh lengan Sulis. “Ayah pengin sekali Lis, Sudah lama ayah tidak dilayani ibumu.
Kamu tahu kondisi ibumu kan?” kata Sugeng. Tangannya merogoh ke dalam celana, dan mengeluarkan ****** yang telah mengeras seperti batang bambu. Sulis gemetaran.
“Maukah kamu Nduk? Layanilah ayah, sekali ini saja. Atau ayah harus main dengan pelacur?” Tak disangka-sangka, Sulis mengangguk.”Saya hibur Yak daripada keluar buang uang,” kata Sulis pelan. Dalam hati dia kasihan dengan ayahnya. Dia tahu, ayahnya sudah berpuasa sangat lama. Lagi pula melihat batang kemaluan yang begitu keras dan besar mengacung beberapa centi di depannya, membuat dada gadis itu bergejolak. Sugeng membimbing tangan Sulis meremas ******. Sulis agak terperanjat. Baru kali ini dia melihat ****** sedekat itu, dan baru kali ini menyentuh. Birahinya pun bangkit. Tapi dia tak tahu harus bagaimana, selain meremas. Sugeng mulai gelejotan. Dia merogoh dada anaknya yang tak terlindung BH.
Dia meremas, d an memilin. Sulis melenguh. “Psssttt… jangan keras- keras, nanti ibumu bangun,” kata Sugeng. Sulis mendesis kecil. Sugeng melepas kaos SUlis, menampakkan buah dada yang sangat ranum, putih. Celana kolor yang dia kenakan disentak dan jatuh di sudut kamar. Dia telanjang bulat. Nafasnya beregemuruh. Dia kulum buah dada SUlis dengan rakus. SUlis seperti hendak meloncat kegelian dan keeenakan.
“Ohhhh… yahhh.” SUgeng melucuti celana dalam Sulis, dan mengelus gundukan berambut tipis. Dia permainkan, dia elus, dia sodok-sodok kecil.
Gundukan yang mulai basah. “Enak yah…” gumam Sulis. Sugeng naik ke tempat tidur, menindih Sulis. Lalu dia tekan ****** pelan-pelan. Sulis menjerit kecil.
“Auhhhh… sakit, yah.” Sugeng berhenti menekan. DIa gesek- gesekkan ujung ****** ke tempik Sulis. Lalu kembali menekan, pelan, pelan… pelan. Masuklah penis itu, merobek selaput keperawanan anaknya.
“Aggghhhh…” keduanya melenguh. Sugeng mulai mengenjot.
Pantat SUlis terangkat, dan bergerak kesana kemari seperti kuda yang baru pertama ditungganggi. Beberapa saat kemudian suasana hening. Sugeng teregeletak looyo, di samping Sulis. Ada beberapa tetes darah di sprei.”Nduk… jangan cerita sama siapa-siapa ya?” Sulis mengangguk.
“Sekarang cucilah…” Sulis beringsut menuju kamar mandi. Ada sebersit perasaan berdosa dalam hatinya. Tetapi, “Saya kasihan karena bapak tak pernah lagi dilayani ibu,” gumamnya dalam hati. Hubungan terlarang yang dilakukan sejak Juni 2001 itu terus berlanjut. Hampir tiap hari. Kdang-kadang pada siang hari selepas makan siang, malam hari. Jika awalnya Sugeng yang selalu meminta, kini seringkali Sulis, gadis kelas dua SMU yang meminta jatah.”Kami melakukannya seminggu dua kali,” ujar Sugeng di hadapan polisi, setelah hubungan incest itu terbongkar. Terbongkar? Ya, terbongkar, gara-gara Sulis hamil dan melahirkan seorang bocah laki-laki. Sulis mengaku tak pernah menyangka bakal hamil. Sampai dengan kehamilannya, sang ibu tidak tahu tentang perzinahan di dalam kamar sebelahnya antara suami dan anak bungsunya itu. Ia baru benar-benar sadar dan langsung kaget setelah anaknya melahirkan. Rupanya, si anak selalu membisu ketika ibunya bertanya tentang perubahan tubuhnya. Sukayat, Ketua RT tempat Sugeng bermukim pun tak habis pikir.
“Kok, bisa begitu sama anak sendiri. Bisa-bisanya begitu berbuat begitu,” kata Sukayat, heran.
Dialah yang bersama ibu kandung Sulis melaporkan ulah Sugeng dan anaknya ke Kepolisian Resor Bojonegoro. Tak lama setelah menerima laporan itu, polisi segera menjemput Sugeng.
Kini, Sugeng mendekam di tahanan Polres Bojonegoro. Kepala Polres Bojonegoro Ajun Komisaris Besar Polisi Deden Tjuhara mengatakan, bayi yang diberi nama Ajie Pangestu itu lahir dari perbuatan suka-sama suka. Kendati demikian, polisi tetap akan menjerat Sugeng dengan Pasal 294 Ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana tentang Perbuatan Cabul Pada Anak di Bawah Umur. Di mata psikiater Universitas Airlangga Nalini Muhdi. Hubungan badan sedarah (incest) berpeluang besar terjadi di tingkatan keluarga dan masyarakat.
Namun, pada kasus ini, Nalini melihat peran ibu yang digantikan oleh anak perempuannya membuka peluang terjadinya kasus tersebut. Apalagi, sebelumnya, istri telah mengizinkan suaminya mencari wanita lain untuk berhubungan badan. Nalini menduga, kedekatan itu terjadi karena memang Sulislah yang melayani ayahnya pada saat ibunya berkerja di luar rumah. Itu menurut psikiater. Tercela, sudah jelas. Tapi, kalau mau jujur, penderitaan jauh lebih berat dirasakan Yasri, ibu Sulis sekaligus istri Sugeng.
Ia tak pernah mengira penolakan melayani suami berakibat fatal.
Apa boleh buat, bubur sudah sulit berubah menjadi nasi. Sekarang, rela tak rela, Yasri harus pasrah.
Wanita yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga ini harus mencari nafkah sekaligus mengurusi keluarga dan bayi hasil hubungan tabu yang membuat hatinya pilu.
Sudah sejak dua tahun silam tak lagi berminat “tidur” bersama suami.
Bukan tanpa alasan, ia khawatir kesakitan dan takut terulang kembali hamil di luar rahim.
***
S-E-L-E-S-A-I