2 November 2020
Penulis — ncd90
**
Ku gesekkan lidahku diantara belahan pantatnya.
Aku tak peduli soal aromanya atau rasa risih bunda.
Meski sedikit menolak, kulihat dia menikmatinya.
Bunda mendesah, meremas dadanya sambil mengusap-usap vaginanya yang becek.
Aku makin bernafsu.
Kujilati lagi lubang vaginanya, kusedot dan kureguk cairannya yg sedikit amis, asin dan memabukkan.
“emmh..
Aa gak jijik?
Bunda jadi horny banget liat Aa kayak gitu.”
aku tak menjawab.
Sambil terus menjilati dan menusuk lubang vaginanya dengan lidahku, sesekali aku meremas kedua bongkahan pantatnya.
Bunda menikmatinya.
Ia mengangkangkan kakinya dan mengangkat pantatnya.
Aku tahu apa yang dia inginkan.
Namun aku menyuruhnya untuk membalikkan badannya dan menungging.
“mau digimanain lagi sayang?” tanya bunda sambil terengah-engah.
Dia meremas dada kirinya.
Aku tersenyum liar.
“aku mau bikin bunda lebih binal dan liar. nikmatin aja, bunda.”
tanpa banyak bicara lagi, aku meremas pantatnya, membelah pantatnya.
Kulihat analnya yg berwarna merah tua itu mengkerut. ku ludahi lalu kujilati.
“Aaargh..
Aa, ih ..
Ga jijik apa?
Tapi.. Tapi nikmaaat.. Banget..” kata bunda.
Terengah, menahan nafas, menikmati apa yg tengah kulakukan.
Lalu sambil menjilati analnya, aku membelai lembut vaginanya.
Bunda mendesah panjang, sambil meregangkan pahanya.
Lalu kumasukkan kedua jariku kedalam vaginanya.
“Aaah.. Emmmh..
Nikmaat, sayang..
Terus.. teruuss..
Kocokin jari kamuu..
Teken jari kamu yg dalem..”
aku mengocok vaginanya makin cepat. Dan aku mulai berani menjejalkan lidahku ke lubang analnya.
Tak lama kemudian, bunda menegang. Analnya terasa mengkerut di lidahku, dan jariku terasa terhempit.
“Aaaaaaaaah..
Bunda.. orgasme… sayang..”
terasa menyembur dijari dan tanganku.
Cairan bening rada kental itu juga mengucur dari vaginanya.
Tak kusia-siakan, lalu aku berbaring diantara belahan pahanya dan mulai meneguk cairan itu.
Badan bunda terasa berkedut, sementara aku masih menjilati dan menghisap vaginanya.
“emmh, bunda lemes, sayang.. Sebentar ya..”
bunda memutar badannya, mengangkang merebahkan tubuhnya diatasku.
Aku lalu mulai memainkan lidahku lagi diselangkangannya.
Tiba-tiba bunda menarik celanaku, menggenggam penisku dan mengocoknya.
“gantian, ya..” kata bunda sambil tertawa.
Lalu aku tak bisa lagi fokus meneruskan kegiatanku.
Karena saat itu juga aku bergetar. merasakan ngilu dan nikmat ketika bunda mengulum kepala penisku.
Aku meremas pantatnya dan bunda makin gencar mengoral penisku.
“kurang gede ya, ukurannya?” tanyaku was-was.
“mmm. Mmm!”
bunda menggumamkan sesuatu. nikmat rasanya ketika dia berusaha berbicara sedang penisku masih dimulutnya.
“Punya bapak gede, tapi bikin sakit tiap penetrasinya.
Punya kamu kayaknya pas buat bunda. Nggak bau juga.” jelas bunda.
“tau dari mana, kalo emang pas?” tanyaku iseng.
Bunda tertawa. Lalu membalikkan badannya.
Dia menggenggam penisku, mengesekkan ke vaginanya.
“dicoba dong. Kita liat nanti, pas atau nggaknya.”
aku menggangguk, memegangi pinggulnya sementara bunda mulai menurunkan pantatnya, menekan ke bawah.
“emmmh..
Licin, aa..
Anget banget..
Nikmat.. pas banget buat bunda”
aku tak bisa menjelaskan dengan baik. yang kurasa hanya nikmat ketika penisku mulai bergesekkan dengan dinding rahimnya yg licin dan hangat. penisku serasa dipijit, digenggam oleh gumpalan daging hangat nan basah.
Bunda menggerakkan pinggulnya maju mundur.
Aku sesekali meremas kedua payudaranya. Memilin putingnya, kadang menarik-narik putingnya.
Kami mulai licin berkeringat. Masih sama-sama mendesah. Kadang menggeram nikmat ketika berciuman sambil terus bercumbu.
Ketika bunda merasa lelah, maka aku yg menyodoknya dari bawah. Mencoba menghujamkan penisku lebih dalam.
Lebih dalam, lebih basah dan licin, hangat dan nikmat.
Tak lama kemudian aku mulai merasa ada menyeruak dari ujung penisku.
“bunda.. aku.. mau keluar..”
bunda menggangguk menciumku sambil berkata “tahan sayang.. emmh.. Emut puting bunda.. Kita keluar bareng ya..” aku menurut, menyodok sambil menghisap putingnya. Tapi aku tahu aku tak bisa lama menahannya.
Kubalikan badannya, kuhujamkan makin cepat dan keras. Kuremas dan kuhisap putingnya bergantian. Saat itu juga bunda mencengkram pundakku, kedua kakinya melingkar erat dipinggangku. Menggelegak, mengucur deras didalamnya.
Aku menciumny ketika orgasme kami bersamaan.
Badan kami menegang. bergetar. berkedut-kedut.
Aku terkulai lemas diatasnya.
Bunda menjilati leherku, mencium pipiku lalu merangkul leherku.
“its great, honey.. Puas banget.. Ukuran bukan masalah, kan? We just need how to handle it..”.
Aku merasa puas mendengar penjelasannya. Ku kecup keningnya, hidungnya, lalu bibirnya.
“aku uda nggak perjaka lagi dong?” tanyaku, menggodanya.
“Bunda sayang Aa.” aku menggangguk. mencium bibirnya sebagai balasannya.
mulai saat itu, kapanpun rumah sepi, kami berdua melakukannya.
Kami berkomitmen menjadikan ini rahasia berdua dan tak pernah berusaha menyesalinya.
Yah, meskipun saat ini, dia memilih menjauh dan menjalani kehidupannya bersama keluarga kecilnya.
End