2 November 2020
Penulis —  ncd90

Bunda Dee

Aku mengenalnya ketika aku sekolah di kota P.

Dia adalah seorang guru yg juga mengajar di sekolah tempat ku belajar.

Cantik bukanlah kata yg tepat untuk menggambarkan dirinya. yah, kau tahu, beberapa wanita yg memiliki aura keibuan akan selalu memikat. bukankah selalu begitu?

Panggil dia Bunda Dee. aku cukup akrab dengannya. baik dilingkungan sekolah, maupun diluar.

Dia baik dan cukup perhatian untuk ukuran seorang guru.

Bahkan, ketika aku bertengkar dengan pamanku dan memilih untuk kost, dia menawarkanku untuk tinggal dirumahnya.

Dan kupikir, pilihanku itu mengawali semua hal gila dan indah nantinya. Crazy stupid love

aku ingat, malam itu suami bunda Dee, Pak Dedy dan puterinya Zahara menginap di rumah ibunya yg tengah sakit.

Kami berdua dirumah.

Aku dan bunda Dee punya beberapa kesamaan yg membuat kita akrab. Diantaranya buku dan Insomnia. jadi tak heran, meski waktu telah menunjukkan pukul 22.30, kita masih terjaga, tiduran didepan TV.

“Aa, ga risih kan, bunda minta ditemenin nonton?” tanya bunda.

“nggak kok, bunda. kenapa gtu?” aku balas bertanya.

“takut aja Aa risih.” jawabnya singkat.

Dia menghela nafas.

Aku tahu, dia ingin bercerita, namun masih merasa ragu.

Aku pun bergeser, berbaring disampingnya.

Dia hanya tersenyum dan sambil membelai rambutku.

“dasar bayi gede.” celetuknya. Lalu mengelitiki pinggangku. Aku tergelak, lalu membalasnya.

“tidur yuk, sini bunda kelonin.” Aku mengangguk dan lalu memeluknya.

“bunda sayang kamu, Aa. Dari pertama liat di sekolah juga bunda merasa seolah nemu anak yg udah lama hilang.” ujarnya.

Aku tersenyum, lalu mengecup keningnya.

“aku juga sayang bunda”.

Aku tahu, semua ini berlebihan. meski beliau sudah kuanggap sebagai ibuku sendiri dan sebaliknya. aku sadar ini tak seharusnya terjadi. karena aku, meskipun baru berusia 19 tahun, tetap telah menjadi pria dewasa yg matang secara biologis dengan kondisi mental yg tengah labil.

Aku sadar aku mulai terangsang karena hangatnya pelukan bunda.

Karena saat itu juga, aku refleks menggerakkan bibirku ketika aku membenamkan kepalaku dilehernya.

“Aa nakal deh, jangan gitu dong.” bunda mengingatkan.

“aku cowok, bunda. Bunda juga tahu itu. terlepas dari perasaan yg mengikat kita seperti ibu dan anak, aku juga terangsang dipeluk kayak gini.” jelasku.

Bunda hanya tersenyum dan lalu mengecup keningku.

“asal jangan ma cewek lain ya, kasihan mereka.”

dan mulai saat itu, bila Pak Dedy dan anaknya menginap dirumah ibunya, aku dan bunda selalu tidur bersama. berpelukan. dan kadang aku iseng menggodanya dengan sentuhan. berharap dia akan Horny dan merespon.

Hingga suatu malam aku benar-benar tak mampu mengendalikan nafsuku lagi.

Seperti biasa, tengah malam aku dan bunda masih terjaga. tiduran, berangkulan.

Bunda membelai wajahku, lalu menaruh tanganya di dadaku. dia tersenyum jahil.

“Aa horny, ya?” ledek bunda.

Aku diam. menatap matanya. tanpa pikir panjang aku mengecup bibirnya.

Bunda menggumam dan berusaha menggerakkan kepalanya. aku menahan pipinya sambil menghisap bibirnya. Oh, nikmat. Nafas kami mulai memburu. dan tak kusangka, bunda membalas ciumanku.

Awalnya pelan seperti sepasang anak muda yg tengah kasmaran, lalu menjadi penuh gairah. saling menghisap bibir. lidah kami menari.

Dan aku mulai mempelai dadanya yg kecil, namun berisi.

Kujilati telinganya, lehernya. bunda hanya diam terpejam, melenguh.

Tak sabar, kuangkat bajunya dan lalu menghisap putingnya.

Bunda pun lalu mendesah, dadanya terangkat.

Bunda menjambak rambutku dengan kedua tangannya.

“diemut, Aa. Emmh..

Digigit pe-laan. Terus diemut yg dalem.”

pintanya sambil mendesah.

Aku pun menurut. membiarkan instingku bekerja.

Bunda mendesah panjang ketika aku mencoba menghisap kedua putingnya sekaligus.

Lalu aku diam. Dia menatapku. matanya sayu.

Tanpa pikir panjang, aku langsung menarik celana tidur dan CD nya.

Aku langsung membenamkan mulutku di selangkangannya.

Baunya aneh, tapi membuatku pusing dan makin terangsang.

Bunda menjerit pelan ketika aku mulai menjilati daging kecil dibelahan bibir vaginanya.

“Aaah. Aa, jangan. Ngilu.” kata bunda. Badannya bergetar.

Namun aku tak mengindahkannya dan terus menjilati vaginanya karena cairan bening mulai mengalir dari sana, membuatku semakin bernafsu.

Lucunya, meski bunda melarang, tapi pinggulnya bergerak naik turun. seiring dengan jilatanku.

Aku mulai blingsatan. makin nafsu.

Kutusukkan lidahku makin dalam, dan bunda pun makin bergerak liar. mendesah, menjambak rambutku dan membenamkannya makin dalam.

“Ooh, emmmh.. Belajar.. Dari mana.. Aa? Nikmat banget.. rasanya ga pengen lepas dari bibir kamu, sayang” Kata bunda sambil menggeram nikmat, memejamkan matanya.

Mendengar kata-kata yg sepintas mirip pujian itu aku makin bernafsu.

Aku menjilatinya dengan genjar. Menggigit pelan pahanya. Lalu, yang kuanggap rada gila, aku mengangkat pahanya, menjilati pantatnya dengan rakus.

**

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan