2 November 2020
Penulis — ironcrot88
Lalu tangannya kirinya meremas tetek Bu Tati keras-keras tanpa peduli Bu Tati yang berteriak kesakitan.
Sambil tersenyum pada Santo, ia berkata,”Hmmmm, oke! Empuk dan kenyal! Coba saya tahu dari dulu kalo kita punya ibu Dekan yang montok ini. Mungkin udah gue perkosa dari dulu deh.” Lalu dijilatinya tetek Bu Tati, berputar-putar sampai ke putting susunya. Terakhir digigitnya putting tetek montok hajjah Tati dengan gemasnya.
“Aiihhh sakiiitt, eihh.. jangan..” rintih hajjah Tati.
“Sayangnya bu Tati selalu pake jilbab & baju panjang sih kalo ke kampus. Jadi nggak kelihatan kemolekan badannya” timpal Sitompul.
Lalu digigitnya lagi putting susu yang coklat muda itu keras-keras. Ketika dilihatnya tubuh Bu Tati mengejang kesakitan, Abdul tertawa puas, “Nyam, nyam, enak banget. Oke deh, biar kita rasain semuanya sekalian. Eh temen-temen, gue ada ide nih. Gimana kalo, sehabis kita kerjain semaleman, besok subuh-subuh kita iket bu Tati di lapangan, telanjang bullet, tapi masih pake jilbab.
“Hua.. ha.. ha.. boleh juga tuh ide loe. Tapi iketnya harus pake borgol, supaya susah dan lama buat nolong ngelepasin”
”Iya sih, tapi khan badannya bias ditutupin dulu sama kain. Mendingan jangan di lapangan. Kita iket dia pake borgol, lalu kita gantung dia di dalem rumah kaca pohon hias di loby kampus FS. Kita ganti gembok rumah kaca itu pake gembok kita. Jadi orang selain nggak bias ngelepasin iketannya, juga nggak bias nutupin badan telanjang bu Tati ini”.
Selama perjalanan, badan syemog nan putih mulus dan setengah telanjang itu habis digerayangi tangan-tangan keras nan perkasa. Daging-daging putih halus namun ranum dan montok segar itu dielusi, dibelai-belai, diremas-remas serta tak henti-hentinya dicubiti. Kemudian Van itu berhenti di depan rumah besar.
“Gue mau ngenalin dia ke Koh Ayung nih, siapa tau tertarik!” jawab Abdul sambil mengangguk ke Bu Tati.
“Oke!”
Abdul lalu mendekati Bu Tati yang masih terbaring sambil terengah-engah menangis dan lelah karena dikerjai selama perjalanan tadi. “Halo sayang, mari saya bantu ibu berdiri. Nih pake celana dalem ibu. Nggak baek kalo ibu keluar telanjang begini. Nih saya kasih ibu kaos putih. Tapi sorry, mungkin agak kesempitan buat bodi ibu yang montok ini.
Lega dengan kata-kata Abdul yang lembut, Bu Tati menyangka mereka sudah puas menyiksanya dan akan membebaskannya. Ia lalu berdiri dan memakai celana dalamnya. Sementara Abdul, melihat darah kering yang menempel di bawah hidung Bu Tati. Ia lalu mengambil sobekan BH Bu Tati membasahinya dengan ludah dan membersihkan darah kering tersebut dari hidung Bu Tati yang putih mulus. Ketika Bu Tati membungkuk untuk memakai celana dalamnya, Abdul melihat tetek Bu Tati yang menggantung, betis dan paha mulusnya yg berbentuk “bunting padi” dan pantat yang bulat penuh, Abdul hampir tidak kuat menahan nafsunya. Mulai dari saat itu Abdul bertekad untuk tidak akan membebaskan Bu Tati. Ia terlalu berharga buat mereka, mereka akan menikmati lagi tubuh Bu Tati berulang-ulang buat sementara waktu. Kecantikan Bu Tati terlalu banyak buat disimpan oleh suami bu Tati sendiri pikir Abdul. Setelah memakai celana dalamnya, Bu Tati lalu memakai kaos putih pemberian Santo tadi. Setelah terpasang, ternyata Santo benar, kaos itu sangat pendek dan kecil, tapi terbuat dari kaos yang sangat elastis, jadi muat juga dipakaikan ke tubuh semok itu.