1 November 2020
Penulis —  devilman21

Birahi adik kakak

Besoknya aku tidak sekolah. Aku kesepian, Kak Adi tak ada bersamaku. Menunggu jam 13.30 rasanya seperti mau mati. Akhirnya yang kutungu datang juga. Dengan pucat dia bertanya.

“Gak apa-apa Kak.” Aku kembali ikut ke ladang memindahkanlembu. Bahkan aku diminta membawa sepeda motor dan Kak Adi duduk di belakang. Dengan janji di hadapan ayah dan ibu, aku tak boleh membawa sepeda motor di jalan Rasa karena belum punya lisensi untuk itu. Aku setuju. Ayah dan ibuku tersenuk gembira dengan peraturan yang dibuat oleh Kak Adi.

Setelah seminggu tak ada lagi rasa sakit di tempe-ku. Setelah memindahkan lembu, kami ke dekat rumpun bambu. Kak Adi melapas celana dalamku. Dia juga melorotkan celananya. Di atas sepeda motor yang berhenti kami dduk berhadap-hadapan. Kak Adi mengangkat tubuhku ke atas kedua pahanya. Perlahan burungnya memasuki lubang tempe-ku.

Kami berpelukan, berciuman. Tangan Kak Adi meremas halus tetekku dan menciumi bibirku, sampai akhirnya kami sama-sama berada pada kenikmatan kami beruda. Sperma Kak Adi memenuhi lubang tempe-ku dan aku juga lemas. Nikmat sekali. Dan tiga harui kemudian aku haid. Aku melapor lagi pada ibu. Kata ibu, kalau masih remaja tingting, haidnyabelum teratur.

Kerig haidku. Aku minta lagi akan agar Kak Adi memasukkan burungnya ke lubang tempeku.

Kak Adi memasang sarung pada burungnya.

Katanya biar tidak hamil. Aku setuju saja.

Di atas sepeda motor dengan alasan belahar naik s3epeda motor, di bawah pohon rumpun bambu, di rumah, di kamar mandi, bahkan saat kami pulang sekolah, aku merasa sangat bernafsu. Di atas sepeda motor aku bisiki pada Kak Adi.

“Kak… aku mau burung Kak Adi dimasukin sekarang…”

Cepat Kak Adia membelokkan sepeda motor ke sela-sela sawit. Cepat dia mengambil sarung burungnya yang terbuat dari karet itu. Saat itu aku sudah melepas celana dalamku dan memaskkannya ke dalam tasku. Kak Adi duduk di tanah dan aku langsung menaiki tubuhnya, menangkap burungnya, kemudian mengarahkannya ke dalam lubang tempe-ku.

Tak lama, kemudian kami berdiri dan berbenah dengan cepat, sepeda motor pun kami naiki dan pulang k rumah.

Selepas makan, Ibu tidak membuka warungnya, karean ikut bertanam pagi di sawah. Kak Adi berbisik padaku.

“Kita ke kamarku yok… cepatan..” Aku tersenyum. Padahal baru saja kami melakukannya, tapi aku tau, kalau Kak Adi memnginginkannya. Kami bertelanjang bulat di atas tempat tidur Kak Adi, kami melakukan persetubuhan dengan bebas dan buas sekali Kak Adi menyetubuhiku. Aku sangat puas dan puas. Kalau aku haid, dan Kak Adi menginginkannya, dia minta burungnya aku jilati dan kulum, sampai akhirnya spermanya lepas dalam mulutku.

Tapi ketika aku sakit gigi dan tak mampu mengulum burungnya, KakAdia memasukkannya dari duburku. Aku merasa sakit sekali. Kedua kali juga terasa masih sakit.

Mulai ketiga kalinya, aku merasa mulai nikmat.

Mulut tempe-ku dan duburku semua sudah dimasuki burung Kak Adi. Aku memang mencintai Kak Adi. Aku malah tak rela, kalau Kak Adi nanti pacaran dengan perempuan lain dan harus menikah dengan perempuan lain.

Kami pun sepakat, kalau sudatu saat kami menikah, kami akan tetap melakukan hal yang sama secara sembunyi-sembunyi. Aku setuju.

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan