3 November 2020
Penulis —  KardusYuriani

Aku penafsu dan keponakanku yang pemalu

Ivan terbangun, aku kikuk setengah mati. Aku langsung pura-pura sedang mencari sesuatu di dekat lemari bajunya. Ia keheranan melihatku. “Teh lagi ngapain?” Ia bertanya sambil mengucek-ngucek matanya. Lalu ia tersadar bahwa melhat tonjolan di boxernya. Lalu dengan reflek ia menutup dengan selimutnya.

“Emh ini teteh lagi nyari baju teteh yang tadi distrika gak ada, siapa tahu kemasukkin ke lemari kamu”. Ivan terbengong-bengong melihat tingkahku. Ia segera berdiri hendak membantu mencarikan baju ku yang hanya fiktif belaka.

Kami mengeluarkan beberapa tumpukan baju. Lalu sikunya menyenggol payudara ku tanpa sengaja. Muka Ivan terlihat memerah lalu dengan gugup ia meminta izin kepadaku untuk ke dapur karena haus. Aku dengan sengaja melihat jauh ke dalam matanya. Seolah aku berbicara untuk kesenangan dan nafsuku terhadap Ivan.

Aku masukkan kembali baju-baju Ivan yang telah kami keluarkan. Lalu ketika tumpukkan terakhir aku melihat seonggok kain yang agak lecek dan berwarna ungu muda terhimpit di antara baju dan celana Ivan. Kuperhatikan dan kuambil dan aku kaget sekaligus tersenyum bahwa itu adalah celana dalamku. Celana dalam bekas pakai ku lebih tepatnya.

Selagi Ivan di dapur. Aku kembali mengubek-ubek lemarinya untuk mencari hal-hal lain yang ingin ku ketahui tentang Ivan. Tapi tidak kutemukan. Hanya celana dalam itu. Dan aku kembali simpan celana dalam itu. Kuambil keranjang kotor tempat Ivan menyimpan baju kotor nya, ku ambil celana dalam bekas Ivan sebagai gantinya kini aku yang mencuri celana dalamnya berwarna putih dan agak tipis.

Nafsuku harus selesai. Aku masih bingung menemukan cara agar Ivan mengerti menggunakan penisnya untuk mencocok memekku. Memenuhi memekku dengan batangnya yang berurat. Memeluk tubuhku dengan badannya yang tegap. Dan meremas kedua payudaraku dengan tangannya yang kekar. Aku tak tahan lagi. Aku harus menemukan cara agar ia tak lagi menjadi pemalu.

Tetapi ternyata aku tak menemukan cara. Kuintip Ivan didapur tempat ia minum, kulihat ia sedang mengemil makanan ternyata. Kugenggam celana dalamnya di tanganku. Masih tak kutemukan cara. Kubuka celana dalam ku yang masih terlihat garis ditengah tempat memekku disimpan, noda dan air memekku sudah kumayan mengering.

“Van teteh tidur lagi ya, baju nya gak ketemu, entar aja, oiya celana dalam teteh kok ada di lemari mu? Kebawa ya? Entar balikkin lagi ke mesin cuci ya!” Aku berteriak seakan sara ku dari kejauhan. Nampaknya Ivan kaget dan menghentikan kunyahan cemilannya. Aku dengan sigap bersembunyi di kamar mandi dekat mesin cuci itu berasal.

Ivan dengan buru-buru minum lalu menjawab “Iya teh tidur aja duluan, itu celana dalam teteh kemasukkin kali soalnya kecampur baju kotor sama bersihnya yang aku sama yang teteh”. Ia terlihat canggung waktu melangkah. Aku mengintipnya dari pintu kamar mandi itu. Sengaja tak kujawab lagi teriakan Ivan.

Kuperhatikan dalam gelapnya kamar mandi ini. Ivan sedang mematikan lampu dapur. Sedang lampu ruangan tamu masih menyala agak redup. Jadi bisa kulihat samar-samar ia sedang berjalan lalu membuka bajunya karena mungkin kegerahan. Ia perlahan berjalan menuju kamar mandi tempat aku mengintip. Aku semakin deg-degan mungkin ia hendak buang air kecil.

Ketika ia berhadapan dengan pintu kamar mandi. Ia tak langsung masuk, ia berdehem dan kembali mengambil air minum. Ya hari ini cukup panas sehingga orang gampang kehausan. Tetapi ketika melewati mesin cuci itu ia dengan mata celingukan mendekati celana dalam itu. Melihat kesekeliling lalu dengan sigap mengambil celana dalamku yang berwarna hijau muda dengan bunga dibagian tengahnya.

Aku sebagai wanita punya harga diri dan gengsi berlebih jika aku minta duluan pada Ivan untuk bersetubuh, aku jujur tak mau dianggap murahan dan tidak ingin dijadikan hanya pelampiasan Ivan saja. Aku biarkan ini berjalan dengan seperti ini sendirinya saja.

Ivan mendekatkan celana dalamku ke hidungnya sambil menghirupnya dengan keras, sehingga dengusan nafasnya terdengar olehku dibalik kegelapan ini. Lalu ia berjalan mendekati pintu kamar mandi. Jantungku berdebar semakin kencang. Selagi ada waktu aku menghindar dari pintu dan semakin bersembunyi ke dekat sumur yang ada dalam kamar mandi ini.

Ivan masuk terdengar decitan suara pintu kamar mandi. Ia memegang celana dalamku, aku tak mau kalah kugenggam dan kuhirup juga celana dalam Ivan. Berbau menyenangkan dan menyengat sebab keringat dari lelaki dewasa. Aku semakin melonjak. Ia hidupkan lampu kamar mandi. Beruntungnya lampu yang redup. Jadi aku masih tidak kelihatan olehnya.

Ia mulai menggosok penisnya. Ia menciumi celana dalam itu dibagian pantat dan memekku. Ia terpejam dan memanggil namaku. Aku heran sekaligus senang. Kulakukan hal yang sama aku menggosok memekku dan menghirup celana dalam Ivan. Aku colmek sambil melihat Ivan coli sungguh menyenangkan dan menegangkan sekali.

Ia hampir sampai. Kuperlahan menggosok memekku supaya tak terdengar beceknya. Ia semakin kencang mengocoknya, semakin kencang, semakin kencang, lalu aku semakin tak tahan ku gosok terus itilku dengan hati-hati. Ivan menjerit “YUI!!!!!!!!” “Aaaaaaaaahhahhhh”. Aku mengigt baju ku hampir sampai lalu ingin juga aku memanggil namanya.

“Ivan!” Bentak seseorang yang masuk melalui pintu kamar mandi. Agak gelap, Ivan kaget rupanya ia lupa mengunci pintunya. Seseorang masuk dan Ivan menghentikan aktivitasnya. Aku menutup mulutku ketakutan.

Cerita Sex Pilihan