3 November 2020
Penulis — kimpetpink
Menjelang jam 9 malam isteri Ahmad mendatangi rumahku, rupanya dia tidak memberitahukan tentang kepergianya ke Surabaya. namun anehnya tidak ada kelegaan diwajah manisnya, justru bibirnya semakin manyun seperti kesal dan marah. Meski pada awalnya dia sempat menggeleng ketika aku bertanya tentang masalahnya, namun pada akhirnya rengekan anaknya memaksa Anis untuk membuka mulut.
Rupanya dia kehabisan susu padahal paginya sebelum berangkat kerja dia menjanjikan sekotak susu dengan kasbon gaji kepadaku. Kebetulan aku mau beli rokok, ayo ikut! Kataku mengajaknya sekalian menuju ke sebuah minimarket 24 jam yang berjarak cukup lumayan. Maklum, di daerahku jam segitu sudah sepi karena memang berada di pinggiran sehingga harus menuju jalur jalan propinsi yang relatif ramai.
“ambil sekalian beberapa kotak atau mungkin kebutuhan lain. kataku
‘makasih Mas, susu aja sudah cukup! Jawabnya sungkan
“enggak apa-apa, tadi aku baru dapat rejeki lumayan. Jawabku
Sejenak aku memutar menuju etalase snack dan minuman untuk teman begadang nonton bola sebelum akhirnya kembali menemui Anis yang nampak terdiam dan fokus membaca label beberapa produk kosmetik. Manis juga si Anis… langsing dan jenjang gumamku sambil melihatnya dari ujung kaki hingga ujung kepala yang tampak alami.
Di poles dikit pasti makin kinclong, gumamku sesaat sebelum kembali menyapanya dan mempersilahkan mengambil barang kebutuhanya. Lagi-lagi dia menolak dan sungkan terlebih dia sudah mengambil dua kotak susu dengan alasan harga kosmetiknya mahal. Udah mana yang kamu ambil, ambil aja! Kataku sambil mengambil beberapa produk yang sempat dia pegang kedalam keranjang tanpa mempedulikan ekspresinya.
Dalam perjalanan pulang situasinya menjadi berbeda, selain nampak ceria Anis juga open dengan kondisinya sehingga akupun menjadi lumayan tahu kehidupanya. Sebenarnya dia berasal dari keluarga yang lumayan berada namun kini terhalang oleh tembok bernama Ahmad sehingga memutus silaturahmi bahkan untuk sekedar berkeluh kesah.
Dengan lirih dia mengaku punya sedikit sesal karena tidak mendengarkan kata-kata ibunya dan memilih memperjuangkan cinta padahal kenyataanya modal berumah tangga membutuhkan lebih dari cinta. Tak lupa dia juga membahas tentang ASI untuk anaknya yang sering gak lancar keluarnya, bahkan di dua bulan terakhir sama sekali tidak keluar.
“waahhh… pasti gara-gara Ahmad tidak mau mengalah ama anaknya! kataku mencairkan suasana
‘iiiihhhh… Mas ini kok mikirnya sejauh itu sih. Katanya mendadak salah tingkah dan berani mencubit
“tapi bener kan? Kataku sambil tertawa
‘tahu darimana, Mas kan belum menikah? Jawabnya spontan
“belum menikah bukan berarti belum kawin! Kataku kembali tertawa lepas
‘udah sampai Mas… cepet banget pulangnya! Gak mampir dulu? Tawar Anis basa-basi
“dengan senang hati aku akan mampir! Jawabku membuatnya terkejut
‘mmm… mmm… iiii… iya silahkan! Jawabnya gugup sambil tengok kanan-kiri
“aku parkirin mobil dulu yah? Kataku yang sebenarnya basa-basi saja