3 November 2020
Penulis —  UcihaJhony

Akay dan UMI indah

Bus patas melaju cepat membelah udara malam yang dingin menuju ke destinasi sebuah kota di jawabarat. Di dalam bus tersebut, Akay dan Uminya duduk bersebelahan. Indah. Uminya duduk persis disamping jendela. Akay di sebelahnya bersandar sambil melamun memikirkan kejadian yang terjadi di dalam ruang bioskop.

Pukul sepuluh malam tadi, Zahir yaitu anak sulung Indah dan menantunya Salwa bersama cucu-cucunya Hanim dan Muaz mengantar mereka menaiki bus patas itu untuk pulang ke kampung setelah seminggu mereka berdua berada di Jakarta. Setelah pulang dari nonton, mereka berdua, Indah dan Akay tidak banyak berbincang.

Akay masih merasa seperti mimpi perbuatan yang telah terjadi di antara dia dan Uminya di dalam ruang bioskop, Sungguh di luar dugaan. Seolah-olah itu bukan suatu kenyataan tetapi itulah faktanya. Dia telah menyentuh dan meremas-remas buah dada Uminya. Namun timbul juga penyeslan di hatinya, Uminyanya begitu baik dan tidak seharusnya dia berkelakuan begitu terhadap Umi Ibu kandungnya sendiri.

Indah juga masih merasa tidak percaya dengan apa yang telah mereka perbuat antara dia dan anak bungsunya itu. Dia masih coba meyakinkan dirinya bahwa kemesraan itu hanya semata-mata kemesraan di antara Ibu dan anak dan tidak lebih dari itu. Bukankah mereka masih berduka akibat meninggalnya Ari? Oleh karena itu bagi Indah, dialah Ibu dan juga merangkap sebagai ayah terhadap Akay.

Akay mengingat kembali bagaimana sulit baginya untuk bertemu dan berhadapan dengan Uminya sewaktu mereka pulang ke rumah Zahir pada malam itu.

Esoknya Sewaktu dia bermain dengan anak-anak saudaranya Hanim dan Muaz, dia tetap mencuri-curi pandang pada tubuh Uminya yang pada saat itu memakai rok panjang dan memakai kaos putih. Pantat Uminya yang membulat di dalam rok panjangnya itu selalu dilirik olehnya. Buah dada Uminya yang jelas terlihat di dalam bra yang berwarna hitam di balik kaos putih yang dipakai Uminya itu membuat batangnya menjadi mengeras.

Pada saat makan siang yang cukup mewah dimana Zahir telah membeli udang besar dan Salwa isterinya telah memasak makanan yang sangat lezat, Akay hanya makan sedikit saja. Dia lebih banyak melihat meja atau melihat ke arah lain untuk menghindari kontak mata dengan Indah. Semalam juga Akay tidak dapat tidur, Dia tidur di dalam kamar bersama Zahir sementara Uminya tidur di kamar yang lain bersama Salwa dan anak-anaknya di rumah sederhana yang mempunyai dua kamar tidur itu.

Sambil memerhatikan Zahir, abangnya yang tidur mendengkur karena letih setelah bekerja, Akay mengusap-usap batangnya sendiri yang mengeras di dalam kain selimut yang dipakainya. Selama ini dia selalu berfantasi tentang teman-teman sekolahnya, Ainun, Siti, Amira, Hilda dan yang lainnya. Dia juga selalu membayangkan guru georafinya ibu Winda yang putih bersih dan mempunyai tubuh bagaikan gitar spanyol.

Kini hanya Uminya yang berada dalam pikirannnya. Dia masih merasakan kekenyalan buah dada Uminya yang telah diremasnya. Ini membuat dia tidak dapat menahan diri dan terus mengusap dan mengocok batangnya hingga mengeluarkan air mani yang lebih banyak dari biasanya ke atas perutnya.

Malam itu dia Onani sebanyak tiga kali sampai akhirnya tertidur. Pada malam yang sama, Indah melamun di dalam kamar bersama Salwa dan cucu-cucunya Hanim dan Muaz. Jelas dengkuran halus Salwa memperlihatkan menantunya telah lama memasuki alam mimpi. Cucunya juga telah lama tertidur. Indah meremas-remas buah dadanya sendiri secara perlahan, buah dada yang sama yang telah diremas oleh Akay pada saat di ruang bioskop kemarin.

Akhirnya gairah di selangkannya tidak dapat dikontrol oleh Indah, sebelah tangan meremas buah dadanya sendiri, dan sebelah tangannya lagi dimasukkan ke dalam Celana dalamnya. Dia mengusap-usap di selangkangannya dan memasukkan dua jarinya ke dalam lubang keramatnya yang telah basah sehingga akhirnya dengan desahan-desahan yang tertahan, Indah mencapai Orgasme.

Bus patas itu terus melaju membelah malam yang sepi. Dinginnya AC yang terpasang di dalam bus telah lama terasa. Indah coba menyandarkan dirinya ke arah jendela tetapi goncangan yang di akibatkan bus itu membuat dia tidak nyaman. Kepalanya juga sedikit pusing dan ngantuk karena semalam dia tidak cukup tidur.

“Dingin ya Umi?”, bisik Akay perlahan.

“Lumayan, Umi ngrasa kurang enak badan”, Indah menjawab lemah, sambil mendongak ke arah Akay

Akay dapat melihat mata Uminya yg terlihat lelah dan sedikit mengantuk.

“Umi demam ya?,”. Akay menyentuh kening Indah yang berjilbab itu. Keningnya agak terasa panas.

“Enggak, mungkin akibat Ac dalam bus aja, sedikit agak dingin”. Jawab Indah sambil merapatkan lagi dirinya ke tubuh Akay.

“Kalau dingin biar Akay peluk Umi”. Indah tersenyum dan merapatkan tubuhnya kepada Akay.

Tangan Akay menarik tubuh Indah dan memeluk erat kepadanya, kini dia kembali merasakan telapak tangannya menyentuh bagian bawah buah dadan Uminya kembali. Batangnya mulai menegang dan mengeras di dalam jeans yang dipakainya. Dalam keadaan seperti itu. Walaupun tadi Indah agak kedinginan tetapi kini tubuhnya terasa panas dan kembali berdebar.

Akay menunduk memperhatikan Uminya, Indah yang pura2 terlihat terlelap di dalam pelukannya. Mata Akay juga memperhatikan dan mengawasi penumpang yang berada di samping kursi yang mereka duduki. Terlihat kedua gadis di kursi tersebut telah lama tertidur. Akay melihat jam tangannya, sudah pukul 1 pagi, kurang lebih sudah dua jam mereka diperjalanan.

Dengan perlahan Akay menyelipkan tangannya ke bawah tangan Uminya dan membiarkan tangannya itu berada di bawah buah dada Indah. Dia menunggu reaksi Uminya itu tetapi Uminya masih diam dan terlena dalam dekapannya. Akay tidak dapat menahan gelora birahinya saat melihat tali bra yang berwarna putih di bahu Uminya yang samar-samar terlihat di bawah blouse berwarna oren pucat yang dipakainya.

Dengan penuh hati-hati Akay membuka telapak tangannya dan memegang buah dada Indah. Perlakuan Akay itu dirasakan oleh Indah, dia merasa tangan Akay menyentuh buah dadanya dan kemudian dengan lembut memegang buah dadanya. Perasaan bergairah di dalam hatinya muncul kembali. Rasa yang tidak nyaman mulai dirasakan di selangkangannya.

Indah menggeliat perlahan saat merasakan buah dadanya mulai diremas lembut. Akay meremas-remas buah dada Uminya yang berada di dalam bra putih dan berada dibawah blouse lembut berwarna oren pucat itu. Tangan Akay juga tertutup di bawah jilbab milik Uminya.

Sambil matanya mengawasi penumpang-penumpang lain di dalam bus, Akay terus meremas buah dada Uminya perlahan-lahan.

Menyangka Uminya telah tertidur dan tidak sadar akan perlakuannya, Akay memasukkan tangannya ke bawah blouse Uminya. Blouse yang longgar itu memudahkan tangan Akay menerobos masuk. Dada Akay merasa berdebar saat tangannya mulai memegang daging Kenyal yang masih tebungkus bra itu.

Batangnya terasa amat keras sehingga terasa sakit saat bersentuha dengan jeans ketat yang dipakainya. Dia terus meremas-remas buah dada Uminya. Hati indah mulai memprotes untuk menghentikan perbuatan anaknya. Tetapi, rasa nikmat yang telah meresap ke seluruh tubuhnya terutama perubahan rasa di selangkangannya membuat dia terus mendiamkan diri.

Akay merasa mendengar Uminya melenguh. Ah tidak, Uminya hanya mendengkur halus dan normal. Dia memperhatikan wajah Uminya dan jelas terlihat mata Uminya masih tertutup rapat, masih tidur dan tidak sadar mungkin karna sudah muli shubuh. Tidak puas meremas, Akay dengan sedikit keberanian secara perlahan menyelipkan tangannya ke bawah bra Umiya.

Tubuh Akay begetar sambil menelan ludahnya, saat tangannya kini menyentuh buah dada Uminya tanpa terhalang. Batangnya menjadi semakin keras hingga dia mulai merasa akan mengeluarkan air nikmat di dalam jeans dibalik Celana dalamnya. kening Akay terasa berkeringat dingin. Tangannya yang juga terasa berkeringat dengan perlahan menggenggam gunung kenyal di bawah bra milik umi Ibu kandungnya sendiri.

Puting buah dada Uminya terasa mengeras menyentuh telapak tangannya. Akay menahan nafas menanti reaksi Uminya. Setelah menunggu sesaat dan uminnya terus diam membatu, Akay mulai kembali meremas-remas buah dada Uminya. Sambil merasakan kenikmatan meremas buah dada Uminya itu, Akay mulai takut Uminya akan terjaga dari tidurnya.

Perasaan Indah tidak menentu. Darah telah naik ke kepalanya. Dia tidak dapat berfikir dengan jernih lagi. Dia tahu, dia mesti menghentikan perbuatan Akay itu. Namun, dia juga menikmatinya, setelah sekian lama tidak merasakannya. Dia mulai merasakan kelembaban yang sejak tadi muncul di dalam celana dalamnya.

Dia memperhatikan wajah Uminya, matanya masih tertup rapat, tidur.

Akay merasa lega, dia kini memperhatikan pergerakan tangannya yang meremas buah dada Uminya di bawah blouse berwarna oren pucat itu. Indah terus berdiam diri, membiarkan anaknya Akay menikmati buah dadanya. Sikunya yang sedikit menekan celah di paha Akay dapat merasakan kerasnya batang Akay. Indah ingin melenguh, mengerang, menggeliat kenikmatan tetapi dia sadar dan berupaya menngontrol dirinya.

Akhirnya Indah merasakan dia perlu menghentikan perbuatan Akay. Dia menggerakkan badannya sambil melenguh. Akay terkejut dan dengan cepat menarik keluar tangannya yang berada di bawah bra Uminya dan keluar dari bawah blouse yang dipakai oleh Indah.

Indah bersandar sambil mengucek kedua matanya.

“Uuuhhhhh ngantuknya…, ketiduran umi… sudah Jam berapa sekarang?”.

“Aaa… errr… sudah hampir jam tiga Umi”. Indah menyandarkan dirinya ke sisi jndela bus memperhatikan suasana sepi waktu pagi di luar sana. Akay menyandar di kursi bus sambil memejamkan mata dan meletakkan tangannya di atas keni. Mereka berdua melayang pada pikirannya masing-masing, yang hanya mereka berdua saja yang tahu.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan