3 November 2020
Penulis —  Alterego05

Air Susu Bunda Krista

Bunda Krista

Akhirnya, bundanya menarik kepalanya ke arahnya membuat puting susunya masuk lebih jauh ke dalam mulutnya.

_“Boleh kok wan” bisiknya, menekan wajahnya ke payudaranya yang lembut.

“Netek sama bunda… tetek bunda udah sakit banget penuh susu, kalo bunda netekin kamu mungkin sakitnya bisa ilang.”_

Wawan tertegun dan tidak melakukan apa pun untuk sesaat. Lalu tersadar bahwa bundanya ingin ia menetek padanya, perlahan-lahan wawan mulai mengisap puting bundanya yang keliatan membengkang.

(Lanjutan)

Ketika ia mulai mengisap, ia agak kecewa karena cuma sedikit susu yang keluar, berharap akan ada lebih banyak susu, ia bertanya-tanya apa yang dia lakukan salah. Kemudian, ketika ia mulai mengisap lebih keras, ia kaget ketika susu tiba-tiba mulai keluar banyak dari puting bundanya.

Melihat bundanya tersenyum senang ke arahnya, ia mulai menghisapnya dengan lebih keras ketika susu bundanya mulai menyembur ke dalam mulutnya. Rasa dari ASI bundanya membuatnya terhanyut terkenang ke masa kecilnya. Dia sekarang seperti kembali menjadia bayi kecil, mengisap payudara bundanya dengan sangat lahap.

Ada sedikit susu keluar dari mulutnya dan menetes ke dagunya. Tanpa sadar wawan mengangkat tangannya hingga ke payudaranya bundanya dan tanganya seperti memerah payudara bundanya yang sedang dihisapnya.

“Oh… bayi, bunda… habisin semua susu bunda sayang biar sakitnya hilang,” bundanya menekan wajahnya lebih erat ke payudaranya.

Ketika dia mengisap, dia bisa merasakan bengkaknya payudara bundanya perlahan-lahan berkurang dan tubuhnya pun mulai tenang.

Setelah beberapa menit, wawan menjadi sangat kecewa ketika aliran susu melambat dan menjadi tetesan dan kemudian berhenti. Sedih bahwa payudara itu kini kosong dan sekarang tidak ada alasan untuk dia melanjutkan mengisap payudara bundanya. Ia merasa bundanya menggeser tubuhnya dan puting bundanya pun terlepas dari mulutnya.

Seperti anak bayi yang kehilangan empengnya, bibirnya terus bergerak mencari payudaranya bundanya.

Kemudian, ia menyaksikan dengan takjub ketika bundanya membuka jubahnya dan mengeluarkan payudaranya yang satunya. Bundanya lalu menyodorkan payudaranya itu ke mulutnya…

Sama seperti sebelumnya, ketika ia mulai mengisap putingnya. Perlu waktu beberapa saat sebelum susunya melimpah mengalir. Seperti bayi yang kelaparan, ia menarik-narik puting bundanya dengan bibirnya dan mulutnya berusaha untuk mengisap lebih banyak susu ke dalam mulutnya.

“Oh, sayang, Bayi bunda,” gumam bundanya sambil terus menyusuinya padanya.

Penis Wawan panas membengkak berdenyut-denyut, ia tahu bahwa ia tidak bisa menjaga dari akan ejakulasi tidak lama lagi. Dia belum pernah sekeras ini.

Dia belum pernah sebegitu terangsangnya seperti ini oleh apa pun dalam hidupnya.

Ketika dia mengisap dan mengisap, sekali lagi ia kecewa ketika aliranu susu mulai menurun. Takut bahwa ibunya akan melepaskan payudaranya ketika aliran susu berhenti, dia mulai berpikir apa yang bisa ia lakukan untuk menundanya.

Wawan pun memutar otaknya, bagaimana biar ia bisa terus menghisap payudara Bundanya. Dengan lembut ia menjilati putingnya dan ia merasakan tubuh bundanya merespons menegang. Terkejut dengan reaksi bundanya, ia berhenti mengisap terlalu kuat dan mulai menjilati puting bundanya dengan lidahnya. Susu yang mengalir keluar lama-lama semakin berkurang, tapi lidah wawan menjadi lebih intens menggelitik dan menggoda puting puting bundanya.

“Mmmmmm, Sayang…” bundanya mendesah ketika seluruh tubuhnya terasa rileks.

Ketika Wawan bermain dengan puting bundanya, dia merasa kaki bundanya di bawah kepalanya perlahan-lahan membuka. Wawan menjadi tambah bersemangat. Kemaluannya terasa tegang sekali di balik celananya.

Nyaris meletus rasanya.

Wawan tidak lagi merasakan manisnya susu ibunya. Meskipun aliran susu telah benar-benar berhenti, bundanya tidak bergerak untuk menghentikannya. Dia pasti menikmati apa yang ia lakukan, pikirnya. Bundanya membiarkan dia bermain dengan puting susunya membuatnya tertegun.

Wawan terus bermain dengan puting bundanya. Ia mendengar bundanya mendesah lembut. Wawan pun semakin gencar memijat dan meremas payudara bundanya dengan tangannya.

Walaupun awalnya ia berpikir bahwa mengisap payudaranya dan minum susu bundanya adalah hal yang paling mendebarkan yang pernah dilakukan, ini bahkan lebih menggairahkan lagi. Dia benar-benar bermain dengan payudara bundanya yang indah dan ia tidak akan menghentikannya.

Kemudian tiba-tiba tangan bundanya dari bagian belakang sofa berpindah ke perutnya. Dia tidak tahu apakah itu sengaja atau tanpa sadar melakukannya, tetapi sekarang tangan bundanya hanya beberapa senti saja dari penisnya yang menegang.

Kemudian jantungnya hampir berhenti ketika ia merasakan tangan bundanya perlahan-laham menuju ke arah selangkangannya. Apakah bundanya secara sadar melakukannya, atau apakah itu hanya refleks, dia tidak tau. Tapi dia tau yang pasti sebentar lagi penisnya mau meledak.

Namun tiba-tiba telepon berdering. Bundanya tersentak kaget.

”Arghhhhhhhh,” wawan agak berteriak di sekitar puting susu bundanya ketika merasa penisnya meledak di dalam celana pendeknya.

“Oh, Baby, Bunda minta maaf,” bisik bundanya sambil menatapnya tersentak ketika ia berejakulasi, “Maafin bunda sayang.”

Wawan tidak percaya bahwa hal itu terjadi. Dia tidak bisa menghentikannya.

Bundanya perlahan-lahan bangkit dari duduknya.

“Maafin bunda sayang, tapi bunda harus menjawab teleponnya, mungkin itu Ayahmu” ia berkata pelan, menarik jubahnya tertutup dan berjalan ke telepon.

Wawan membenamkan kepalanya di bawah bantal. Bagaimana dia bisa klimaks tepat di depan bundanya.

Dia sangat malu. Dia tidak akan pernah mampu menghadapinya lagi. Mencoba untuk mengubur aibnya di bawah bantal-bantal di sofa, dia mendengarkan bundanya berbicara di telepon ketika dia merasa air mata malu mengalir di wajahnya.

Dia tidak bisa jelas mendengar apa yang bundanya katakan di atas gemuruh hujan yang mengalir turun di rumah. Kemudian, tiba-tiba, ia merasa lelah dan tidak mampu untuk membuka matanya. Dia tidak berusaha untuk melawannya dan dalam sekejap, ia tertidur.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan